Tradisi Bakar Batu, Papua

Tak kalah habisnya tentang Indonesia, dari mulai Wisata, Budaya, Kuliner dan sebagainya begitu banyak ragamnya. Kali ini kita bakal bahas yang menarik dari Indonesia bagian Timur tepatnya di Papua.

Foto : budaya-indonesia.org

Papua mempunyai Tradisi Bakar Batu yaitu merupakan salah satu tradisi paling penting di Papua yang berupa ritual memasak bersama-sama warga 1 kampung yang mempunyai tujuan untuk megutarakan rasa syukur, bersilaturahim (mengumpulkan sanak saudara dan kerabat terdekat), menyambut kebahagiaan (kelahiran, perkawinan adat, penobatan kepala suku), atau untuk mengumpulkan prajurit untuk berperang.

 

Foto : wisatamelayu.com

Tradisi Bakar Batu pada umumnya dilakukan oleh suku pedalaman/pegunungan, seperti di daerah Lembah Baliem, Paniai, Nabire, Pegunungan Tenga, Jayawijaya dan lain sebagainya.

Kenapa sih disebut Bakar Batu? Apa sih asal usulnya? Pasti kalian bertanya-tanya dong. Eitsss, ini bukan batunya dibakar seperti yang kalian pikirkan. Bakar Batu dijadikan sebagai alat perantara untuk memasak di atas api,karena benar-benar batu dibakar hingga panas membara, lalu ditumpuk di atas makanan yang akan dimasak.

Foto : wartaplus.com

Namun di masing-masing tempat/suku, disebut dengan berbagai nama, misalnya disebut tradisi Gapiia di suku Paniai, disebut Kit Oba Isogoa di suku Wamena, atau disebut Barapen suku Jayawijaya.

Proses Ritual Tradisi Bakar Batu sebagai berikut:

  1. Batu ditumpuk di atas perapian dan dibakar sampai kayu bakar habis terbakar dan batu menjadi panas (kadang sampai merah membara.
  2. Bersamaan dengan itu, warga yg lain menggali lubang yang cukup dalam
  3. Batu panas tadi dimasukkan ke dasar lubang yg sudah diberi alas daun pisang dan alang2.
  4. Di atas batu panas itu ditumpuklah daun pisang, dan di atasnya diletakkan daging babi yg sudah diiris2
  5. Di atas daging babi ditutup daun pisang, kemudian di atasnya diletakkan batu panas lagi dan ditutup daun
  6. Di atas daun, ditaruh ubi jalar (batatas), singkong (hipere), dan sayur-sayuran lainya dan ditutup daun lagi
  7. Di atas daun paling atas ditumpuk lagi batu panas dan terakhir ditutup daun pisang dan alang2.

Babi yg akan dimasak tidak langsung disembelih, tapi dipanah terlebih dahulu. Bila babi langsung mati, maka pertanda acara akan sukses, tapi bila tidak langsung mati, maka pertanda acara tidak bakalan sukses. Setelah matang, biasanya setelah dimasak selama 1 jam, semua anggota suku berkumpul dan membagi makanan untuk dimakan bersama di lapangan tengah kampung, sehingga bisa mengangkat solidaritas dan kebersamaan rakyat Papua.

Foto : kompas.com

Hingga saat ini Tradisi Bakar Batu masih terus dilakukan dan berkembang juga untuk digunakan menyambut tamu-tamu penting yang berkunjung, seperti Bupati, Gubernur, Presiden dan tamu Penting lainnya.

Foto : kompas.com

Di sebagian masyarakat pedalaman Papua yg beragama Islam, daging babi diganti dengan daging ayam atau sapi atau kambing, seperti di masyarakat adat Walesi di Kab. Jayawijaya.

Sumber Teks : https://id.wikipedia.org

Hits: 854

Baca Artikel Lainnya