Gunung Rinjani merupakan salah satu gunung tertinggi yang ada di Indonesia dengan ketinggian 3.726 mdpl. Berlokasi di Lombok, Nusa Tenggara Barat. Gunung Rinjani juga merupakan gunung berapi tertinggi ke-2 di Indonesia dan masuk dalam jajaran seven summit Indonesia. Inilah yang menjadikan Gunung Rinjani selalu menjadi favorite para pendaki karena selain keindahan yang ditawarkan juga menjadi salah satu dari 7 gunung yang wajib didaki oleh para Pendaki.
Untuk kedua kalinya Komunitas Backpacker Jakarta kembali mengadakan pendakian kegunung Rinjani. Pendakian yang diadakan pada tanggal 28 – 31 Juli 2017 itu tak hanya melakukan pendakian saja tetapi juga akan mengeksplore keindahan lombok selama sehari penuh.
Pendakian Rinjani dipusatka dimeeting point yakni di Bandara International Lombok pada hari Kamis, 27 Juli 2017 pukul 23.30. Jumlah peserta yang ikut pendakian ini dibatasi yani hanya diikuti oleh 25 peserta + cepe yakni Edi M Yamin, Arlan, dan Yusuf, tentunya semua peserta telah dibagi kedalam beberapa kelompok kecil lagi agar lebih memudahkan koordinasi.
Setelah semua peserta tiba di Bandara Lombok, kami bergegas menaiki Mobil yang telah disewa untuk mengantar kita ke Basecamp Rinjani. Namun karena perut yang mulai keroncongan maka kita mampir direstoran Ayam Bakar Taliwang yang merupakan makanan khas Lombok. Wktu itu sudah menunjukan pukul 01.00 dini hari yang menandakan kita harus segera bergegas menuju basecamp untuk beristirahat.
Mengingat waktu perjalanan dari pusat Kota Mataram menuju Basecamp Sembalun cukup jauh yakni hampir 3 jam lamanya maka kami memutuskan untuk bersitirahat dirumah salah satu porter yang akan menemani kita mendaki Rinjani.
Jarak Basecamp kerumah porter tersebut tidak terlalu jauh sehingga kami memilih beristirahat dirumah porter tersebut hingga keesokan paginya. Setelah sarapan dan beres-beres mempacking ulang semua peserta kembali berkumpul untuk segera berdoa bersama dan memulai pendakian.
Oh ya pendakian kali ini kita membawa 2 Porter yang kita sewa bersama dan ada 2 porter lainya yang disewa oleh beberapa perserta sehingga porter yang berangkat bersama kami ada 4 orang. Cuma ya itu dia kalo sewa porter kudu hati-hati sebab sekarang banyak porter yang terlalu manja tidak mau bawa banyak barang.
So pastikan porter yang kalian sewa sudah terbiasa nanjak dan tidak masalah dengan barang bawaan selagi dirinya sanggup membawanya.
Setelah melakukan registrasi di basecamp sembalun, tepat Tanggal 28 Juli 2017 pukul 09.00 kami memulai pendakian dari pos pertama. Beruntung saat itu cuaca sangat cerah dan ada banyak sekali pendaki dari berbagai negara yang juga akan mendaki Rinjani.
Sekedar info saja, jika kamu ke Rinjani maka tak perlu kaget bila kamu lebih sering bertemu Bule atau pendaki Mancanegara dibanding pendaki Indonesia. Yah kita seperti turis asing yang sedang mendaki sebab ratusan bule selalu kita jumpai disetiap perjalanan.
Yang unik dari pendakian Rinjani ini adalah para Porternya. Setiap rombongan pendaki terutama dari luar membawa banyak porter entah itu untuk barang, untuk memasak dan porter penujuk jalan. Tak heran bila selama pendakian akan banyak bertemu pendaki luar yang seperti tengah asik berlibur dipantai dilayani banyak orang heee.
Pakain yang dikenakan pendaki lainpun justru tak seperti sedang melakukan pendakian, mereka menggenakan pakaian santai dan sepatu biasa (jangan ditiru) seolah sedang berlibur kesuatu tempat yang sudah biasa. Bahkan ada beberapa pendaki wanita yang ahanya mengenakan celana pendek.
