Liputan Trip City Tour Semarang Part #5

Inget Semarang inget Lawang Sewu, iya ngga? Bangunan tua yang terkenal angker ini memiliki banyak cerita di telinga kita. Tapi siapa sangka kalau sekarang Lawang Sewu telah disulap menjadi bangunan elegan yang menjadi destinasi incaran para wisatawan ketika datang ke Semarang.

Nah, tanggal 28-29 Oktober lalu Bacpacker Jakarta kembali menyambangi kota ini untuk kali kelima. Trip yang digawangi oleh Kang Yono, Kak Wiwid, dan Kak Apri ini diikuti oleh 42 orang peserta, dengan biaya share cost sebesar Rp299.270,- (member) dan Rp319.270,- (non member). Memilih meeting point di sekretariat Backpacker Jakarta, kita semua berangkat ke Kota Lumpia tepat pukul 9 malam dengan menggunakan bus.

Para peserta trip Semarang City Tour Part #5

Setiap perjalanan tentunya memiliki kesan serta cerita yang berbeda pula, termasuk trip kali ini. Untuk pertama kalinya teman-teman Backpacker Jakarta mengadakan Trip yang berkolaborasi dengan komunitas IPPA (Ikatan Peduli Pendidikan Anak) Rawamalang.

IPPA sendiri merupakan komunitas yang peduli akan pendidikan anak-anak di wilayah Rawamalang, Cilincing, Jakarta Utara. Visi dan Misi dari komunitas ini adalah membuka wawasan dan menambah imu pengetahuan melalui kegiatan-kegiatan edutaiment seperti kunjungan museum, petualangan, pelatiham, pelatihan, dan praktek personal skill. Serta membuka kesempatan bagi anak-anak untuk mengembangkan minat dan bakat mereka melalui bimbingan minat dan bakat di bidang olahraga dan seni, seperti futsal, berenang, menari, dll.

Dengan adanya anak-anak dari komunitas IPPA, perjalanan kami terasa sangat seru dan menyenangkan. Kurang lebih 10 jam perjalanan tidak terasa melelahkan karena canda tawa diantara kami.

Jam 8 pagi kami sampai di destinasi pertama, yaitu Masjid Agung Jawa Tengah. Kami semua sangat takjud ketika sampai disini. Masjid yang sangat megah dan elegan. Yang unik dari masjid ini adalah arsitekturnya yang mirip dengan Masjid Nabawi di Madinah. Terdapat 6 pilar payung di pelataran masjid yang melambangkan rukun iman. Ada pula menara masjid yang turut menyita perhatian pengunjung. Di dalam menara ini, terdapat 4 bagian yang saling dihubungkan dengan lift. Keempat bagian tersebut adalah; main gate, gardu pandang, cafetaria, serta museum. Setelah puas berkeliling masjid, kami melanjutkan perjalanan ke Semarang Kota Lama.

Sekilas, Semarang Kota Lama tak jauh berbeda dengan Jakarta Kota Tua. Banyak sekali bangunan tua berjejeran disini. Adapula para warga yang menjajakan barang-barang kuno, serta yang menawarkan berfoto dengan properti sepeda ala Belanda. Ketika berada di daerah Kota Lama, kita akan melihat sebuah bangunan yang unik dan bernuansa eropa berkubah bulat. Ya, itulah sebuah gereja tua yang dibangun pada tahun 1753 oleh arsitek Belanda yang biasa disebut gereja blenduk oleh orang Jawa karena terlihat menggelembung (mblenduk). Untuk yang hobi fotografi pasti betah berada disini. Karena banyak spot foto yang bisa dibidik, mulai dari bangunan tua, jalanan yang masih terbuat dari batu, museum 4D, cafetaria jadul, dan masih banyak lagi.

Destinasi selanjutnya adalah destinasi yang ditunggu-tunggu oleh para peserta trip, yaitu Lawang Sewu. Dan benar saja. Ketika sampai disini, semua peserta nampak berhamburan ke setiap sudut area bangunan. Lawang Sewu dulunya merupakan sebuah kantor djawatan kereta api pertama yang ada di Indonesia. Dalam bahasa Jawa, Lawang Sewu berarti seribu pintu. Namun bukan berarti bangunan ini memiliki seribu pintu. Karena bangunan nya yang besar dan megah serta banyak terdapat ruangan di dalamnya, maka disebutlah Lawang Sewu. Jumlah daun pintu nya sendiri hanyalah sekitar 600 buah.

Lawang Sewu yang terkenal angker kini telah disulap menjadi bangunan elegan oleh pemerintah Kota Semarang. Di tengah area terdapat live music yang akan memanjakan telinga setiap pengunjung yang datang. Suasana bangunan nya pun ternyata tidak semistis cerita orang-orang. Suasana disini cukup nyaman dan asri dengan adanya taman di beberapa sudut bangunan.

