“Mereka tidak menganggap Banda itu penting, bahkan banyak yang tidak tahu. Mereka datang ke Banda hanya untuk menyelam, jarang yang mau menelusuri tentang apa yang terjadi ratusan tahun lalu.” ungkap Jay Subiakto saat pemutaran behind the scene film Banda beberapa waktu lalu.
Ya, banyak orang memang mengenal Banda Neira akan wisata baharinya. Padahal jika kita melihat kebelakang, Banda Neira memiliki peranan penting bagi kemerdekaan bangsa Indonesia. Hal tersebut bisa dilihat dari bangunan-bangunan bersejarah yang berjejer di kota ini. Salah satunya adalah dengan adanya Rumah Pengasingan 3 Tokoh Pendiri Bangsa, yakni Bung Hatta, Dr.Cipto Mangunkusumo, dan Sutan Sjahrir.
1. Rumah Pengasingan Bung Hatta
Rumah ini hanya berjarak sekitar 500 – 700 meter dari pusat kota. Begitu memasuki halaman rumah, kalian akan disuguhi sebuah bangunan tua dengan arsitektur khas Belanda. Dulu, rumah pengasingan ini juga digunakan untuk kegiatan mengajar Bung Hatta. Tak heran juga jika kalian tengok ke halaman belakang ada bangku dan meja tulis. Papan tulisnya pun berdebu, tak diubah dengan tulisan yang dibuat Bung Hatta terakhir kalinya ketika kembali ke tanah Jawa.
Meluas ke area dalam rumah, ada mesin ketik di ruang kerja, banyak foto-foto lama yang menggambarkan sosok Bung Hatta. Ruang tidurnya pun masih memakai kelambu, semua masih tertata rapih. Lantainya masih asli, bukan ubin keramik, tapi seperti dari bata merah yang rapih besar-besar ukuran kotaknya.
2. Rumah Pengasingan Dr. Cipto Mangoenkoesoemo
Letaknya tidak terlalu jauh dari istana mini dan rumah pengasingan Mohammad Hatta. Bangunan rumah bergaya Indis yang merupakan perpaduan arsitektur kolonial Belanda dan tropis ini terdiri atas rumah induk, gudang, dapur, serta kamar mandi. Atap rumah utama bertipe perisai tumpuk yang dibuat dari seng dengan kuda-kuda kayu. Bangunan ini memiliki plafond berupa papan kayu yang ditahan oleh balok kayu, dinding bangunan dibuat dari bata yang diplester dan dicat warna putih. Lantai bangunan berupa terakota berwarna merah tua dengan ukuran 30×30 cm yang terdapat di serambi dan badan rumah. Rumah utama memiliki pagar tembok yang terletak di serambi depan dan belakang. Selain pagar, serambi depan dan belakang juga memiliki tangga.
Keberadaan rumah pengasingan ini merupakan pengingat perjuangan dr. Tjipto Mangoenkoesoemo dalam menghantarkan rakyat Indonesia ke depan pintu kemerdekaan bangsa.
3. Rumah Pengasingan Sutan Sjahrir
Terakhir, ada Rumah Pengasingan Sutan Sjahrir yang terletak di Jalan Gereja Tua, Maluku Tengah. Sutan Sjahrir dan Mohammad Hatta pada tahun 1934 diasingkan ke Boven Digul selama satu tahun. Setelah menjalani masa pengasingan di Boven Digul, keduanya kemudian dipindahkan ke Banda Neira. Di Banda Neira, Sjahrir dan Mohammad Hatta bergabung dengan Iwa Koesoemasoematri dan dr. Cipto Mangunkusumo yang sudah lebih dulu diasingkan ke tempat tersebut.
Rumah Pengasingan Sutan Sjahrir bergaya Indis yang merupakan perpaduan antara arsitektur kolonial dan tropis. Ruang utamanya yang luas diapit kamar tidur serta ruang kerja. Ada sebuah gramofon kuno lengkap dengan piringan hitam berlabel “Daphnis dan Chloe Suite Symphonique” yang diproduksi oleh Columbia di dalam ruangan itu. Di ruang kerja, tersimpan mesin ketik antik Underwood dan di dalam ruangan yang pernah dipakai oleh Sutan Sjahrir sebagai ruang tidur terdapat lemari kayu berisi sejumlah buku catatan, alat tulis, pakaian, serta surat pengangkatan Sutan Sjahrir sebagai Perdana Menteri oleh Presiden Soekarno.
Dengan adanya Rumah pengasingan para tokoh pendiri kemerdekaan ini semakin menguatkan alasan bahwa Banda Naira tak sekedar punya jejak sejarah mendalam karena pernah menjadi pusat dagang VOC. Namun Banda Naira bisa dibilang pulau pengasingan.
Sumber: Diolah dari berbagai sumber
Views: 520