Bangunan seluas 3.500 meter persegi itu sendiri merupakan benda bersejarah. Sebab temboknya terdiri dari tumpukan batu bata zaman VOC. Tembok rumah dibangun dengan 65 ribu batu bata dari gedung VOC yang berusia 400 tahun. Batu bata dicopot satu per satu dari bangunan asli pada 1979 Tapi 65 ribu batu bata itu dirasa masih kurang. Oleh karena itu Sjahrial harus kembali mencari bongkahan batu bata tua. Kali ini 15 ribu batu bata dia dapat dari gedung meteorologi yang dibangun 1896.
Pintunya berjumlah 20 beserta engsel nya merupakan bekas pintu penjara wanita di Bukit Duri di tepi Sungai Ciliwung, Jakarta, Gedung penjara tersebut merupakan sisa peninggalan gedung Meester Cornelis di abad ke-18 pelataran rumah nuansa museum sudah terasa. Jejeran barang bernilai sejarah tinggi terpampang di sana. Misalnya papan kayu berukir tokoh wayang Batara Indra abad ke-19 yang berasal dari Cirebon, Jawa Barat; tempayan besar abad ke-18 dari Dinasti Qing, Cina; fosil pohon & kerang purba serta lebah purba berusia 284 juta tahun sebelum masehi (zaman Triassic) lebih tua dari Zaman Jurassic Pintu utama dibuka.
Permadani Pakistan abad ke-19 terhampar menyambut langkah kaki tamu di Ruang Loro Blonyo, nama ruangan yang diambil dari sepasang patung asal Jawa Timur tahun 1800-an. Kedua pahatan kayu itu memang ada dalam ruang utama, berdiri di atas peti cokelat berukir warna emas. Peti yang berasal dari Palembang pada tahun 1800-an. Benda bersejarah di sini ada sekitar 2.000-an buah. Paling banyak asalnya dari Eropa, Timur Tengah, dan Asia, terutama Indonesia.
Masuk lagi ke dalam ada di Ruang Buddha Myanmar. Seluas 8×6 meter, bagian rumah ini berfungsi sebagai tempat duduk pak Djalil atau berbincang dengan tamu. Kenapa diberi nama Buddha Myanmar, karena satu koleksi museum di sana adalah patung perunggu Buddha asal Myanmar. Dibuat pada abad ke-17, patung kuning kehitaman itu duduk bersila sambil tersenyum di atas meja kayu berlaci. Ruang Buddha Myanmar tidak hanya berisi patung, ukiran, lemari, atau peti berumur tua, perabot ratusan tahun juga terpajang di sana. Contohnya bangku panjang dari kenong gamelan Jawa Timur yang dibuat akhir tahun 1800-an tak hanya dapat melihat koleksi benda tua, tapi juga menikmati embusan angin dari taman belakang museum yang melewati celah pintu kaca. Membuat museum terasa sejuk.
Benda bersejarah dipajang pada bagian utama rumah saja. Patung perunggu, ukiran, guci atau arca juga mengisi dapur dan ruang makan yang bernama Dewi Sri. Patung Dewi Sri yang ada di sini berasal dari Jawa tengah abad ke-10 . Tidak cuma itu, pak Djalil juga tidur di atas dipan kayu berusia ratusan dalam Ruang Buddha Thailand. Kala beristirahat, tatapan mata patung dan lukisan Eropa mengarah ke pak Djalil. Misalnya arca kepala Buddha Ayutthaya dari Thailand yang dibuat tahun 1600 silam; patung Bunda Maria bersama Sang Putra asal Spanyol di abad ke-18; ataupun lukisan Kaisar Ferdinand II asal Austria di abad ke-17.
Yang paling membuat terpesona adalah kamar mandi yang diberi nama Ruang Singagaruda . Kamar mandi pak Djalil tidak seperti pada rumah umumnya, ruang seluas kurang lebih 110 meter persegi itu dipenuhi benda abad belasan. Kursi malas dari dinasti Qing, Cina, di tahun 1700-an; lampu minyak Prancis bergaya Empire dari abad ke-19; dan bangku mahagoni milik Raja George II. Kamar mandi itu langsung terhubung dengan taman kecil yang hanya dibatasi dinding kayu ala Jepang.
Sungguh kamar mandi yang nyaman Kenapa rumah sejarah itu dinamakan Museum di Tengah Kebun, karena letaknya memang dikelilingi taman seluas 700 meter persegi. Pada taman belakang, air biru yang mengisi penuh kolam renang yang membuat warna kontras dengan kehijauan pepohonan di sana. Di pusat taman, duduk arca Ganesa yang dipahat pada tahun 800-an di Jawa Tengah Mengelilingi Museum di Tengah Kebun, rasanya seperti jalan-jalan keliling dunia dengan mesin waktu.
Tidak ada biaya masuk yang dikenakan ke pengunjung alias gratis tapi harus melakukan reservasi dari jauh-jauh hari. Museum juga hanya dibuka hari Rabu, Kamis, Sabtu & Minggu. Ada dua jadwal kunjungan yaitu 09.45 – 12.00 dan 12.45 – 14.30. Reservasi Museum di Tengah Kebun : 021-7196907 / 0877-8238-7666 dengan Pak Mirza Djalil, keponakan Pak Sjahrial Djalil (pemilik rumah / museum) yang berperan sebagai pemandu wisata kami.
Contributor
Endy Prasetyo
Views: 365