Stasiun Pasar Turi Surabaya, 02.00 WIB
Suara nyaring tepukan menepis juga kibasan kain mengusir serangan nyamuk-nyamuk ganas. Peserta trip probolinggo yang baru saja tiba di Surabaya dengan kereta api, duduk kelelahan di selasar stasiun berteman nyamuk-nyamuk nakal.
Satu jam kemudian mobil Elf yang akan mengantar peserta trip tiba. Seluruh peserta termasuk saya segera tertidur pulas begitu Elf melaju membelah kota Surabaya. Sinar matahari pagi yang menelusup jendela mobil elf mulai membangunkan kami persis ketika mobil merapat ke area parkir menuju wanawisata air terjun Madakaripura. Belasan ojeg sudah menyambut kedatangan rombongan kami
Madakaripura
Masing-masing peserta rombongan diantar ojeg hingga pintu loket masuk air terjun Madakaripura. Dari loket, kami masih harus berjalan kurang lebih 1.5 KM menuju air terjun Madakaripura yang konon merupakan tempat Patih Majapahit, Gajah Mada mengasingkan diri.
Perjalanan selama lima belas menit melewati jalan setapak membawa kami menuju pemandangan menakjubkan. Air terjun yang berjatuhan dari tebing-tebing batu serupa hujan deras. Hawa dingin begitu menggigit saat menyusuri sungai dan melintas di balik debur air terjun.
Area selanjutnya adalah hamparan bebatuan besar dengan tebing yang ditumbuhi tanaman, sungguh memberikan pemandangan yang menyejukkan mata. Menyusuri tebing-tebing mengantar kami menuju air terjun penghujung yang memiliki laguna besar serta ceruk di tebingnya, keindahan semakin lengkap dengan munculnya pelangi pagi itu.
Finding Nemo di Gili Ketapang
Matahari bersinar begitu terik saat kapal yang kami tumpangi merapat ke Dermaga pulau Gili Ketapang. Lelah perjalanan yang ditempuh sesuai dari air terjun Madakaripura serta perjalanan menyeberangi lautan selama tiga puluh menit seolah terbayar lunas saat melihat hamparan pasir putih dan birunya lautan.
Pengelolaan wisata di pulau Gili Ketapang ini sudah sangat baik dan dikemas modern. Banyak rest area yang dibuat kekinian, dengan bentuk rumah panggung beratap rumbia serta sudut-sudut berfoto yang dijamin instagramable
Cuaca begitu cerah, spot pertama snorkeling disambut meriah peserta trip. Satu persatu kami melompat bebas menuju lautan. Menikmati birunya laut, karang-karang yang cantik. Berkali-kali ikan badut yang terkenal dalam film Finding Nemo serta temannya si ikan biru berekor kuning, Dory melintas.
Spot kedua snorkeling yang letaknya lebih dekat ke daratan ternyata memiliki sebuah lempengan batu bertuliskan “Finding Nemo in Gili Ketapang”. Kami bergantian berpose di spot tersebut, di balik poto yang keren dan kekinian tersimpan ketakutan dan gelagapan di kedalaman air laut serta badan yang ditekan oleh guide snorkeling agar tak cepat naik ke permukaan.
Usai snorkeling, rombongan kami disambut oleh sajian berupa sedapnya ikan bakar dan sambal khas di cowet kecil-kecil yang pedasnya luar biasa. Angin laut berhembus perlahan menikmati santap sore kami. Hampir semua orang menghabiskan lebih dari 2 ekor ikan bakar yang lezat itu.
Menjelang pukul 5.30 sore rombongan kami bersiap meninggalkan Gili Ketapang. Angin berhembus begitu kencangnya saat kami naik ke perahu. Matahari tergelincir di ufuk barat tepat saat sauh diangkat dan perahu kami mulai mengarungi laut. Ombak luar biasa ganas ditambah angin yang makin kencang. Saya duduk di depan bersama dua orang CP dan dua orang teman yang satu klub yaitu KUBBU BPJ.
Berkali-kali kami basah kuyup diterpa ombak yang sesekali menghempas ke atas perahu. Perjalanan di laut yang semestinya hanya tiga puluh menit menjadi dua kali lamanya. Semua orang di perahu terpaku dan terdiam, dalam hati semua doa kami rapalkan. Meski ombak demikian tinggi dan keras, namun langit begitu cerah, ratusan bintang bercahaya menemani petualangan kami.
Saat kapal merapat di dermaga, tak henti kami mengucapkan syukur. Perjalanan dilanjutkan kembali menuju Bromo. Pukul 10 malam kami tiba di Sukapura dan bermalam di rumah penduduk sekitar.
