Malamang: Tradisi Minang Menjelang Hari Besar

Malamang artinya memasak Lemang. Kegiatan malamang dapat ditemui hampir di seluruh wilayah Minangkabau, baik di daerah darek (darat): Solok, Bukittinggi, Payakumbuh, maupun di pesisir pantai: Padang, Pariaman dan Painan. 

Malamang
Foto oleh: www.infosumbar.net

Tradisi ini dilakukan secara bersama-sama: dengan pembagian tugas pencari bambu sebagai tempat adonan, pencari kayu bakar untuk memanggang, penyiapan bahan-bahan untuk membuat lemang, dan lainnya.

Tujuan malamang ini adalah sebagai sarana berkumpul dan mempererat tali silaturahmi. Biasanya lemang dibuat dalam jumlah yang banyak.

Malamang dilaksanakan saat:

  • Hari menjelang datangnya bulan Ramadhan dan Lebaran.
  • Hari kedua belas Rabi’ul Awal sebagai menu pada Acara Maulud Nabi.
  • Sebelum acara perhelatan /selamatan.

Cara memasak Lemang: Bersihkan daun pisang yang sudah dilayukan. Fungsi daun pisang ini sebagai lapisan dalam bambu. Selanjutnya masukan beras ketan yang sudah diaduk dengan santan kental serta garam. Kemudian bambu dibakar dalam waktu tertentu, hingga ketan yang ada di dalam bambu itu matang.

Malamang
Foto oleh: beritagar.id

Yang cukup sulit dalam proses ini adalah mematok takaran santan dengan garam serta beras ketan pada satu ruas bambu itu. Begitu pula saat pengapiannya. Takaran ketan yang dimasukkan ke dalam bambu memerlukan keahlian dan keterampilan, agar ketan tidak menjadi terlalu lembek atau malahan kekurangan santan. Secara awam, dapat kita perkirakan dengan mengumpamakan memasak ketupat ketan, yang takarannya adalah 1/2 dari ruang atau ruas ketupat.

Lemang disajikan sebagai kudapan, bentuk penghormatan terhadap tamu. Lemang akan terasa lebih nikmat jika disantap dengan tapai (ketan hitam yang sudah difermentasi), rendang, sarikaya, dan durian.

Malamang
Foto oleh: makananlamangtapai.blogspot.com

Sumber:
www.pasbana.com

Hits: 689

Wina Zulfani

Masalah terbesar kita cuma satu: meninggal tapi tidak masuk Surga.

Baca Artikel Lainnya