Back to pendakian, Perjalanan yang panjang kita tempuh dari pos ke pos. Pemandangan savana ilalang dan rerumputan menjadi pemandangan yang mengasikan terlebih bukit-bukit dikawasan sembalum seolah memanjakan para pendaki untuk terus menikmati pendakian.
Oh ya buat kalian yang males berjalan jauh atau ingin menghemat pendakian kamu bisa naik ojek dari pos awal hingga ke pos 2. Biaya yang dikenakan cukup mahal yakni 200 ribuan per orang dengan waktu tempuh sekitar 1 jam dengan motor gunung. Perjalanan dari pos awal sampai pos 2 jalur yang dilewati masih tergolong ringan yakni tanah berpasir dan tak teralu menanjak. Waktu yang diperlukan untuk tiba dipos 2 adalah sekitar 4 Jam.
Tiba dipos 2 waktu sudah mulai menunjukan pukul 13.30 yang artinya kita harus istirahat makan siang. Pos dua menjadi pos para pendaki beristirahat itulah sebabnya saat kita tiba di pos 2 akan melihat ratusan pendaki yang tengah menyantap makan siangnya diantara tenda-tenda yang didirikan oleh porter.
Beruntung bagi mereka yang membawa porter dan melayani mereka sehingga begitu tiba sudah tersaji makanan yang sudah dimasak porter. Kursi-kursi yang sudah disediakan lengkap dengan meja yg berisi makanan dan tenda berteduh akan ita jumpai disepanjang jalan menuju pos dua atau menuju pos 3.
Karena waktu sudah semakin sore, kami memutuskan untuk melanjutkan perjalanan hingga sampai pos 3. Kebetulan jarak dari pos 2 ke pos 3 hanya ditempuh 1-2 jam saja. Oh ya kalian jangan khawatir ada banyak warung dibeberapa titik yang menjual makanan dan minuman, sayangnya harganya cukup mahal hee. Di pos 3 sendiri sebenarnya ada sumber mata air namun karna kemarau jadi agak susah mencari air dan harus turun kebibir jurang dan menggali pasir utuk mencari air.
Pukul 15.00 kami sudah tiba dipos 3 Rinjani. Pos 3 memang biasa dijadikan tempat camp para pendaki, beruntung kami tiba lebih awal sehingga bisa mendirikan tenda dan berdekatan satu sama lainya.
Awalnya ada wacana untuk tetap melanjutkan pendakian hingga pos Pelawangan Sembalun yaitu pos terakhir untuk mendirikan tenda sebelum summit, terlebih saat itu masih sangat terang dan berfikir jika perjalanan masih sanggup dilanjutkan hingga pos Pelawangan. Namun beberapa pendaki yang turun menyarankan agar kita tetap camp dipos 3 karena diatas juga masih ada badai. Akhirnya kita sepakat untuk tetap sesuai rencana awal yakni camp dipos 3.
Esok harinya pukul 09.00 kami sudah bersiap melanjutkan perjalanan. Setelah sarapan dan membereskan tenda kami berdoa dan berfoto bersama. Beruntungnya semalam tidak turun hujan sehingga cuaca hari itu cukup cerah.
Hari sudah semakin siang, jam menujukan pukul 12.30 yang artinya kita harus beristirahat untuk kembali makan siang. Perjalanan dari pos 3 menuju pos sebelum Tanjakan penyesalan cukup jauh yakni sekitar 2- 3 jam. Tanjakan penyesalan sebenarnya tak terlalu seperti yang diceritakan orang.
Pemandangan yang indah dengan kabut putih dan hamparan bunga edelwise membuat tanjakan penyesalan bisa dilalui dengan santai. Hanya saja memang ada sekitar 9 gundakan atau tanjakan yang harus kita lewati.
Rombongan pertama yang tiba di pos Pelawangan adalah sekitar pukul 15.30 memang mereka rombongan yang berjalan cepat. Kami membagi team sesuai kategori kecepatanya agar tidak saling menghambat satu sama lainya. Rombongan cepat dikoordinir oleh yusuf, Sementara rombongan yang berjalan santai dikoordinir oleh Emye dan Arlan.
