Ende menjadi kota penting bagi sejarah panjang perjuangan kemerdekaan Indonesia. Di kota ini, sang proklamator diasingkan pada tahun 1934-1938 karena dianggap berbahaya bagi Pemerintahan Kolonial Belanda. Bersama keluarga dan mertuanya, beliau tinggal di Jalan Perwira, Ende, yang kini menjadi situs sejarah yang dikelola pemerintah.
Dalam perjalanan mengelilingi Flores, saya berkesempatan untuk singgah di kota pesisir selatan nusa bunga yang berhadapan langsung dengan Laut Sawu. Di Ende, saya tinggal di basecamp pengajar SM3T dan kemudian bertemu pengajar SM3T lainnya dengan daerah penugasan Kupang bernama Haris. Ia juga sedang melakukan traveling keliling Flores dan singgah di Ende. Bersama Haris saya mengunjungi beberapa situs sejarah dan wisata alam yang ada di Kota Pancasila.
Taman Perenungan Bung Karno
Sebuah taman yang yang asri dengan rimbunan pohon dan senja berlatar lautan luas. Sebuah tempat di mana pemimpin bangsa yang pertama melahirkan falsafah negara di bawah rindangnya pohon sukun. Jika membayangkan periode diasingkannya Bung Karno, dapat terbayang suasana sunyi berteman angin laut dan kicau burung yang kemudian mengilhami beliau menyusun dasar-dasar negara.
Rumah Pengasingan Bung Karno
Rumah inilah yang menjadi saksi bisu perjuangan Soekarno bertahan dalam masa pengasingannya. Berbagai benda-benda peninggalan dipajang dan sebagian ditempatkan sesuai dengan posisi yang asli.
Bukit Cinta
Dinamai Bukit Cinta karena kerap menjadi tempat pasangan memadu kasih. Dari Bukit Cinta, kita dapat melihat Ende dari ketinggian. Pantai, lautan dan pulau-pulau yang mengelilingi kota ini tampak begitu indah memanjakan mata.
Pantai Batu Hijau
Sesuai namanya, pantai ini tidak berpasir tetapi dipenuhi oleh batu-batuan berwarna hijau. Pantai Batu Hijau terletak di sisi jalan menuju Bajawa, kira-kira 40 menit dari pusat Kota Ende. Sebaiknya membawa makanan, minuman, dan tikar dikarenakan di sekitar pantai ini tidak terdapat warung maupun saung untuk berteduh.
Pasar Ende
Berkunjung ke tanah Flores, belum lengkap rasanya jika tidak membawa oleh-oleh khas daerah ini. Berburu kain tenun menjadi agenda yang wajib dilakukan. Letak Pasar Ende tidak jauh dari Taman Perenungan Bung Karno, dapat ditempuh dengan berjalan kaki tidak sampai lima menit. Tersedia kain tenun yang dijual di pinggir jalan atau di toko suvenir dengan variasi ukuran dan harga.
“Menjelajahi Kota Pancasila memberikan pengalaman mengenai sejarah bangsa sekaligus mendapat suguhan keindahan alam yang mempesona.”
Sumber :
https://diteraskata.wordpress.com/2016/05/26/kembaranusatenggara-menjelajahi-kota-pancasila/
Views: 166