Liputan Trip Geopark Ciletuh

Mendengar kata Geopark Ciletuh, terbesit gambaran air terjun dengan bebatuan di sekelilingnya. Ya, pantas saja ketika melihat woro-woro mengenai trip geopark ciletuh ini, beberapa destinasinya adalah mengunjungi air terjun (curug). Agar tidak penasaran lagi karena beberapa teman-teman sudah mengunjungi geopark ciletuh, maka akupun memutuskan untuk ikut dalam trip ini bersama dengan komunitas Backpacker Jakarta.

Berkumpul di sekretariat backpacker jakarta yang terletak di Cawang UKI, sekitar 34 peserta trip dengan di koordinasikan oleh CP (contact person) yaitu Bang Wira, Kak Suci dan Mas Adhi pun memulai briefing sebelum melakukan perjalanan dengan maksud memastikan semua peserta hadir dan mendapatkan pengarahan mengenai trip ini sehingga dapat memudahkan perjalanan nantinya.

Geopark Ciletuh
CP ( Bang Wira dan Kak Suci)

Sekitar pukul 23:00 kami pun berangkat dengan menggunakan 2 elf dimana masing-masing elf terdapat CP yang akan memberikan arah dan informasi. Perjalanan ke Geopark Ciletuh ditempuh kurang lebih selama 5 jam dengan 2 kali pemberhentian di SPBU Cibadak dan SPBU sebelum Pelabuhanratu untuk sekedar buang air kecil dan membeli makanan serta minuman.

Sekedar informasi, Geopark adalah sebuah kawasan geografis tunggal dan memiliki warisan geologi berskala nasional atau internasional. Situs-situs warisan geologi beserta keaneka ragaman hayati dan budaya yang dikelola dengan konsep perlindungan, pendidikan dan pembangunan berkelanjutan dengan dukungan regulasi, infrastruktur dan program pemberdayaan bagi masyarakat sekitar.

Geopark Ciletuh Pelabuhanratu terletak di Sukabumi, Jawa Barat dan memiliki luas area 126,1 km2 yang meliputi 74 desa di 8 kecamatan serta beberapa pulau-pulau kecil. Kawasan ini ditetapkan sebagai Geopark nasional pada tanggal 22 Desember 2015 oleh Komisi Nasional Indonesia untuk UNESCO. Dari sekitar 40 geoheritage yang dimiliki Indonesia, sudah ada beberapa tempat yang di akui geopark dunia seperti Geopark Kaldera Danau Toba di Sumatera Utara, Geopark Merangin di Jambi, Geopark Rinjani dan yang terbaru adalah Geopark Ciletuh.

Berlibur di kawasan Geopark Ciletuh ini seperti mendapatkan paket berlibur lengkap, karena tidak hanya menyajikan wisata curug nan indah, adapula wisata bukit, pantai dan juga pulau. Berikut beberapa destinasi yang kami jumpai selama di Geopark Ciletuh:

  1. Puncak Darma

Pukul 04:00 kami pun tiba di destinasi pertama yaitu Puncak Darma, merupakan sebuah dataran tinggi di ujung barat mega amfiteater Ciletuh, di tepian Samudera Hindia. Dataran ini memiliki ketinggian sekitar 340 meter di atas permukaan laut. Secara geologi merupakan bagian dari dataran tinggi Jampang (Plate Jampang) dan batuannya merupakan bagian dari Formasi Jampang Anggota Cikarang, berupa batupasir tufan, breksi dan lava yang berumur Milosen Bawah (23 – 16 juta tahun).

Keindahan saat matahari terbit dan tenggelam juga dapat diamati dari tempat ini serta merupakan salah satu spot terbaik untuk menikmati milkyway (galaksi Bimasakti). Namun sayangnya ketika kami sampai disana, cuaca sedang turun hujan sehingga kami tak dapat menikmati matahari terbit. Ditempat ini dapat pula diamati Teluk Ciletuh, lembah dan dinding amfiteater Ciletuh, Pulau Mandra, Pulau Kunti, Pantai Cikadal, Muara Sungai Ciletuh, Pantai Palangpang dengan pantainya yang membentuk seperti motif khusus yang disebabkan oleh bentukan arus laut, serta Muara Sungai Cimarinjung.

