24 Agustus 2018
Udara sejuk nan dingin menyambut dengan lembut pagi pertama kami di Gunung Semeru. Semburat mentari dengan berjuta pesonanya membuat suasana pagi menjadi lebih hangat. Ranu Kumbolo dengan airnya yang tenang tampak menawan dengan warna hijau kebiru – biruan diterpa cahaya mentari.
Baca Juga Artikel Sebelumnya : Liputan Pendakian Gunung Semeru Bagian pertama

Pagi ini kami berpencar dengan gaya masing – masing untuk menikmati Pagi di Ranu Kumbolo. Berjalan santai sekitar Ranu Kumbolo dengan menikmati keindahan aneka flora yang tumbuh alami disertai embusan yang mengalir sepoi – sepoi. Ada juga yang duduk – duduk santai depan tenda menikmati indahnya panorama Ranu Kumbolo.

Setelah sibuk dengan aktifitas masing – masing, kami berkumpul kembali di tempat kami camping. Segera kami disibukkan dengan satu aktivitas yang sama, yaitu menyiapkan Sarapan Pagi.
Dengan semangat kami bahu membahu dalam membuat sarapan. Siapapun bisa ikut serta dalam menyiapkan sarapan. Menu yang kami buatpun beragam terdiri dari nasi, lauk terdiri dari rendang, sayur sop, dan tidak ketinggalan ada buah yang menjadikan sarapan kami semakin lengkap.
Santap pagi segera dimulai ketika makanan sudah dihidangkan. Cita rasa sarapan yang lezat sambil menikmati indahnya Ranu Kumbolo di bawah hangatnya sinar mentari membuat sebuah harmoni yang syahdu.

Kami melanjutkan perjalanan setelah selesai sarapan. Medan yang kami lewati berupa tanah, sedikit menanjak lalu melipir melalui salah satu sisi Ranu Kumbolo. Selain itu matahari yang mulai merangkak naik disertai debu yang cukup tebal membuat kami menggunakan buff dan topi sebagai alat pelindung diri.
Dalam perjalanan, kami melihat bunga edelweis yang sedang mekar dengan indahnya. Bunga edelweis dengan perpaduan warna kuning dan putih bersihnya menjadi primadona di antara tumbuhan lainnya. Mengingat bunga tersebut tidak boleh dipetik, maka cukup dengan memandanginya sebagai salah satu pesona Gunung Semeru sudah membuat kami merasa senang.

Kami terus berjalan hingga melewati tanjakan cinta yang memiliki kemiringan sekitar 450. Area ini memiliki tanah berpasir dan debu yang tidak kalah tebal jika dibanding area lain.
Nahhh, berbicara tentang Tanjakan Cinta, untuk kamu yang ingin menemukan cintanya jangan menoleh ke belakang ketika melewati tanjakan cinta ini. Setidaknya itulah cerita yang berkembang tentang Tanjakan Cinta. Boleh percaya atau tidak, karena cerita tersebut belum terbukti kebenarannya. Kalau saya seh santai saja ketika melewati Tanjakan Cinta ini, sambil bergumam dalam hati “oohh ini toh Tanjakan Cinta yang ada di film 5 CM itu”.

Ranu Kumbolo merupakan sebuah kaldera yang terbentuk akibat letusan dahsyat Gunung Semeru ribuan tahun lalu dan terisi oleh air yang berasal dari air hujan dan rembesan tanah. Danau tersebut berada pada ketinggian 2390 mdpl dengan luas perairan 8ha. Selain menjadi objek wisata yang menarik, Ranu Kumbolo mempunyai peranan penting dalam pengaturan air untuk daerah sekitarnya, terutama dalam memenuhi kebutuhan air bersih bagi masyarakat untuk keperluan pertanian, perkebunan, peternakan, perikanan hingga industri.
Agar Ranu Kumbolo dapat berfungsi sebagaimana mestinya, kita wajib bersama – sama menjaga kebersihan Ranu Kumbolo, salah satu caranya adalah dengan tidak membuang sampah sembarangan.

Kami beristirahat sejenak ketika tiba di Puncak Tanjakan Cinta. Duduk di bawah rindangnya pepohonan disertai sapaan angin yang membelai dengan lembutnya sambil menikmati panorama indah Ranu kumbolo membuat suasana menjadi rileks. Sontak, decak kagum menyaksikan fenomena Ranu Kumbolo mengalir di antara kami.

Selanjutnya, kami disuguhkan sebuah panorama Padang Oro – oro Ombo yang sangat luas. Lautan verbena brasiliensis mendominasi wilayah Oro – oro Ombo. Salah satu sisi Oro – oro Ombo terdapat pepohonan pinus. Pepohonan pinus tersebut dengan hijau daunnya menjadi penyejuk mata di antara verbena brasiliensis dengan warna coklat – kehitaman yang terbakar oleh teriknya sinar matahari.

Tibalah kami di Cemoro Kandang yang merupakan area berupa dataran dan berada di ketinggian ±2500 mdpl. Area tersebut banyak ditumbuhi oleh pohon cemara. Pohon – pohon tersebut tumbuh menjulang tinggi dan rindang sehingga membuat udara terasa sangat sejuk.
Di salah satu sisi terdapat beberapa gubukan berjejer rapi dengan ukuran relatif kecil berbahan kayu beratapkan payung dengan aneka warna. Tiap gubukan menjual aneka makanan ringan serta minuman segar dan dijaga oleh 1 orang laki – laki. Buah semangka merupakan menu andalan pedagang tersebut sekaligus menjadi salah satu icon dari Pendakian Gunung Semeru.
Warnanya merah segar sehingga menjadi daya tarik tersendiri di tengah letihnya tubuh yang kami rasakan. Kamipun langsung mencicipi buah semangka tersebut dan seketika rasa segarpun langsung menyergap.

Setelah puas menikmati santap siang, kami kembali bercengkerama. Laki – laki ataupun perempuan, tua ataupun muda semuanya membaur menciptakan tawa sehingga riuh rendahpun kembali meledak. Salah satu hal yang membuat kami tertawa adalah adegan meniru numpak rx king. Adegan tersebut diprakarsai oleh Om Jazuli, seorang pria paruh bayu namun memiliki jiwa layaknya anak muda. “Numpak numpak RX king, reng reng reng” suara santai Om Jazuli menginstruksikan disertai dengan gaya lihai layaknya seseorang yang sedang mengendarai motor, bergerak ke kiri dan kanan diikuti oleh yang lainnya dan diakhiri oleh tawa kami secara bersamaan.

Waktu terus bergerak hingga menunjukkan Pukul 13.00 WIB, sudah masuk waktu sholat dzuhur. Tayamum dan menggelar matras kami lakukan untuk melaksanakan sholat dzuhur. Sholat dilakukan secara bergelombang dan berjamah ditiap gelombangnya.

Langkah kaki kembali kami ayunkan. Melewati medan yang turun naik, kami tiba di Jambangan. Area Jambangan berada di ketinggian ±2600 mdpl. Kondisinya tidak jauh berbeda dengan Cemoro Kandang. Puncak Gunung Semeru sekaligus merupakan Atap Pulau Jawa berdiri secara gagah lengkap dengan wedus gembelnya terlihat sangat jelas.
Setelah dirasa cukup menikmati panorama Atap Pulau Jawa, kami kembali mengayunkan langkah menuju Kalimati, tempat terakhir kami berteduh sebelum menggapai Atap Pulau Jawa.
Mau tau bagaimana perjuangan kami menuju Atap Pulau Jawa? Saksikan tulisan aku di part selanjutnya ya…!!!
Views: 424