Solo memang kreatif. Salah satunya bisa dilihat dari beraneka ragam kuliner khas Solo yang komposisinya bisa dibilang “out of the box”. Sebut saja kuliner bernama SELAT. Jika dilihat sepintas, penganan ini mirip dengan kuliner yang ke-barat-baratan. Ya, Selat Solo memang hasil adaptasi dari makanan para noni pada jaman Hindia Belanda. Penduduk pribumi terbiasa melihat dan mencicipi makanan khas eropa seperti roti, salad, dan beefsteak. Namun tentu saja, citarasa Selat Solo sudah disesuaikan dengan lidah lokal.
foto dapursolo
Dalam sepiring Selat Solo, terdapat irisan daging sapi atau daging olahan bernama galantin, telur rebus, kentang rebus, buncis, wortel, daun selada, disiram dengan kuah berwarna coklat kental yang sedap. Membuat selat solo cukup mudah. Daging dimasak di dalam kuah kecoklatan yang manis. Nah yang membedakannya dengan semur daging biasa adalah penggunaan kecap Inggris (Worcestershire sauce) yang membuat rasa kuah menjadi lebih nendang.
foto rintaditha
Selain itu komposisi bumbu selat Solo lebih banyak dibandingkan dengan semur biasa, rempah-rempah seperti pala, kayu manis, pekak(kembang lawang atau star anise), dan cengkeh juga saya gunakan untuk menghasilkan aroma dan rasa yang lebih kaya. Ibu saya berulangkali mengakui rasa kuahnya sangat sedap.
foto jendela kuliner
Harga kuliner lezat ini sangat terjangkau, yaitu 8 – 15 ribu rupiah saja. Ada tempat yang tersohor karena kelezatan selatnya. Restoran Kusuma Sari di jalan Slamet Riyadi, Selat Vien’s jl. Hasanudin, dan Selat Solo Mbak Lies. Selain itu, kuliner ini juga mudah ditemukan di banyak rumah makan di Solo. Selamat mencoba!
Views: 567