Rombongan terakhir yang tiba dipos Pelawangan Sembalun pukul 16.30 sore. Setiba diarea pos Pelawangan sudah banyak tenda yang berdiri dan kami memilih diarea yang langsung menghadap lautan awan dan danau segara anak.
https://www.instagram.com/p/BZaPXR5HO_a/?taken-by=emyebpj
Pemandangan yang sangat luar biasa kami dapatkan saat itu. Bahkan sepanjang berisitirahat dan bersantai didepan tenda, panorama alam gunung rinjani memanjakan kami dengan gerombolan awan putih dan sunset yang sangat mempesona. Hari itupun berkahir setelah mahgrib tiba dan kami makan malam bersama sebelum akhirnya istirahat.
Pukul 02.00 kami sudah bersiap untuk summit kepuncak Anjani Gunung Rinjani. Saat itu cuacanya masih terbilang cerah meski angin terasa sangat dingin membuat beberapa peserta menggigil kedinginan. Sesuai yang kami jadwalkan jika summit akan diadakan pukul 02-03 dini hari agar begitu tiba di puncak kami bisa menyaksikan sunrise Rinjani.
Seperti pendakian awal, kami bagi tim lagi agar perjalanan lancar dan terkoordinir. Semua peserta sudah membawa makanan dan minuman untuk summit dan juga perlengkapan lainya yang harus dibawa selama summit.
Medan yang menanjak dan berdebu membuat pendakian kepuncak gunung Rinjani terasa sangat berat. Bahkan kami sering kali tersalip oleh rombongan pendaki lainya. Dinginya cuaca semakin terasa saat angin berhembus kencang. Dari camp pelawangan menuju Letter-S yakni sebuah jalur berbentuk S dibutuhkan sekitar 2-3 jam pendakin.
Beberapa peserta ada yang sudah tiba di puncak Anjani sekitar pukul 04.30 pagi dan rombongan terakhir termasuk saya tiba pukul 07.30 pagi. Hal ini dikarenakan ada sedikit badai yang tiba-tiba datang saat pendakian jadi rombongan terakhir memilih istirahat sembari menikmati Sunrise pagi yang sangat indah.
Meskipun tidak turun hujan namun angin yang berhembus terasa sangat dingin. Beberapa pendaki yang tiba dipuncak juga merasakanya terbukti dari banyaknya pendaki yang begitu sampai tiba dipuncak hanya untuk berfoto dengan tulisan Puncak rinjani setelah itu mereka memilih turun.
Sebenarnya ada 1 rombongan pendaki lainya yang tiba paling akhir saat kita hendak turun, kami mengira sudah tidak ada pendaki yang melakukan pendakian kepuncak lagi, terlebih saat itu sudah menunjukan pukul 09.00 pagi.
Nah saat Emye, Arlan, Verdy, Budi dan Sity maryam yang merupakan rombongan terakhir hendak turun kami juga sempat berpapasan dan bertegur sapa dengan beberapa petugas yang sedang patroli disana kebetulan saat itu sedang musimnya pendakian Rinjani sehingga sering diadakan patroli.
Siti Maryam meminta izin turun lebih dahulu karena perutnya sakit dan menitipkan beberapa barangnya ke Arlan termasuk Hp. Disinilah awal mula kronologi Hilangnya Siti Maryam di rinjani selaam 4 hari. ( Baca kejadianya disini : Ini Dia Kronologi Resmi Hilang Nya Siti Maryam Di Gunung Rinjani Selama 4 Hari )
Pukul 14.00 siang semua peserta sudah tiba di Camp pelawangan lagi. Cuaca panas terik membuat debu-debu berterbangan. Beruntung dekat area camp Pelawangan ada sumber mata air yang segar dan bisa kita minum. Tak hanya diminum saja tetapi juga sering digunakan untuk mencuci muka atau bahakan mandi.
Saat semuanya sudah menyantap makan siang barulah kita menyadari jika Siti belum terlihat saat peserta terakhir tiba. Kami awalnya mengira dia sedang membersihkan muka sehinga kami mencari dan memastikan lagi di tempat sumber air dan disanapun dia tidak ada.
