Pernah ke Pekalongan? Sudah pernah ke Museum Batik atau belajar membatik belum? Tak lengkap rasanya jika kita berkunjung ke kota Batik cuma belanja batik saja. Pertanyaan diatas menggelitik hati saya ketika saya berlibur ke Pekalongan. Untuk menjawab pertanyaan diatas, setelah berburu curug di selatan Pekalongan, hari berikutnya saya menyempatkan diri untuk berkunjung ke Museum Batik Pekalongan.
Museum Batik Pekalongan sendiri adalah museum batik yang beralamat di Jalan Jetayu No.1 Pekalongan, Jawa Tengah. Museum ini memiliki luas tanah dan bangunan 40 meter persegi dan memiliki 1149 koleksi batik, antara lain wayang beber dari kain batik yang berusia ratusan tahun dan alat tenun tradisional atau dikenal sebagai alat tenun bukan mesin. Museum Batik Pekalongan merupakan Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD).
Museum Batik ini diresmikan pada tanggal 12 Juli 2006 oleh Presiden Republik Indonesia, Susilo Bambang Yudhoyono bersamaan dengan perayaan Hari Koperasi Nasional ke-59. Museum batik ini dijadikan pusat data dan informasi mengenai batik (sebagai pusat riset dan pengembangan ilmu desain batik, perpustakaan dan acuan dalam hal perbatikan), mengkoleksi batik klasik, batik lawasan dan batik kontemporer.
Untuk tiketnya sendiri dewasa dikenakan biaya Rp.5.000 dan anak-anak Rp. 1.000 buka senin sampai minggu dari jam 8 pagi hingga jam 3 sore jikalau pas hari libur nasional tidak buka. Kebetulan pas saya berkunjung tidak dikenakan biaya. Ketika saya bertanya, guide menjelaskan bahwa bulan ini (Juli 2016) Museum Batik sedang merayakan 10 tahun anniversarinya. Fasilitas di Museum Batik cukup lengkap, diantaranya adalah tersedianya 3 ruang pamer (koleksi), perpustakaan, telecenter, kedai batik, dan ruang pertemuan.
Di Ruang Pamer 1 terdapat alat-alat membatik seperti canting dan malam. Canting, alat memulas batik, ternyata memiliki banyak ukuran tergantung fungsinya. Untuk membatik motif kecil, digunakan canting kecil. Sedangkan yang besar untuk memblok bidang yang besar. Tinta untuk membatik disebut malam. Pewarna yang digunakan untuk membatik pun bermacam-macam. Ada pewarna alami dari tumbuhan untuk menghasilkan warna kecoklatan dan pewarna dari bahan kimia. Selain bahan membatik, dipamerkan pula kain-kain batik dari berbagai kota di Indonesia. Ternyata, banyak sekali ya batik Indonesia!
Kemudian saya masuk ruang kedua yaitu ruang pamer Batik Nusantara. Batik tidak melulu Jawa! Ada batik Kalimantan, Sulawesi hingga Papua. Kain-kain cantik yang dipamerkan membuat saya terkesimak, betapa kayanya bangsa kita ini! Ruang pamer ketiga juga sama, koleksinya diperbarui setiap tiga bulan sekali. Ruang berikutnya adalah ruang workshop. Disinilah, pengunjung museum bisa berkreasi dan belajar membuat batik. biaya praktek membatik cukup murah, hanya berkisar Rp.20.000-Rp.65.000 per paket. Ruang workshop pertama adalah membuat batik cap, sedangkan ruang yang kedua adalah pembuatan batik tulis.
Di ruang workshop batik tulis lebih mantap lagi, karena kita langsung membuat batik dengan tangan kita sendiri, bukan denga cap yg sudah jadi. Kita bisa berkreasi membuat corak batik sesuai dengan keinginan kita. Tak heran, batik tulis mahal sekali, pembuatannya memang membutuhkan kesabaran dan kelihaian tangan! Nggak ngeluh lagi deh kalau harga batik mahal! Ini sebuah karya seni.
Lanjut ke ruang berikutnya adalah ruang audio visual. Di ruang ini kita diajak untuk napak tilas dengan menonton film tentang sejarah batik. Keluar dari Ruang Utama, ternyata ada pemandangan indah, yaitu taman cantik nan hijau dengan kolam ikan kecil.
Setelah asyik menikmati Museum Batik, tak lupa saya untuk mengambil gambar diantara tulisan “BATIK”. Tulisan ini tepat berada di depan museum batik yang merupakan Taman Kota Pekalongan. Ingin berwisata sambil belajar membatik? Museum Batik Pekalongan bisa menjadi referensi buat para pencinta batik nusantara.
Views: 654