Kampung Adat Tarung adalah sebuah perkampungan kecil yang terletak diatas bukit dengan ketinggian sekitar 100 meter dari permukaan laut. Kampung Adat Tarung bukanlah kampung biasa melainkan salah satu kampung yang memegang teguh adat leluhur dan budaya turun temurun hingga saat ini. Itulah sebabnya Kampung Adat Tarung menjadi salah satu kampung wisata jika kita datang ke Sumba. Oh ya Kampung Adat Tarung terletak di Kota Waikabubak, ibu kota Kabupaten Sumba Barat, Nusa Tenggara Timur.
Lokasinya yang berda ditengah-tengah kota dan pemukiman pendudukan menjadikan kampung ini sangat menonjol terlebih bangunan disetiap rumah dikmapung ini sama dan sangat menarik. Cukup beberapa menit saja dari pusat ibu kota Kabupaten Sumba Barat kita sudah bisa melihat senidri keindahan dan keunikan budaya Sumba yang masih bertahan.
Kampung Adat Tarung jumlahnya tidak banyak yakni sekitar 102 rumah panggung saja. Kampung Adat Tarung juga hanya dihuni sekitar 400 keluarga sehingga satu sama lainya masih tergolong kerabat dekat. Rumah yang ada di Kampung Adat Tarung juga hanya berukuran sekitar 15 meter x 15 meter dan dihuni 3-4 keluarga. Jumlah warga Tarung sendiri tercatat sekitar 1.530 jiwa dengan mata pencarian utamanya sebagai petani, perajin tenun ikat, dan pegawai negeri sipil.
Kampung Adat Tarung ini memang bukan hanya dijadikan sebagai kampung wisata saja tetapi juga dijadikan sebagai institusi sosial dan keagamaan (Marapu). Bentuk rumah yang ada di Kampung Adat Tarung adalah adat Sumba atau uma (rumah) yakni berbentuk bangunan adat dengan arsitektur vernacular pencakar langit.
Strukturnya segi empat di atas panggung yang ditopang tonggak-tonggak kayu dengan kerangka utama tiang turus (kambaniru ludungu) sebanyak empat batang. Ada 36 batang tiang (kambaniru) berupa struktur portal dengan sambungan pen memakai kayu mosa, kayu delomera, atau kayu masela.
Ada tiga bagian utama rumah adat Sumba ini.
1. Bagian atap rumah (toko uma)
Bagian ini berbentuk kerucut seperti menara biasa digunakan untuk menyimpan benda-benda pusaka. Terkadang pula di sana digunakan untuk menyimpan hasil panen.
2. Ruang hunian (bei uma)
Bagian ini tidak menyentuh tanah. Pada ruang dalam dibedakan atas ruang akses untuk pria dan wanita. Ada juga ruang hunian berlantai bambu untuk tempat bermusyawah berupa beranda luas (bangga).
3. Bagian bawah rumah (kali kabunga)
Bagian ini menjadi kandang ternak, seperti kambing, babi, atau bahkan kuda dan kerbau.
Selain bagian dari struktur bangunan rumah adat di atas, ada beberapa jenis bangunan adat dengan peruntukan khusus di Sumba, yaitu rumah tinggi bertingkat tempat memelihara ternak kuda dan babinya di kolong rumah (Uma Jangga), rumah keramat pemujaan Marapu atau roh leluhur yang tidak dipergunakan sebagai tempat tinggal (Uma Ndewa), serta rumah besar tempat bermusyawarah adat (Uma Bukolu).
Kampung Adat Tarung terdapat beberapa rumah adat utama dengan fungsinya masing-masing, yakni :
1. Uma Rato, sebagai Ina Ama dan sebagai penunggu kedatangan Uma Tuba
2. Uma Mawinne, sebagai penentu tibanya bulan suci
3. Uma Wara, sebagai tempatnya tombak adat/Nobu Wara
4. Uma Dara, sebagai tempat kuda adat
5. Roba Delo, sebagai tempat perang adat
6. Uma Marapu, tempat ritual Podu untuk persembahan ayam
7. Uma Madiata, sebagai pembawa lagu adat
8. Wee Kadaa/Ledo Naba, sebagai tempat kuda adat, penarikan batu kubur dan sebagai pembawa air suci yang terkena kilat
9. Jaga Wogu/Pollu Batana, sebagai rumah induk
10. Ana Wara Ana Uma, sebagai tempat perang adat
11. Ana Uma Madiata, sebagai tempat perang adat
12. Uma Ana Wara Ana Uma, sebagai Kaito Utta/ Poppu Winno, sebagai penerima tamu pertama
di Kampung Adat Tarung juga terdapat beberapa benda pusaka yang kini ditetapkan sebagai cagar budaya di Kampung Adat Tarung, Sumba Barat, NTT. Di antaranya, Beddu/Ubbu atau tambur, Katuba atau tambur kecil, Talla atau gong, Kasaba atau simbal, Teko atau parang, Nobbu atau tombak, Toda atau tameng, Pamuli/Tabelo atau maraga, Lele/Lagaro atau aksesori, Pega, Koba, Gori, piring, mangkuk, dan cawan.
Refrensi : travel.kompas & Liputan6
Views: 929