Menyapa Penyu Di Pulau Jemur, Riau

Pulau jemur merupakan habitat alami bagi penyu hijau, dan merupakan pulau yang tidak berpenghuni. Terdapat pangkalan atau pos pemantau milik TNI Angkatan Laut.

Pulau Jemur memiliki luas sekitar 250 hektar, merupakan sebuah pulau milik indonesia yang terletak di Selat Malaka, dekat dengan perbatasan Malaysia. Pulau ini termasuk dalam wilayah Kecamatan Pasir Limau Kapas, Rokan Hilir Provinsi Riau Indonesia.

Pulau Jemur, pernah di klaim sebagai salah satu pulau milik malaysia. Setelah sejumlah media indonesia pada bulan agustus 2009 melaporkan bahwa malaysia bermaksud mengelola pulau jemur sebagai tempat objek wisata.

Foto by Sukendi

Kepemilikan sah Pulau Jemur dan gugusan pulau kecil di sekitarnya, oleh indonesia atas sertifikat tanah yang  di miliki oleh Raja Siak. Ketegangan ini mereda setelah di ketahui terdapat pulau jemur sebagai bagian dari kesultanan Selangor.

Untuk sampai ke lokasi ini, jika kita wisatawan dari pekanbaru, atau dari daerah lain yang melintasi kota Pekanbaru, rute perjalanannya yaitu dari kota pekanbaru kita bisa langusng menuju bagan siapi-api, tepatnya di pelabuhan bagan siapi-api.

Setelah itu, kita menyewa speedboat atau perahu untuk menuju ke pulau arwah. Dengan waktu tempuh menggunakan Speedboat sekitar dua jam perjalanan.

Fasilitas di pulau ini tidak ada, kita tidak akan menemukan warung makan, tempat menginap, dan fasilitas lainnya. Karena Pulau ini pulau yang tidak berpenghuni.

Foto by Ady Kenzie

Disini pada musim penyu bertelur kita bisa jejak-jejak sirip penyu yang masih terlihat jelas. Ada yang menuju laut ada yang menuju darat. Tapi ada juga jejak yang setengah melingkar. Jejak-jejaknya bertabrakan satu sama lain terlihat semua.

Muncul jejak penyu biasa muncul saat malam datang dan tak ada orang yang melintas pantai. Disini tidak ada jejak kaki manusia. Disini masih perawan karena pulau Jemur termasuk pulau terluar yang berhadapan langsung ke Selat Malaka. Pulau ini memang sepi karena hanya dijaga petugas dari TNI AL dan Petugas Perhubungan Laut.

Di Pulau Jemur ada pos keamanan TNI Laut yang terletak tidak jauh dari pantai.Tidak jauh dari sini terliat ada pohon ketapang yang rindang, ada sebuah kolam dan beberapa tong air berisi tukik (anak penyu). Ya ampun, jumlahnya ribuan. Kita bisa bikin kaget dan berdecak kagum karena belum pernah melihat tukik sebanyak ini dan ternyata Pulau ini adalah termasuk salah satu wilayah penangkaran Penyu Hijau yang dilindungi.

Foto by Metroterkini

Pemerintah Kabupaten Rokan Hilir sudah beberapa kali melepas tukik-tukik ke laut. Program kepedulian terhadap satwa langka ini juga bekerja sama dengan pemerhati satwa-satwa langka dari dunia internasional. Beberapa peneliti penyu juga pernah datang. Uniknya, yang memilihara tukik-tukik di Pulau Jemur adalah aparat keamanan dan petugas navigasi. Mereka bekerja secara bergantian, sungguh luar biasa pengabdian mereka.

Setiap hari dua kali sehari tukik diberi makan yang mengandung udang-udangan, ikan kecil, rumput laut, cacing laut dan lain-lain. Di penangkaran seperti di Pulau Jemur, tukik-tukik diberi makan pelet atau udang kering [ebi]. Kalau sudah besar sekitar 20-30 CM, penyu hijau menjadi binatang herbivora yang memakan rumput laut.

