Meugang

Meugang: Tradisi Menyambut Datangnya Ramadan

Meugang
Foto oleh: rencongpost.com

Bagi sebagian orang, kata “Meugang” tentu terdengar cukup asing di telinga. Tradisi ini, hanya bisa kamu temukan di Aceh, Indonesia.

Meugang atau Makmeugang adalah tradisi membeli, mengolah dan menikmati daging bersama-sama dengan masyarakat. Biasanya dilaksanakan saat sebelum Ramadan, Idul Fitri, dan Idul Adha. Tak hanya itu, tradisi ini juga identik dengan berpakaian baru.

Bagi yang tidak memiliki kemampuan mendapatkan daging sapi/kambing, tetap mengupayakan membeli ayam/itik. Sebab menurut sebagian masyarakat, daging itu wajib ada walaupun hanya sedikit.

Makanan yang disajikanpun, sangat menggugah selera seperti kari kameng atau kari kambing, sie reuboh atau daging rebus, sie puteh atau daging putih, lemang tape, dan lainnya.

Meugang

Tradisi ini juga menjadi wadah mempererat tali silaturahmi dan bersedekah kepada yang membutuhkan. Sebab itu, tidak sedikit warga yang pulang ke kampung halamannya untuk menikmati daging meugang masakan sang ibu tercinta. Di hari itu juga, semua orang statusnya sama. Tidak ada perbedaan antara kaya atau miskin dan tua atau muda. Semua bergembira menyambut datangnya hari baik.

Sejarah Singkat

Tradisi Meugang sudah dilaksanakan sejak ratusan tahun yang lalu di Aceh. Meugang dimulai sejak masa Kerajaan Aceh. Kala itu (1607-1636 Masehi), Sultan Iskandar Muda memotong hewan dalam jumlah banyak dan dagingnya dibagikan secara gratis kepada seluruh rakyatnya. Hal ini dilakukan sebagai rasa syukur atas kemakmuran rakyatnya dan rasa terima kasih kepada rakyatnya. Setelah Kerajaan Aceh ditaklukan oleh Belanda pada tahun 1873, tradisi ini tidak lagi dilaksanakan oleh raja. Namun, karena hal ini telah mengakar dalam kehidupan masyarakat Aceh, maka Meugang tetap dilaksanakan hingga saat ini dalam kondisi apapun. Tradisi Meugang juga dimanfaatkan oleh pahlawan Aceh dalam bergerilya, yakni daging sapi dan kambing diawetkan untuk perbekalan.

Sumber: wikipedia.org
aceh.tribunnews.com

Views: 266

Wina Zulfani

Masalah terbesar kita cuma satu: meninggal tapi tidak masuk Surga.

Baca Artikel Lainnya