View dari Puncak Darma ke Teluk Ciletuh

Di sebelah utara dari puncak darma, tepatnya di kampung Ociang, terdapat bebatuan yang menyerupai bidak-bidak catur. Batu catur tersebut berasal dari batuan beku berstruktur kekar koto, bagian dari formasi Jampang, karena proses pelapukan dan erosi sehingga menghasilkan bentukan batuan seperti bidak catur.

Di bagian barat dari puncak darma, terdapat suatu tinggian bukit yang disebut sebagai daerah Cikalapa dengan hamparan padang savana dan padi huma. Dari lokasi ini dapat menikmati pemandangan Teluk Ciletuh di sisi selatan dan Teluk Pelabuhan ratu di sisi utara.

  1. Curug Cimarinjung

Terletak di aliran Sungai Cimarinjung, Desa Ciemas, curug ini memiliki ketinggian lebih dari 50 meter dan oleh masyarakat sekitar dikenal juga dengan Curug Goong. Menurut legenda, kawasan Cimarinjung konon adalah sebuah keraton di alam gaib tempat peminjaman peralatan gamelan (seperangkat peralatan tradisional sunda). Pada acara-acara perayaan, masyarakat sering meminjam peralatan kesenian tersebut akan tetapi satu per satu peralatan tersebut hilang karena tidak dikembalikan. Sehingga yang tersisa hanya gong yang masih tersembunyi di dalam curug tersebut, dimana pada hari-hari tertentu sering terdengar suara gong.

Air terjun (curug) di sekitar amfiteater ciletuh terbentuk karena proses geologi yang membentuk bentang alam amfiteater. Curug dapat terjadi karena adanya pengikisan yang lebih cepat pada batuan yang lebih lunak yang melapisi dibawah batuan yang lebih keras, sehingga akan terbentuk sebuah kolam pada dasar batuan yang lebih lunak dan takik (seperti menggantung) pada batuan yang lebih keras. Proses ini akan terus berlangsung sehingga alirannya akan terus mundur seiring dengan proses pengikisan dan membentuk lembah yang dalam dan air terjun diantara dinding batuannya.

Untuk mencapai ke curug cimarinjung ini, tidak terlalu jauh dari pantai pelampang maupun dari puncak darma, akses menuju curug cimarinjung pun sudah nyaman dengan jalan yang terbuat dari cor dan batu kali.

  1. Curug Sodong

Curug sodong berada di Desa Ciwaru, kecamatan Ciemas, kabupaten Sukabumi. Disebut curug sodong karena dilihat dari tebingnya yang menyondong seperti gua. Pada curug ini terdapat dua aliran bercabang yang terjun sehingga disebut juga curug kembar. Air dari curug sodong ini berasal dari dua curug di atasnya yaitu Curug Ngelay, dimana aliran airnya tinggi dan kecil seperti lidah yang menjulur panjang kebawah dan juga Curug Cikaret, disebut seperti itu karena di sekitarnya banyak ditumbuhi pohon karet.

Di sekitar curug sodong ini terdapat parkiran untuk mobil dan motor serta tidak perlu kelaparan ataupun terkena hujan karena tersedia beberapa fasilitas seperti warung dan beberapa penjual makanan dan minuman seperti bakso bakar, es cincau dan lainnya.

  1. Pantai Pelampang

Pantai ini merupakan muara dari aliran sungai ciletuh dan menghadap langsung ke Samudera Hindia. Nama ciletuh berasal dari Leuteuk dan Kiruh yang berarti air berlumpur dan keruh, sehingga tak heran warna dari air nya agak kecoklatan. Meskipun begitu, dari pantai yang memiliki garis lengkung yang unik ini kita dapat pula menikmati matahari tenggelam dan terdapat tugu yang bertuliskan geopark ciletuh.