Penyu hijau berwarna abu-abu, kehitam-hitaman atau kecoklat-coklatan. Dinamai penyu hijau bukan lantaran sisiknya berwarna hijau melainkan karena warna lemak yang berada di bawah sisiknya berwarna hijau. Kepala penyu hijau kecil dengan paruh yang tumpul. Berat tubuh penyu hijau bisa mencapai ratusan kilogram.

Pulau Jemur ternyata hanya dihuni oleh anggota TNI AL dan anggota tim Navigasi Indonesia dari Perhubungan, yang selama ini menjaga pulau terlear yang berhadapan dengan negara Malaysia. Selama ini Pulau Jemur termasuk dalam peta objek utama wisata bahari andalan Kabupaten Rohil, Riau. Daya tariknya tentulah karena pulau ini menjadi tempat persinggahan penyu-penyu hijau untuk bertelur. Sehingga pemerintah Rokan Hilir berusaha agar pulau Jemur tetap terlihat alami. Jika tidak tentulah satwa-satwa langka ini tak mau lagi bertelur di sini.

Tidak hanya di Pulau Jemur, menurut para ahli penyu, ada sekitar 143 tempat pendaratan penyu untuk bertelur (nesting site) hampir di seluruh Indonesia. Diantaranya di Pulau Berhala [Sumatera] Utara], Pantai Paloh [Kalimantan Barat], Kepulauan Derawan [Kalimantan Timur], Pesisir Desa Muara Way Tembulih [Lampung Barat], Pantai Pangumbahan-Ujung Genteng [Jawa Barat], Pulau Penyu [Sumatera Barat], Pulau Bengkaru di Kepulauan Banyak [Nanggroe Aceh Darussalam], Pantai Kuta [Bali], Pantai Gili Trawangan [Lombok], Pulau Runduma-Wakatobi [Sulawesi Tenggara], Pantai Warmon [Papua], dan masih banyak lagi.

Bahkan berdasarkan catatan The Indian Ocean and South East Asia (IOSEA), menyebutkan enam dari total tujuh spesies penyu yang hidup di dunia juga berada di perairan Indonesia, yakni penyu tempayan (Caretta caretta), penyu pipih (Natator depresus), penyu lekang (Lepidochelys olivacea), penyu sisik (Eretmochelys imbricata), penyu belimbing (Dermochelys coriacea), dan penyu hijau (Chelonia mydas).

Pos Komando Armada RI Kawasan Barat Pangkalan TNI-AL dan Dinas Perhubungan Laut Distrik Navigasi Dumai jaraknya hanya ditempuh 15 menit saja. Ada tangga semen menuju puncak Pulau Jemur yang tidak tinggi. Disini juga helipad yang dipenuhi dengan rumput pendek dan terlihat bersih. Disini juga ada mercusuar yang menandakan daratan terluar dari Kabupaten Rokan Hilir Provinsi Riau . Kita juga bisa meminta ijin kepada petuhas untuk menaiki tower mercusuar.

Dari menara mercusuar kita bisa melihat pemandangan yang luar biasa seperti hamparan laut biru. Juga burung-burung camar yang terbang mengitari pulau. Dari ketinggian, perahu-perahu nelayan bisa kita lihat walaupun hanya sebesar korek api.

Sebagai tambahan Pulau Jemur adalah pulau terbesar di gugusan Kepulauan Arwah (Arwah) yang terletak di Selat Malaka. Gugusan pulau ini terdiri dari pulau Pertandangan, Batu Mandi, Batu Adang, Batu Berlayar, Tokong Mas, Tokong Simbang, Labuhan Bilik dan Tokong Pucung. Pulau-pulau ini pula menjadi tempat peristirahatan para nelayan jika ada badai saat melaut.

Jika kita wisatawan dari luar daerah yang jauh, sebaiknya kita menginap di wisma atau hotel kelas melati yang ada di Bagan Siapi-api. Dengan biaya menginap yang cukup terkangkau.

Jika kita ingin bermalam di Pulau ini, kita harus membuat tenda di sekitaran pos TNI angakatan laut yang ada di kawasan pulau. Tentunya dengan mempersiapkan segala hal yang di perlukan untuk bermalam di pulau ini. Seperti tenda, makanan, cemilan dan lain-lain.

Views: 924

bubuy

Backpackology

Baca Artikel Lainnya