Jelajah Taman Nasional Gunung Halimun

Mumpung libur panjang, sempat berfikir tuk mencari tempat wisata yang belum pernah saya kunjungi, namun tetap dekat dengan Jakarta. Kebetulan saat itu juga saya dapat broadcast dari komunitas Backpacker Bogor tentang ajakan touring ke Taman Nasional Gunung Halimun. Tak berfikir panjang, langsung saya putuskan untuk bergabung bersama mereka . Taman Nasional Gunung Halimun berada di antara Kabupaten Bogor, Kabupaten Sukabumi, dan Kabupaten Lebak. Gunung dengan ketinggian sekitar 1.925 mdpl ini masih berada di kawasan Taman Nasional Gunung Halimun salak dan merupakan tempat rekreasi alam yang sangat menarik. Hal ini dikarenakan beragamnya daya tarik wisata alam yang dimiliki, mulai dari gunung, curug sampai aneka satwa liar.

Sunrise kebun teh Nirmala
Sunrise kebun teh Nirmala

Sabtu siang kami sudah berkumpul di basecamp dan mempersiapkan semua hal yang diperlukan. Perjalanan kami mulai dari basecamp dengan rute yang kami lewati adalah Leuwiliang-Nanggung-Nirmala-Stasiun Cikaniki-Citalahab. Perjalanan dari leuwiliang sampai gerbang (yang berupa gapura) Taman Nasional Gunung Halimun berjalan lancar, kondisi jalan pun sudah diaspal. Di dekat Gapura terdapat papan yang berinformasikan tentang aneka wisata yang ada di daerah ini. Mulai dari perkebunan teh, canopy trail, curug, sampai desa wisata, semua tersaji di lokasi ini. Selama perjalanan, hutan, sawah terasering, pegunungan, perkampungan merupakan pemandangan yang kami temukan. Pemandang yang indah, udara sekitar pegunungan yang sejuk dan segar membuat perjalanan kami tidak membosankan.

Pintu Gerbang Taman Nasional Gunung Halimun
Pintu Gerbang Taman Nasional Gunung Halimun

Setelah beristirahat sebentar, kami pun mulai melanjutkan perjalanan memasuki kawasan Gunung Halimun. Kondisi jalan yang mulai rusak, berlubang sampai jalan bebatuan yang beraneka ragam ukurannya membuat kami harus berhati-hati mengendarai motor. Dan parahnya, kondisi seperti itu mesti kami lalui selama hampir 2 jam! Namun perjalanan “horor” tersebut terobati dengan pemandangan yang sangat indah. Pegunungan yang berjejer, perkebunan teh yang tertata rapi membuat perjalanan “horor” kami terlihat menyenangkan. Mungkin hal inilah yang menyebabkan Gunung Halimun sepi, tak seperti Gunung Bunder atau Gunung Salak yang ramai dikunjungi wisatawan.

Tujuan pertama kami adalah perkebunan teh Nirmala. Sesampainya di lokasi ini kami mulai mendirikan tenda dan mempersiapkan peralatan keperluan makan malam. Oh iya, menurut teman kami, tempat ini adalah tempat yang pas untuk melihat sunrise. Dari puncak kebun teh ini, kita bisa melihat view Gunung Salak, Gunung Halimun, dan beberapa gunung di kawasan Taman Nasional Gunung Halimun Salak. Setelah makan malam dan bersenda gurau, kami mulai istirahat agar nanti tidak kesiangan.

Sebelum matahari terbit, kami mulai trekking ke atas puncak kebun teh. Sesampainya di puncak kami menunggu saat-saat indah dengan kopi sebagai penghangat di cuaca yang cukup dingin. Karena cuaca yang cukup cerah, semburat jingga hingga kuning keemasan bisa kami lihat dengan jelas. Perlahan tapi pasti matahari mulai menampakkan dirinya dengan senyuman kehangatan. Seperti biasa, kami pun menikmati menghabiskan moment langka ini dengan berfoto ria. Baru kali ini saya melihat sunrise dikelilingi perkebunan teh.

Beraksi saat sunrise

Setelah menikmati sunrise, kami turun dan mulai memasak tuk memenuhi kebutuhan fisik kami. Setelah selesai semuanya kami repacking dan bersiap ke tujuan selanjutnya, yaitu Canopy Trail yang berada di stasiun penelitian Cikaniki. Perjalanan dari kebun teh Nirmala ke Canopy Trail kami tempuh selama 1 jam dengan kondisi jalan yang berbatu. Jalan menuju canopy trail meskipun berbatu namun cukup landai, tetapi cuaca panas yang membuat kami berhenti sejenak tuk membeli minuman dingin. Selama perjalanan, tak banyak orang yang berlalu lalang, hanya sesekali penduduk lokal lewat dengan motornya.

Setibanya kami di Cikaniki, kami istirahat sejenak. Setelah meminta izin kepada petugas. Kami melangkah menuju canopy trail yang letaknya hanya 150 meter dari satiun penelitian Cikaniki. Jembatan gantung ini menghubungkan anatra pohon yang satu dengan pohon lainnya. Jembatan ini dibuat untuk mengamati kehidupan satwa liar ataupun burung . Selain untuk penelitian, jembatan yang panjangnya 100 meter dengan ketinggian 25 meter ini juga bisa dijadikan tempat rekreasi alam yang menarik.

Canopy Trail cikaniki

Dari atas jembatan ini, kami bisa melihat rimbunnya pohon, sungai cikaniki, dan mendengar kicauan burung, sejuk rasanya. Ingin berlama-lama disini, namun kami harus melanjutkan perjalanan menuju tempat selanjutnya, yaitu Curug Cimacan. Lokasi Curug cimacan tidak jauh dari stasiun Cikaniki, hanya btuh waktu 15 menit dengan berjalan kaki. Jalurnya pun tidak terlalu sulit mesi semak belukar masih rapat. Curug Cimacan tingginya hanya 7 meter, tapi menarik dan alirannya pun cukup deras. Suasana yang cukup asri membuat kami menghabiskan waktu yang lama, nikmat sekali makan di bibir sungai sambil meikmati kucuran air yang jernih. Setelah puas menikmati curug Cimacan, kami pun bergegas kembali ke Stasiun Cikaniki tuk mengambil motor yang kami titipkan.

Curug Cimacan
Curug Cimacan

Sebenarnya ada satu lagi tujuan kami, yaitu desa Citalahab. Kemping disana, trekking curug Piit, dan melihat jamur yang bercahaya (glowing mushrooms) pada malam hari. Namun apalah daya, hari sudah muali sore dan kami harus kembali ke bogor. Perjalanan panjang menanti, kami harus menempuh perjalanan pulang yang cukup melelahkan. Tak berapa lama, langitpun mulai gelap. Menutup perjalanan singkat kami hari itu di Taman Nasional gunung Halimun.

 

Hits: 2112

Idrisaje -

bukan siapa-siapa. hanya mencoba berdamai dengan takdir Tuhan....

Baca Artikel Lainnya