Hari raya Nyepi merupakan perayaan tahun baru hindu berdasarkan kalender saka. Perayaan tahun baru saka di bali di mulai dengan menyepi yang bertujuan memohon kepada Tuhan untuk mensucikan Bhuana Alit (alam manusia) dan Bhuana Agung (alam semesta). Semua kegiatan duniawi berhenti secara total pada hari raya ini. Tidak boleh menyalakan lampu, televisi bahkan aktivitas di bandara pun berhenti beroperasi, kecuali rumah sakit untuk keadaan darurat.
Saat hari raya nyepi, umat hindu melakukan ritual Catur Brata Penyepian yang mencakup :
1.Amati Geni. tidak meyalakan api secara lahir(seperti merokok, menyalakan lampu, menyalakan kompor, dll)
2.Amati Karya. Tidak bekerja, menghentikan kegiatan jasmani dan merenung.
3.Amati Lelungan. Tidak bepergian dan tidak mengganggu orang lain.
4.Amati Lelaguan. Tidak melakukan hiburan dan tidak berekreasi.
Pada hari nyepi, umat hindu di bali melakukan tapa atau yoga dengan tujuan untuk introspeksi apa yang sudah di lakukan (trikaya) dan berpikir atau merencanakan yang terbaik di waktu yang akan datang (trikaya pari sudha). Banyak rangkaian kegiatan yang dilakukan masyarakat bali saat merayakan hari raya nyepi. Rangkaian kegiatan tersebut antara lain :
1.Malesti
Upacara malesti dilakukan dengan mengarak segala sarana persembahyangan yang ada di pura menuju ke pantai atau danau. Laut atau danau di anggap sebagai sumber air suci yang dapat menyucikan segala leteh (kotor) dalam diri manusia dan alam. Upacara ini dilakukan tiga atau dua hari sebelum hari raya nyepi.
2.Pecaruan atau Pengerupukan
Upacara ini dilakukan sehari sebelum hari raya nyepi. Biasa juga disebut Tawur Kesanga karena acara ini dilakukan pada tilem kesanga atau pada bulan mati, bulan kesembilan pada hitungan kalender bali. Upacara ini di adakan di setiap rumah warga, banjar, desa, kecamatan, kabupaten dan provinsi. Biasanya di adakan di pelataran rumah, perempatan jalan dan alun alun. Ritual dari upacara ini yaitu menyebar nyebarkan nasi tawur, mengobor obori rumah dan pekarangan, serta memukul mukul benda apa saja yang menimbulkan suara gaduh. Tujuan dari ritual ini adalah untuk mengusir atau menghilangkan pengaruh buruk roh roh yang ada di alam manusia.
3.Ngembak Geni
Rangkaian upacara ini dilakukan setelah merayakan hari raya nyepi, merupakan akhir dari pelaksanaan Catur Brata Penyepian. Selanjutnya, pelaksanaan Dharma Santi seperti seperti saling berkunjung antar umat untuk saling memaafkan. Tradisi unik setelah hari raya nyepi adalah berupa Omed Omedan (ciuman massal) yang di lestarikan oleh Krama Sekaa Taruna Teruni atau komunitas remaja di Banjar Kaja, Sesetan Denpasar.
Hari raya nyepi biasanya menjadi moment penduduk pendatang di bali untuk mudik atau berlibur ke daerah sekitaran pulau bali, misalnya lombok atau banyuwangi. Tak heran jika banyak yang sudah memesan penginapan ataupun tiket saat jauh hari untuk libur hari raya nyepi.
Sumber : Kompasiana
Views: 773