Sejarah Tari Pendet

Tari Pendet pada awalnya adalah sebuah tari pemujaan yang banyak di pentaskan di pura pura. Gerakan gerakan dalam tarian ini merupakan sebuah simbol dalam penyambutan atas turunnya dewata ke alam dunia dan juga sebagai rasa syukur. Seiring perkembangan zaman, beberapa seniman bali merubah tarian ini menjadi tarian ucapan selamat datang. Namun tetap tak meninggalkan ciri khas kesakralan dan kereligiusan tari ini.

otonomi.co.id

Di tetapkan tari pendet pertama kali lahir pada tahun 1950. Seorang seniman bali bernama Wayan Beratha mengolah kembali tari ini dengan pola seperti sekarang, termasuk menambahkan jumlah penarinya. Tahun 1967 seorang koreografer bernama Wayan Rindi menciptakan bentuk modern tari pendet ini, namun tetap tidak mengurangi unsur sakral dan religius tari tersebut. Wayan Rindi di kenal sebagai seniman tari dengan kemampuan mengubah tari dan melestarikan tari bali melalui pembelajaran pada generasi penerusnya baik di lingkungan keluarga maupun di sekitarnya.

seje-jessica.blogspot.com

Tari pendet tak hanya di jadikan sebuah tarian saat menyambut tamu tamu penting saja, namun juga selalu di jadikan sebagai tari pembuka saat pertunjukan tari tarian bali. Tarian ini di bawakan oleh sekelompok remaja putri yang masing-masing membawa mangkok perak berisi bunga warna warni. Para penari pendet berdandan seperti para penari upacara keagamaan lainnya. Pada bagian akhir tarian, para penari menaburkan bunga bunga yang mereka bawa ke arah penonton atau tamu yang di sambut sebagai ucapan selamat datang.

kebudayaanindonesia.net

Meski tergolong tarian sakral, tari pendet berbeda dengan tarian upacara lainnya yang biasanya memerlukan para penari khusus yang sudah terlatih. Siapapun bisa menarikan tarian ini, baik yang sudah terlatih maupun yang masih awam. Pada dasarnya tarian ini hanya mengikuti gerakan penari senior yang ada di depannya, yang mengerti tanggung jawab dalam memberikan contoh yang baik. Tidak memerlukan pelatih intensif.

galaberita.com

Sumber :

Wikipedia Indonesia, indonesiakaya.com, kebudayaanindonesia.net

Views: 8780

Baca Artikel Lainnya