Sebelum melanjutkan ke destinasi berikutnya, kami menyempatkan diri untuk santap siang dengan makanan khas daerah sini. Ada tahu gimbal, tahu pong, babat gogso, dan es congklik. Dan semua makanan itu bisa kita jumpai di depan Lawang Sewu. Jadi, tidak perlu jalan jauh untuk bisa menikmati kuliner Semarang tersebut.

Nah, agenda selanjutnya adalah menuju Camp Mawar, tempat kita menginap. Para CP sebenarnya agak khawatir membawa anak-anak tidur di tenda dan di alam terbuka. Tapi setelah sampai di lokasi, anak-anak tersebut malah sangat senang dan bersemangat. Karena pada dasarnya mereka adalah ‘para pejalan’. Jadi trip kali ini bukanlah yang pertama untuk mereka. Tak heran kalau anak-anak tersebut sangat mandiri dan menyenangkan.

Menikmatinya indahnya Kota Semarang dari Camp Mawar adalah obat paling mujarab untuk menutup hari itu. Rasa lelah kami semua terbayar dengan pemandangan yang sangat ciamik dari sini. Citylight nya sangat bersih dan indah. Wangi tanah sehabis hujan, gelak tawa para peserta, ditambah suara petikan gitar dari pengunjung yang lain turut memberi kehangatan malam itu.

Keesokan paginya setelah selesai sarapan dan bersih-bersih, kami semua diboyong ke Umbul Sidomukti. Lokasinya tak jauh dari Camp Mawar. Cukup berjalan kaki sekitar 20 menit. Dan lagi-lagi kami disuguhi pemandangan yang luar biasa meneduhkan mata. Hamparan bukit hijau dipadukan dengan bersihnya langit biru membuat perjalanan ke Umbul Sidomukti tak terasa melelahkan.

Bukan hanya sekedar kolam renang, ternyata di Umbul Sidomukti disediakan outbond, dan camping ground juga loh. Fyi, tempat ini merupakan kolam renang tertinggi di Pulau Jawa. Letaknya berada di ketinggian 1200 mdpl atau lebih tepatnya ada di lereng Gunung Ungaran. Jadi, tak heran jika air disini sangat dingin, bersih, dan jernih.

Dan destinasi terakhir yang kami datangi adalah Vihara Buddhagaya Watugong. Icon dari tempat ini adalah sebuah pagoda yang menjulang tinggi. Pagoda Avalokitesvara memiliki tinggi bangunan sekitar 45 meter dengan 7 tingkat, yang mempunyai makna bahwa seorang budha akan mencapai kesucian dalam tingkat ketujuh.

Di Vihara ini terdapat sebuah patung Dewi Kwam Im (Dewi Welas Asih) yang menghadap ke seluruh penjuru mata angin sebagai bentuk harapan kepada sang dewi untuk memberikan kesejahteraan keseluruh penjuru. Bangunan Vihara ini tentu mengadaptasi dari bangunan di Tiongkok, sehingga ketika kita sedang berada di kompleks Vihara ini maka serasa berada di negeri tirai bambu.

Vihara Buddhagaya Watugong menutup City Tour Semarang kali ini. Saat perjalanan pulang kami menemukan beberapa kendala, yakni bus nya yang beberapa kali mogok serta ban mobil bus yang kami tumpangi pecah. Hal tersebut menyita banyak waktu. Tapi kami semua tetap sampai di Jakarta dengan selamat dan bahagia.

Nilai yang dapat dipetik dari perjalanan kali ini adalah toleransi. Sebagian besar destinasi yang kami kunjungi adalah tempat ibadah, dan disana para peserta menyempatkan diri untuk sholat ataupun sembahyang sesuai dengan kepercayaannya masing-masing. Disini, kami merasakan tingginya arti sebuah toleransi antar umat beragama. Ya, lagi-lagi traveling memberikan pelajaran baru untuk kita semua.

Daftar peserta :
1. Turmudi #non
2. Sari #32
3. Abe #non
4. Indran #6
5. Rahmi #6
6. Betty #non
7. Nia #non
8. Vian #non
9. Leoni #non
10. Tari #non
11. Tia #non
12. Yusuf #non
13. Eko #non
14. Bunga #non
15. Gunawan #non
16. Mamat #non
17. Damar #non
18. Farel #non
19. Dino #non
20. Irwan #non
21. Haris #15
22. DewiR #non
23. Cicisahara #11
24. Ayu Lestari (ayi) #30
25. Inung #non
26. Yeyet #non
27. Daus #27
28. Dorisde #7
29. Arfen #4
30. Reza #nonRT
31. Afrita #29
32. Ira asp #29
33. Akhi #semu
34. Ryan #non
35. Adhis #non
36. Iwan #9
37. Geraldi #non
38. Maria #32
39. Rahma #28
40. Martha #24
41. Angga #nonrt
42. Akbar #nonrt

Views: 855

Rahma (@_raahmaaa)

Walk humbly, talk politely, dress neatly, play atrractively.

Baca Artikel Lainnya