Jembatan Bambu
Area Persawahan dengan View Tebing dan Curug

Karena banyak orang yang juga menikmati momen di pantai pelampang ini, kamipun berpindah ke ujung pantai dengan berjalan kaki melewati area persawahan yang terlebih dahulu menaiki elf sampai ke jembatan bambu.

Perjalanan kami di hari ke 2 menikmati Geopark Ciletuh dilanjutkan dengan destinasi -destinasi lainnya yang tak kalah indah dengan hari kemarin di antaranya:

  1. Bukit Panenjoan

Pada pukul 04:00 pagi kami pun bangun dan bergegas untuk mempersiapkan diri mengunjungi Bukit Panenjoan. Pada bukit ini kita dapat melihat dengan jelas gemintang di langit serta cahaya lampu dari beberapa rumah penduduk. Tak jauh dari spot foto untuk mendapatkan milky way, dapat kita jumpai warung-warung, walaupun pada jam tersebut belum dapat menghidangkan makanan dan minuman. Bagi yang ingin menunaikan sholat subuh, terdapat fasilitas berupa mushola di sekitar bukit panenjoan. Untuk akses jalan sudah bagus, tak khayal banyak rombongan komunitas motor hilir mudik melewati jalan ini untuk dapat menikmati pemandangan dari bukit panenjoan.

Kawasan panenjoan ini termasuk di segmen Tamanjaya dari Geopark Ciletuh. Bentang alam dari bukit panenjoan ini merupakan amfiteater alami yang berukuran raksasa dan dapat dinikmati. Dari titik ini kita dapat melihat hamparan lembah yang menghijau dengan rumah rumah di sekitar persawahan serta dapat melihat teluk ciletuh dan samudra hindia pada sudut bagian terluarnya. Dalam bahasa sunda, panenjoan berarti tempat untuk melihat atau memandang.

Amfiteater raksasa lembah ciletuh merupakan lembah alami berbentuk tapal kuda yang terbesar di Indonesia. Gambaran besarannya adalah 12 km panjang (jarak dari pantai palampang ke bukit panenjoan) dan sekitar 7 km lebar (jarak dari tebing curug cikanteh ke panenjoan). Lokasi ini secara geologi merupakan bagian dari tinggian jampang yang ambruk atau longsor dan menjadi lembah raksasa berbentuk tapal. Bukti dari proses struktur ini adalah adanya lebih dari 9 curug di sepanjang dinding amfiteater seperti curug awang, curug cimarinjung, curug sodong dan curug-curug lainnya.

  1. Curug Awang

Curug yang terletak di aliran sungai ciletuh ini memiliki tebing dengan ketinggian lebih dari 40 meter. Sekitar 300 meter ke arah hilir terdapat curug tengah dengan ketinggian 5 meter dan 500 meter ke arah hilir dari curug tengah terdapat curug puncakmanik dengan ketinggian sekitar 100 meter. Karena curug ini merupakan air terjun pertama dari aliran sungai ciletuh dan berada ada urutan tertinggi maka dinamakan curug awang, dimana dalam bahasa sunda kata awang berarti angkasa, layaknya angkasa yang berada jauh di atas langit.

Pemandangan alam yang disajikan pada curug ini berupa dinding batu alam berwarna coklat kemerahan dengan air terjun yang mengalir deras dan lebar pada salah satu sudut dindingnya. Pada musim hujan, debit air akan sangat deras mengalir sehingga menutupi seluruh tebing dari ujung ke ujung sehingga banyak yang menyebut curug awang ini merupakan mini niagara (air terjun di Amerika) atau niagara van java.

Pada bagian bawah curug, terdapat batu-batu berwarna coklat kemerahan yang disebabkan jatuhnya batuan tersebut karena derasnya arus sungai ciletuh serta faktor sedimentasi atau pelapukan batuan.