Setelah dipastikan siti tidak ditemukan barulah Saya, Arlan, Yusuf dan 2 orang porter melakukan pencarian ke Puncak Rinjani. Pencarian itu untuk memastikan dia tidak tertinggal disana. Hingga pukul 18.00 saya dan Cp lainya belum juga menemukan keberdaan siti bahkan saat bertemu dengan pendaki terakhir yang cidra dan dibopong temenya juga tak melihat ada pendaki lainya.
Saya dan tim akhirnya memutuskan untuk segera turun dan melapor kepetugas yang berjaga. Setelah menceritakan kejadianya kamipun diminta untuk beristirahat. Rencana awalnya sebenarnya kami akan melanjutkan perjalanan pukul 14.00 siang ke Danau segara Anak dan mendirikan tenda disana tepat didepan danau segara anak, namun karna siti belum ditemukan kami membatalkan turun ke Segara Anak.
Malam berlalu dengan kesedihan semua peserta, terlebih cuaca mulai tak bersahabat. Kabut Tebal dan badai mulai datang apalagi angin disertai kilat petir dan gemuruh membuat malam itu sangat mencekam. Semua peserta sebelum beristirahat diumpulkan kembali dan disanalah air mata kesedihan tercurahkan. Semua sedih dan kehilangan siti. Kecemasan terlihat disemua raut peserta yang saat itu hanya bisa pasrah untuk menunggu keesokan harinya dan datangnya bantuan.
Perasaan sedih saya selaku CP saat itu tak bisa digambarkan. Tanggung jawab besar dan kesiapan saya menghadapi hal terburuk sekalipun sudah disiapkan. Tangis ini membanjiri semalaman sembari berdoa agar dia bisa kembali berkumpul secepatnya ditengah2 kita.
Pagi sekali sekitar pukul 05.30 saya sudah menghadap kembali kepetugas menanyakan apakah bala bantuan atau tim sar sudah tiba. Namun petugas mengatakan agar aku tetap harus sabar menanti karna mereka baru akan melakukan pencarian dan berkoordinasi hari ini.
Saya kembali mengumpulkan semua peserta dan membagi team untuk mencari siti. Sebagian team mencari kearah kemungkinan siti hilang, lalu sebagian lagi mencari kearah danau segara anak dan tim lainya tetap bertahan ditenda khawatir ada petugas yang ingin menanyakan sesuatu.
Saya Kembali sumit kepuncak memastikan siti benar-benar tidak ada disana. Saat itu memang sedikit sekali pendaki yang melakukan pendakian, mungkin karna badai angin yang cukup besar semalaman membuat mereka membatalkan pendakian terlebih isu soal hilangnya siti sudah merebak kemana-mana bahkan sampai ke Jakarta.
Selama sehari penuh kami mencari siti namun tak ditemukan. Kami membentuk pencarian sendiri dengan menyewa porter untuk kembali summit dan memeriksa kesegala arah. Bantuan dihari itupun belum tiba hanya ada beberapa orang yang datang membawa bambu. Ketika ditanyakan maksdunya apa mereka hanya melakukan tugas pihak terkait membawa mayat dari camp sembalun. Mendengar pernyataan itu saya sangat sedih dan marah bahkan temen-temen lainya hanya bisa menahan emosi. Bagaimana tidak, pencarian yang belum dilakukan justru mereka malah berfikir Siti sudah meninggal.
Hari sudah semakin sore dan kami berkumpul kembali. Mengingat logistik hanya cukup sampai besok pagi yang artinya kami harus pulang kebawah dan tidak bisa berlama-lama dipuncak Gunung Rinjani. Keputusan berat akhirnya harus memulangkan semua peserta malam itu agar esok pagi mereka bisa melanjutkan perjalanan pulang. Keputusan lainya dibuat dengan alasan logistik yang sudah tak memadai. saya ditemani arlan akan kembali camp satu malam lagi di rinjani sedangkan Yusuf harus menemani peserta lainya Turun ke bawah.
Tangis haru mewarnai perpisahan kami. Berat memang mereka meninggalkan saya dan arlan, namun hal itu harus dilakukan agar tidak ada kejadian yang tak diinginkan. Malam itu saya dan Arlan hanya bisa berdoa. Tangis saya masih bercucuran malam itu takkala hujan mulai turun dan angin diertai gemuruh berautan.