Unforgetable Sunrise at Love Hills Bromo
Pukul dua dinihari kami semua sudah bersiap-siap untuk melanjutkan perjalanan menuju Bromo. Rombongan kami dibagi menjadi 6 orang per satu Jeep. Perjalanan menuju Bromo memakan waktu hampir 1 jam. Suasana masih begitu gelap saat jeep yang kami tumpangi merapat untuk parkir. Kami masih harus jalan mendaki untuk melihat sunrise. Berkali-kali aneka pengemudi ojek menawarkan jasanya. Langkah-langkah kaki kami cukup menghangatkan udara yang luar biasa dingin.
Sampai pos pertama, akhirnya saya, Yulia dan Kak Eva memilih naik ojek untuk menuju Bukit cinta. Saat itu matahari mulai terbit perlahan. Rapatnya parkiran jeep membuat ojek kami memarkirkan motornya kemudian kami diajak jalan kaki sejauh 100 meter dan lanjut naik motor lainnya menuju Bukit Cinta.
Saat tiba di Bukit Cinta, lautan manusia sudah memadatinya. Susah payah kami bertiga merangsek masuk untuk bisa memperoleh spot foto yang bagus, instagramable menurut istilah jaman sekarang. Saya menyaksikan sendiri indahnya matahari yang merangkak naik membawa semburat merah di langit.
Bromo, Savana dan Bukit Teletubbies
Usai menikmati keindahan matahari terbit di Bukit Cinta, kami melanjutkan perjalanan ke Bromo. Jeep yang kami tumpangi berjalan menyusuri perbukitan kemudian turun ke bawah melewati hamparan pasir luas dengan pegunungan Bromo sebagai latar belakangnya, kami berpose untuk mengabadikan kenangan ini. Perjalanan lanjut kembali menuju area Bromo yang memiliki Pura.
Parkiran jeep yang begitu luas, aneka warung penjaja makanan menjadi pemandangan di lautan pasir serta perbukitan Bromo yang betul-betul di hadapan mata. Aneka penunggang kuda lalu lalang di hadapan saya layaknya ksatria Padang Pasir. Selama satu jam kami mengeksplorasi dan tentu saja berfoto-foto.
Perjalanan lanjut kembali menuju Savana dan Bukit Teletubies. Jeep yang kami tumpangi melaju kencang di jalan berpasir, sesekali menerabas ilalang tinggi yang semakin membuat mata dimanja pemandangan memukau. Saat tiba di bukit Teletubies, saya terpana.
Hijaunya perbukitan seolah permadani lembut tergelar. Awan berarak melewatinya memberi kesan sejuk dan damai meski matahari pukul sepuluh pagi telah bersinar begitu terik. Aneka pose foto kami abadikan di sana hingga akhirnya saya tertidur kelelahan di dalam jeep sementara kawan-kawan serombongan masih sibuk berfoto ria. Menjelang pukul sebelas kami kembali ke Sukapura untuk bersiap kembali ke Jakarta.
Goodbye Probolinggo, Till We Meet Again …
Setelah semua anggota rombongan bersih-bersih dan makan siang, kami bersiap meninggalkan Sukapura. Perjalanan yang cukup lancar dan keriangan di dalam Elf yang kami tumpangi membuat perjalanan pulang tidak begitu terasa. Kami sempat mampir di toko oleh-oleh Kepala Singa di Sidoarjo.
Usai membeli oleh-oleh perjalanan lanjut menuju Taman Bungkul Surabaya untuk makan malam sebelum berpisah karena rombongan kami ada yang naik kereta dan pesawat. Bebek goreng Surabaya yang terkenal lezat menjadi santapan terakhir kami di Surabaya malam itu. Pukul tujuh malam kami berpisah sesuai tujuan masing-masing dengan membawa sekeranjang kenangan serta serunya teman-teman baru. (Doc Foto all peserta Trip)
List peserta probolinggo perdana
1. aria
2. dwi
3. nova
4. riki
5. agis
6. Mamah weekday
7. Ristianto 9
8. tri warso
9. bun bun
10. nico
11. fani
12. Raldy
13. Rani 8
14. Maya non rt
15. Atifa 8
16. Susan 8
17. Sendi 29
18. Yun 29
19. Yulia 29
20. Zulkaidah
21. Viska 8
22. Betria non rt
23. Deti
24. sekar
25. ambar
26. Anissa
27. dewi
28. Zahra
29. yanti
30. tea
31. era
32. yuseva
33. ningrum
CP : Aga & Tole
PENULIS
Pecinta kopi, puisi dan hujan ini biasa dipanggil Kak Yun, warga BPJ RT 29 serta anggota Klub Buku dan Blogger BPJ
Views: 789