Tanah Jawa memang kental sekali dengan tradisi-tradisi kuno yang masih dijunjung tinggi secara turun menurun.
Salah satunya tradisi Sekaten yang begitu melekat di kota yang menyandang status Kerajaan/Keraton yakni Yogyakarta.
Berkat keanekaragaman budaya dan adat istiadat yang selalu menyala di kota tersebut, Sekaten menjadi agenda tahunan yang selalu ramai dikunjungi wisatawan yang ingin terlibat dan menyaksikan langsung perayaannya.
Baca juga : Malamang, Tradisi Minang Menjelang Hari Besar
Apa itu Sekaten ??
Sekaten atau upacara Sekaten (Hanacaraka:berasal dari kata Syahadatain atau dua kalimat syahadat) adalah acara peringatan ulang tahun nabi Muhammad SAW yang diadakan pada setiap tanggal 5 bulan Jawa Mulud (Rabiul Awal tahun Hijriah) di Alun-alun utara Surakarta dan Yogyakarta (Wikipedia).
Meski sama-sama melakukan ritual tersebut, Sekaten Yogyakarta dengan Sekaten Surakarta memiliki perbedaan dalam perayaannya.
Terdapat pendapat juga bahwa Sekaten merupakan perpaduan dari dua kata, yakni suka dan ati.
Sehinga dapat didefinisikan bahwa masyarakat bersuka hati menyambut hari kelahiran Nabi Muhammad SAW.
Konon, orang terdahulu juga menyebutkan bahwa kata sekaten diambil dari nama Kanjeng Kyai Sekati yang dipercaya sebagai gamelan Pusaka Kraton.
Nah, setelah tau definisi Sekaten, yuk sobat kita ulas sedikit seperti apa ritual Sekaten yang ada di Yogyakarta .
Di Yogyakarta Sekaten merupakan event tahunan yang selalu dinanti-nanti traveler dan biasa diadakan di Kraton Yogyakarta.
Biasanya dilakukan pada malam hari dan dahulu kala tujuan utamanya merupakan sarana penyebaran agama Islam seperti yang dilakukan oleh sang pendiri Keraton Yogyakarta Hadiningrat yaitu Sri Sultan Hamengkubuwono I.
Perhelatan tersebut dilakukan secara sakral selama 7 hari berturut-turut.
Berikut urutan prosesi pelaksanaan upacara Sekaten yang terbagi menjadi 5 tahapan (Jogjasiana.net) :
1. Tahap Persiapan
merupakan tahap awal yang terdiri atas persiapan fisik dan non fisik.
Persiapan Non fisik berupa sikap dan perbuatan yang harus dilakukan para abdi dalem yang bertugas sebelum upacara seperti berpuasa dan mandi jumus untuk menyucikan diri.
Sedangkan persiapan fisik meliputi benda-benda dan perlengkapan yang dibutuhkan saat upacara berupa :
a. Gamelan Sekaten Pusaka bernama Kanjeng Kyai Sekaten.
b. Gending-gending khusus mahakarya Walisongo antara lain: Rambu Pathet Limo, Lunggadhung pelog pathet limo, Atur-atur pathet nem, Andong-andong pathet limo, Rendheng pathet limo, Jaumi pathet limo, Gliyung pathet nem, Dhindang Sabinahpathet nem, Muru Putih, Orang-orang pathet nem, Ngajatun pathet nem, Bayem Tur pathet nem, Supiatun pathet barang, Srundheng gosong pelog pathet barang.
c. beberapa uang logam untuk disebarkan dalam upacara udhik-udhik
d. Naskah riwayat Maulud Nabi Muhammad SAW Yang dibacakan oleh Kyai Pengulu tanggal 11 Rabiulawal malam.
e. Sejumlah bunga kanthil yang akan disematkan pada daun telinga kanan Sri Sultan dan pengiringnya saat hadir dalam pembacaan naskah riwayat diatas.
f. Busana seragam baru dan samir khusus bagi para niaga penabuh gamelan.
2. Tahap gamelan Sekaten dibunyikan
Upacara diawali dengan iring-iringan punggawa kraton dari pendopo Ponconiti menuju masjid Agung di Alun-alun Gede.
Bersamaan dengan 2 set gamelan Kyai Nogowilogo yang menempati sisi utara masjid dan Kyai Gunturmadu yang menempati Pagongan di sisi selatan masjid, dimana kedua set gamelan dimainkan secara berselang seling mulai dari pukul 19.00-23.00 WIB.
Pada prosesi inilah penyebaran udhik-udhik dilakukan.
Dimulainya penabuhan gamelan pusaka Kanjeng Kyai Sekati inilah yang merupakan titik awal penanda bahwa Ritual Sekaten sudah dimulai.
3. Tahap Gamelan Sekaten dipindahkan ke Halaman Masjid Agung
Pada pukul 24.00 wib gamelan dipindahkan ke masjid agung dengan iring-iringan prajurit karaton yaitu Prajurit Mantrijero dan Prajurit Ketanggung.
Di masjid tersebut gamelan dibunyikan kembali berselang-seling sebanyak 3 kali dalam sehari selama 7 hari 7 malam.
5. Tahap Sri Sultan Hadir di Masjid Besar
Pada malam ke-7 Tanggal 11 Rabiul awal dilaksanakan pembacaan riwayat naskah Maulud Nabi Muhammad SAW oleh Kanjeng Raden Pengulu hingga pukul 24.00 WIB.
Dilanjutkan dengan do’a dan setelahnya sultan mengucapkan salam dan kembali menuju kraton.
6. Tahap Kondur Gongso
Setelah Sultan meninggalkan Masjid Agung, Gamelan Sekaten dibawa kembali ke Kraton (Kondur Gongso) dan ini menjadi pertanda bahwa ritual sekaten telah usai.
Selain itu acara ini biasanya ditandai dengan Numplak Wajik dan acara puncak Grebeg Mauludan dengan iring-iringan.
Sekaten sendiri tak sekedar bersifat ritual sakral semata, melainkan juga berfungsi sebagai pesta hiburan rakyat.
Karena selain prosesi sakral diatas dalam pelaksanaanya didukung dengan kemeriahan Pasar Malam Perayaan Sekaten (PMPS) di sekitaran Alun-alun Gede.
Arena permainan yang menarik dan meriah seperti komedi putar, biang lala, ombak banyu, penampilan sirkus dll turut dihadirkan.
Berbagai macam stand-stand kuliner tradisional dan stand pakaian yang biasa disebut awul-awul dengan harga yang terjangkau dan ekonomis menjadi pilihan para pengunjung yang ingin berbelanja dan berburu kuliner.
Gimana sobat traveler, ke Jogja tapi belum pernah ikut serta dalam perayaan Sekaten ?? Atau sudah ada rencana setelah membaca artikel diatas untuk turut serta di Muludan berikutnya ??
Karena selain belajar budaya dan tradisi sobat bisa sekaligus menikmati meriahnya pasar malam yang dijamin seru lhohh. Yuk, agendain dari sekarang guyss !!
Sumber Referensi : wikipedia.org & jogjasiana.net
Views: 14936