Oh ya, saat itu hanya ada tenda saya dan penjaga area yang masih bertahan dan mendirikan tenda disana. Tas sitipun saya peluk sembari berdoa dan berharap jika kemungkinan terburuk apapun yg terjadi maka datanglah dan mimpiin saya agar memudahkan segalanya. Beruntung malam itu Arlan masih menemani saya sehingga dialah yang menenangkan saya.
Sinyal di area camp pelawangan sangat baik sehingga semua informasi cukup jelas diterima. Isu-isu miring dimedia mulai bermunculan. Beberapa pendaki yang bertemu dengan sayapun menayakan mengenai kebenaran hilangnya siti.
Hari itu Porter harus turun karna mereka harus mengantar pendaki lainya. Arlanpun harus ikut turun karena dia tak mendapatkan cuti lagi dari kantornya sehingga saya memutuskan untuk tetap bertahan sendiri menunggu ada petugas yang datang mencari siti.
Siang hari akhirnya ada petugas yang datang membantu. Namun bukan dari pihak basarnas yang sebelumnya sudah saya telpon dan meminta bantuan melakukan pencarian. Mereka adalah rombongan pemburu yang biasa melwati jalur-jalur terjal gunung Rinjani. Ada salah satu dokter yang juga ikut melakukan pencarian kemudian memeriksa kesehatan saya dan meminta saya untuk beristirahat.
Tekad saya yang harus mencari siti akhirnya memutuskan untuk menemani para pemburu summit kembali kepuncak Rinjani dan menunjukan dimana saya terakhir kali melihat Siti. Namun karna saya kehabisan tenaga akhirnya hanya mampu sampai dileter S saja hingga mereka melanjutkan pencarian ke arah jurang tanpa saya.
Sore hari menjelang malam saya dipanggil oleh bapak-bapak yang berjualan disana untuk bertemu kembali dengan petugas Rinjani. Hasil pencarian para pemburu menemukan ada bekas jejak orang dan ada barang seperti pakaian yang menyangkut dipohon dan kemungkinan itu adalah siti maryam.
Air mata ini kembali mengalir mendengar hal itu namun saya tetep kekeuh dengan pendirian saya jika Siti masih hidup dan masih bisa ditemukan. Sebelum melihat mayatnya langsung saya belum percaya jika siti sudah meninggal.
Malam ketiga setelah hilangnya siti hanya menyisakan saya sendiri dengan tenda yang hampir lepas tertiup angin kencang. Beruntung penjual makanan masih bertahan ditendanya, memang penjual makanan itu selalu berada disana setiap harinya.
Tak ada satupun saat itu pendaki yang mendirikan tenda disana membuat malam itu terasa sangat berat. Saya berusaha dengan keras agar bisa memejamkan mata dan beristirahat dan berdoa berharap tuhan benar-benar menunjukan jalan.
Pukul 08.00 setelah saya kembali dari pencarian kearah mata air. Lalu ada petugas yang mengabarkan jika Siti sudah ditemukan pagi ini dan saat ini dia sudah dibawa kedokter. Tangis harupun kembali pecah membuat para pendaki laianya yang mendengar kabar itu juga ikut bahagia.
Saya bergegas turun kebawah dengan terlebih dahulu membongkar tenda dan mempacking semua barang yang saya bawa. Langkah berat dan tangis menguatkan saya melangkah turun sendiri hingga 4 jam lamanya. Karna tak kuasa menahan sabar ingin melihat sendiri siti sayapun naik ojek dari pos 2 hingga kerumah sakit.
Disana tangis kembali pecah saat saya melihat langsung Siti. Saya menangis didepan siti dan banyak warga yang ada disana juga tak kuasa menahan harunya. Sebenarnya ceritanya masih panjang namun apa daya hanya segini saja tangan ini mampu menuliskanya. Semoga kejadian ini membuat saya, teman-teman, pendaki lainya dan BPJ mengambil apa hikmah dibalik peristiwa ini.
Terimakasih selalu kepada semua pihak yang sudah membantu dalam kasus ini baik doa, sumbangan dan lainya. Terimakasih juga untuk selalu berfikir postif.
Views: 1225