Browsing lebih dahulu sebelum mengunjungi suatu tempat efektif melindungimu dari terlihat bodoh loo. Nggak percaya? Bayangkanlah wajah saya yang melongo saat pertama kali mengunjungi Candi Abang di Sleman. “Ini kan bukit… mana candinya?”
Kemudian Si Dia pun tertawa. “Bukan bukit, inilah Candi Abang di Sleman!”. Memang absurd sih ini candi. Bayangan akan bebatuan candi, arca, relief, dan patung-patung tidak dapat kita jumpai di Candi Abang. Yang tampak adalah gundukan tanah ditumbuhi rumput yang menyerupai bukit kecil. Warnanya adalah hijau. Dimana-mana hijau. Padahal dalam bahasa Jawa, abang artinya merah. Hijau begini kenapa namanya Candi Abang?
Keunikan Candi Abang di Sleman
Ternyata, Candi Abang tersembunyi di dalam bukit hijau ini. Dinamakan Candi abang karena terbuat dari batu bata merah, berbeda dengan candi lainnya di Jawa Tengah yang pada umumnya terbuat dari batu andesit. Situs purbakala candi Abang ini terletak di Dusun Sentonorejo, Desa Jogotirto, Kecamatan Berbah, Kabupaten Sleman, Jogjakarta.
Candi Abang di Sleman diperkirakan dibangun pada abad ke-9 dan ke-10 pada masa kerajaan Mataram kuno. Candi Abang ini berbentuk piramida yang tertutup gundukan tanah atau bukit kecil. Jika musim kemarau, lokasi ini tampat gersang dengan tanah merah. Sedangkan pada musim hujan, rumput akan tumbuh subur dan membuat candi ini tampak seperti bukit teletubies.
Candi ini sengaja di bangun di dataran tinggi karena dipercaya Dewa dan Dewi tinggal di tempat yang tinggi. Cerita rakyat menyebutkan bahwa Candi Abang adalah tempat penyimpanan harta karun. Sampai saat ini sebagian masyarakat percaya bahwa Candi Abang dijaga oleh sosok yang dituakan dan dihormati. Sosok ini bernama Kyai Jagal yang bertubuh tinggi besar dan berambut panjang. Kyai Jagal ini bertugas melindungi Candi Abang dan daerah sekitarnya dari kerusakan.
Kamu boleh percaya boleh tidak tentang adanya Kyai Jagal. Namun, kamu harus percaya bahwa tugas melindungi Candi Abang dari kerusakan adalah tugas dari kita semua. Baik pemerintah, warga setempat, maupun wisatawan harus bersinergi untuk terus melestarikan situs purbakala ini. Siap?
Views: 660