  1. Curug Cikanteh

Curug yang berjarak sekitar 30 menit berjalan kaki dari curug sodong dan memiliki aliran air yang cukup tinggi dan berbatu ini menurut mitos, merupakan kawasan angker sehingga tidak dikunjungi setelah matahari terbenam. Pada dinding atas dari curug ini dijumpai batuan yang berbentuk seperti jendela yang tertutup, sehingga disebut juga sebagai batu jendela. Pada hari hari tertentu kadang terdengar suara-suara aneh di sekitar batu jendela tersebut. Disekitar curug banyak dijumpai tanaman langka berupa pohon loa, bambu dan lainnya.

Sekedar informasi, kawasan ciletuh ini terdapat batu-batuan berumur ribuan bahkan jutaan tahun sehingga pada saat booming nya batu akik banyak para pecinta batu akik yang rela mencari sampai ke kawasan ciletuh terutama di sekitar curug cikanteh ini.

Akses ke curug cikanteh ini tidak begitu sulit dan cenderung sejuk karena sepanjang akses banyak di tumbuhi pepohonan rindang. Setelah melewati jembatan bambu, akan ada dua pilihan yaitu lurus terus dan berujung ke curug cikanteh atau belok kiri dan akan menemui curug ciateh.

Curug cikanteh ini memiliki keunikan yaitu berbentuk beberapa undakan dan lebar. Kolam di bawah curug cenderung luas dan airnya pun lebih jernih daripada curug-curug lainnya sehingga biasa dipakai untuk berenang oleh para pengunjung.

  1. Curug Ciateh

Merupakan curug yang masih satu kawasan dengan curug sodong dan curug cikanteh. Untuk dapat ke curug ini maka setelah setelah melewati jembatan bambu kami dapat mengambil arah ke kiri. Track untuk dapat mencapai curug ini masih berupa tanah dan melewati hutan serta bebatuan. Jika dibandingkan dengan beberapa curug-curug sebelumnya, maka perjalanan menuju curug ciateh inilah yang paling berat.

Namun tidak perlu khawatir, setelah kami sampai maka keindahan curuh inipun langsung menghilangkan rasa penat kami. Air terjun yang mengalir pada curug ini terbilang tidak deras dan tipis

  1. Pantai Loji

Setelah puas menikmati beberapa keindahan di geopark ciletuh, sekitar pukul 17:00 kami pun bersiap untuk kembali ke Jakarta. Melewati jalan raya, mata kami pun tak berhenti disuguhi pemandangan sekeliling yang memanjakan seperti bukit-bukit, savana, samudra hindia dan juga para penduduk yang beraktifitas di sekitar pantai. Rasanya kurang lengkap apabila kami tidak mengabadikan momen tenggelamnya matahari untuk hari terakhir di Geopark Cletuh. Kami, rombongan dengan ELF berwarna merah menghentikan laju dan menepi di sekitar pantai loji.

Pantai loji terletak di Desa Loji, Kecamatan Simpenan, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat. Pantai yang cenderung sepi ini memiliki juga dipenuhi karang-karang kecil dan besar seperti karang perahu dan karang merah. Pantai ini sangat cocok bagi yang ingin menikmati tenggelamnya matahari dengan sangat jelas dan indah.

Setelah menikmati matahari tenggelam dengan indahnya gradasi warna pada langit dan laut, kami pun menunaikan sholat magrib di sekitar pantai loji. Sekitar jam 19:30 ELF pun kembali melaju menuju Jakarta dimana sebelumnya berhenti sejenak di SPBU Cibadak untuk membeli makanan dan minuman sebelum akhirnya kami sampai kembali di sekretariat backpacker jakarta di Cawang UKI pada pukul 00:02 pagi.

Terimkasih backpaker jakarta dan geopark ciletuh, semoga Geopark Ciletuh semakin menjadi kawasan geoheritage yang mendunia dan semakin berkembang.

Views: 2188

admin

Komunitas Backpacker Jakarta adalah sebuah komunitas Travelling yang didirikan pada 5 April 2013 dan berpusat di Jakarta dan sekitaranya (Bogor, Tanggerang, Bekasi dan Depok.

Instagram : @backpackerjakarta
Tiktok : @backpackerjakarta
Twitter : @official_bpj
Facebook : backpackerjakarta
Group Wa : 081237395539

Baca Artikel Lainnya