SIMBA, Merajut Asa dari Daerah Pedalaman



Aku akan cerita tentang sebuah pengabdian, tapi dari sisi yang berbeda. Santuy tapi tetap punya pencapaian, SIMBA namanya.

Persiapan

Beberapa hari sebelumnya, aku melihat brosur oprec relawan untuk kegiatan pengabdian di salah satu group WhatsApp. Tanpa pikir panjang, langsung saja mengabari beberapa kawan yang dirasa asik untuk diajak beginian. Awalnya banyak muncul penolakan dengan berbagai macam alibi. Namun, untung saja ada 1 orang yang mengiyakan. Rani namanya, adik berasa kawan; yang akhir-akhir ini malah cukup akrab denganku.

SIMBA Laskar Anak Nagari Pesisir Selatan

Lanjut mengabari cp kegiatan, Eko. Sama-sama tergabung di salah satu organisasi kerelawanan (tapi kami tidak saling mengenal), sekaligus founder dari lembaga yang akan mengadakan kegiatan tersebut. Beliau sempat aku jejali dengan berbagai pertanyaan. Yap… ini modal awal, mengingat persiapan pribadi masih nihil.

Untung penjelasannya pun dipaparkan dengan cukup baik. Walau kekurang ajaranku muncul di saat yang tidak tepat; saat beliau ingin menelepon agar info yang didapat lebih jelas, malah ku tolak. Untungnya masih disambut dengan hangat dan beliau berinisiatif menjabarkannya melalui voice note.

SIMBA Laskar Anak Nagari Pesisir Selatan
Eko (baju biru) bersama Pak Wali Nagari

Keesokan harinya, kawan yang tadinya menolak malah balik mengabari. Kali ini tentunya membawa info baik, mereka semua juga akan ikut. 3 buaya yang akan menjadi pengawal kami selama berkegiatan, sebut saja namanya Dimas, Aldi, dan (Bang) Hendra.

Jujur saja, awalnya aku sama sekali tidak mengetahui apapun tentang lembaga yang memprakarsai kegiatan SIMBA ini. Hanya tahu namanya, itupun karena tertera di brosur. LAN (Laskar Anak Nagari) Pessel, begitulah yang terbaca. Lantas mengapa ingin sekali ikut kegiatannya? Ada beberapa alasan tentunya:

1. Sedang ingin-inginnya berkegiatan.

2. Minim budget. Beberapa kali ikut kegiatan pengabdian, ini yang insert-nya paling murah yaitu 50K.

Berasa dapat angin segar, Allah bukakan jalan untuk melakukan kebaikan dengan modal pas-pasan.

Keberangkatan

Persiapan selesai, hari H yang ditunggu pun tiba. Kami ber 5 bersama 4 kenalan lainnya (Kak Pit, Mela, Siraj, dan Malik) yang juga mendaftar, berangkat dari Padang dengan mengendarai motor. Tiba di mepo sekitar pukul 14.00 WIB. Itu pun dengan beberapa kali pemberhentian: isi bahan bakar, sholat, makan siang dan membeli kebutuhan logistik.

Cukup banyak waktu untuk melonggarkan otot-otot yang kaku setelah beberapa jam perjalanan, sembari juga menunggu rekan-rekan lain yang belum datang. Kemudian diberikan arahan, berdo’a bersama, dan dilanjutkan dengan prepare barang-barang. Keberangkatan dengan menggunakan sebuah mobil pick up dan beberapa sepeda motor. Bismillah.

Tidak disangka akan dapat beberapa pengalaman luar biasa saat perjalanan menuju lokasi pengabdian. Awalnya menyusuri jalan aspal yang ramai penduduk. Kemudian semakin lama, jalan tersebut semakin mengecil dan berkelok-kelok. Disuguhi pemandangan hijau asri dengan aliran sungai yang cukup deras. Dilanjutkan dengan jalan berbatu dan menukik. Sayangnya, keindahan itu tak bisa ku abadikan, sebab kami harus sampai di lokasi sebelum langit gelap.

Nagari Limau Gadang, Kecamatan Bayang Utara, Kabupaten Pesisir Selatan, Sumatera Barat, itu nama lokasinya. Dengan cuaca terik saat siang dan dingin apabila malam.

SIMBA Laskar Anak Nagari Pesisir Selatan

Saat Kegiatan

Sambutan masyarakat sangat baik, bahkan hingga kami pulang. Dipersilahkan juga untuk menginap di rumah Pak Wali dan beberapa warga lainnya. Kebayangkan, bagaimana riuh dan menyusahkannya kami selama di sana?

Ok… bicara kegiatan, sebenarnya SIMBA tak jauh berbeda dengan kegiatan pengabdian lainnya. Ada pemeriksaan kesehatan, psiko sosial, nobar dan pembuatan gapura. Masih ada juga kegiatan-kegiatan tambahan lainnya dan alhamdulillah semua berjalan cukup lancar.

Tim juga terasa lebih solid bahkan hingga detik ini. Mungkin dikarenakan hanya terdiri dari orang-orang internal LAN Pessel dan kami (yang sebenarnya tergabung di 1 lembaga tapi tetap kekeh bawa nama pribadi saat berkegiatan).

SIMBA Laskar Anak Nagari Pesisir Selatan

Di sela-sela waktu, kami juga menyempatkan diri untuk menyambangi salah satu air terjun kecil yang posisinya berada tidak jauh dari rumah warga terujung. Berangkat dari rumah Pak Wali dengan motor, kemudian berjalan kaki beberapa saat untuk sampai di tujuan. Aku bersama salah satu buaya (Dimas), memilih berangkat duluan karena yang lain masih sibuk menunggu dan mengajak.

Setelah cukup jenuh menunggu, kami ber 2 sepakat menyurusi jalan setapak hingga ujung. Sebenarnya jalan itu sudah disemen, walau ukurannya sangat kecil. Tampak bahwa warga sangat sadar akan kebutuhan akses tersebut. Sedikit menanjak dan lumayan jauh, hingga di akhir jalan akan dijumpai pemandangan seperti foto berikut.

SIMBA Laskar Anak Nagari Pesisir Selatan

Saat aku dan 1 buaya itu sedang asik-asiknya berpetualang, yang lain ternyata juga sibuk bertanya dan mulai mencari kami. 2 diantaranya (Beta dan Fajri) mencoba menyusul, tapi malah kembali lagi sebelum bertemu. Alasannya karena tidak kuat lagi, alias capek.

Setelah kami kembali di titik air terjun tadi, terlihatlah mereka semua dengan berbagai waut wajah. Ada yang seperti manusia yang punya banyak pertanyaan yang ingin diutarakan, ada yang memasang wajah heran, dll. Untungnya belum ada yang menangis karena menyangka kami meninggal dimakan hewan buas.

Kepulangan

Kembali ke tempat peristirahatan. Esoknya pamit ke masyarakat setempat. Cekrek dulu sebelum pulang.

SIMBA Laskar Anak Nagari Pesisir Selatan

Hmmm… akan kembali ke rutinitas biasa, tapi syukurnya ada bonus di tengah perjalanan. Yeay, Air Terjun Bayang Sani tampak megah. Beberapa waktu, kami habiskan di sini dengan bermain air dan berfoto bersama.

SIMBA Laskar Anak Nagari Pesisir Selatan

Selanjutnya singgah sebentar di mepo awal untuk prepare kepulangan dan pamit dengan kawan SIMBA yang lain, sembari menunggu hujan reda. Akhirnya balik ke Padang. Sampai jumpa.

SIMBA Laskar Anak Nagari Pesisir Selatan

Terimakasih banyak untuk semua yang terlibat, semoga bisa membersamai kembali 😊

 

 

Views: 213

Wina Zulfani

Masalah terbesar kita cuma satu: meninggal tapi tidak masuk Surga.

Baca Artikel Lainnya