Berikut adalah resume dari hasil sharing and discussion dalam Forum Quality Time bersama Cahyadi Arif @cahyadiarf, Pak RT dari BPJ 10 di Forum Backpacker Jakarta #21, dengan Tema “Manajemen Pendakian dan Mengenali Gejala Hipotermia serta Penanganannya”, mari kita simak bersama..
Manajemen Pendakian
Kegiatan upaya dalam mempersiapkan segala sesuatu hal, baik secara pribadi maupun tim selama melakukan pendakian memiliki beberapa faktor manajemen pendakian yang harus diketahui yaitu:
A. Faktor Utama
1. Tujuan Untuk Pendakian
2. Waktu Pendakian
3. Peralatan Perbekalan
4. Faktor Cuaca
5. Faktor Fisik dan Mental ( Berhubungan Dengan Fsikologi )
6. Faktor Izin Dari Orang Tua
B. Faktor Penunjang
– Biaya / Dana Untuk Melakukan Pendakian
– Peralatan Pendakian
– Waktu Perjalanan ( Lamanya Perjalanan )
– Perlengkapan Operasional
– Perlengkapan Darurat
Seseorang yang akan melakukan pendakian wajib memperhatikan aspek dasar untuk melakukan perjalanan pendakian dan perlengkapan operasional seperti:
A. Kesehatan
Seseorang wajib memahami kesehatan pribadi seperti kondisi fisik prima sebelum pendakian dan juga memahami penyakit bawaan lahir dan penyakit akibat factor kecelakaan. Sehingga bisa diminimalisir selama melakukan pendakian.
B. Peralatan Operasional
Seseorang wajib memenuhi standar persiapan alat-alat untuk pendakian seperti:
– Topi/Topi Rimba/Bandana/Syal/Kupluk/Buff
– Baju Kemeja Flanel
– Celana Cargo ( Bahan Tebal )
– Tas Cariel / DayPack/Cover Bag
– Jacket/Sweater/Rain Coat + Sarung Tangan
– Sepatu/Sandal + Kaos kaki
– Pakaian Ganti Secukupnya
– Peralatan Mandi ( Shampo, Sabun, Sikat Gigi, Tissue )
– P3K Pribadi
– Dirijen
– Pisau Belati ( Berfungsi untuk bertemu binatang buas )
– Senter/Head Lamp / Lampu Badai
– Survival Kit + Trash Bag
• Webbing
• Carabiner
• Tali Sepatu Cadangan
• Lilin
• Korek api kayu
• Benang jahit dan jarum
• Garam
• Pluit / wistol
• Peniti
• Tali rapia /plastic
• Patok
• Karet gelang
– Matras/Sleeping Bag + Thermal Blanket
– Logistik Pribadi + Peralatan Makan dan Minum
– Biaya Transportasi
Setelah peralatan pribadi terpenuhi semua dimasukkan dalam tas cariel. Adapun teknik packing wajib diketahui karena akan berpengaruh langsung pada pundak dan tulang punggung pendaki yaitu :
1. Bagian Bawah Tas Cariel
Bisa ditaruh barang yang tidak terlalu dibutuhkn
2. Bagian Tengah Tas Cariel
Perlengkapan Makanan dan Logistik
3. Bagian Atas Tas Cariel
Barang yang terpenting seperti:
– Gulung matras lalu dibuat melingkar sesuai kontur ransel
– Masukan trashbag untuk melindungi isi ransel dari kebasahan saat terjadi hujan dalam pendakian
– Masukan sleepingbag dibagian paling dasar ransel
– Masukan pakaian ganti diatas sleepingbag dengan cara digulung
– Masukan logistic pribadi
– Masukan jaket,sweteer
– Masukan P3K , raincoat, alat keperluan kecil lainnya dan makanan ringan dibagian paling atas ransel
– Setting tali dan suspensi pendukung ransel dengan cara tidak terlalu ketat dan juga terlalu longgar sehingga pundak dan punggung terasa nyaman selama melakukan perjalanan pendakian.
Mengenali Gejala Hipotermia
Hipotermia diawali dengan gejala kedinginan seperti biasa, dari badan gemetaran menahan dingin sampe gigi berkerotakan karena tidak kuat menahan dingin. Dan apabila tubuh korban basah, maka serangan hiportemia akan semakin cepat dan hebat.
Selain itu bila angin bertiup kencang, maka pendaki akan cepat sekali kehilangan panas tubuhnya (faktor wind cill) Jadi kalo badan basah kuyub kehujanan dan angin bertiup kencang, maka potensi hipotermia menjadi “paradoxical feeling of warmth” akan semakin cepat terjadi.
Puncak dari gejala hipotermia adalah korban tidak lagi merasa kedinginan, tapi korban akan merasa kepanasan (Istilah ini terdapat dalam buku Norman Edwin disebut “Paradoxical Feeling Of Warmt”
Hipotermia menyerang saraf dan bergerak dengan pelan, oleh karena itu sang korban tidak merasa kalo dia menjadi korban hipotermia. Dari sejak korban tidak bisa nahan kedinginan sampe malah merasa kepanasan di tengah udara yang terasa membekukan, korban biasanya tidak sadar kalo dia telah terserang hipotermia. Dalam hal ini kawan seperjalanan (terutama team leader atau kawan sependakian yang lebih pengalaman) sangat penting artinya untuk mengawasi apakah kawan kawan kita ada yang sakit (hipotermia, frostbite, mountain sickness, stress, dll). Jadi kalo ada kawan2 seperjalanan kita mulai bertingkah aneh di luar kebiasaannya, maka kita patut curiga dan waspada ada apa dengan dia dan tentu saja perlu segera memeriksa atau menanyai apakah dia masih sadar atau tidak.
Dalam kasus penderita hipotermia yang menyerang sampai pada taraf “paradoxical feeling of warmt” selain merasa kepanasan dia juga terkena halusinasi. Akan tetapi, dalam banyak hal lainnya, halusinasi juga telah terjadi walau si korban tidak sampai mengalami “paradoxical feeling of warmt”. Yang jelas, ketika si korban hipotermia sudah kehilangan “kesadaran”, maka dia akan mudah terkena halusinasi. Dan faktor halusinasi ini yang sangat berbahaya karena korban akan “melihat berbagai macam hal” dan dia akan mengejar apa yg dilihatnya itu tanpa menghiraukan apa yang ada di hadapannya. Jadi tidaklah mengherankan kalo banyak korban hipotermia ditemukan jatuh ke jurang dan telah meninggal dunia.
Tips Mencegahan Hipotermia
Bila kita melakukan kegiatan luar ruangan (pendakian gunung khususnya) pada musim hujan atau di daerah dengan curah hujan tinggi, maka disarankan untuk membawa ponco/raincoat adalah suatu keharusan. Selain membawa jas hujan, pakaian hangat (jaket tahan air dan tahan angin, kalo perlu) dan pakaian ganti yang berlebih dua sampai tiga stel, serta sarung tangan dan kerpus/balaclava/topi ninja juga sangat penting.
Perlengkapan yang tidak kalah pentingnya adalah sepatu pendakian yang baik dan dapat menutupi hingga mata kaki, jangan menggunakan sandal gunung atau bahkan jangan menggunakan sandal jepit. Naik gunung pada musim hujan bukan untuk gagah gagahan saja!
Tips lainnya seperti:
– Bawa makanan yang cepat dibakar menjadi kalori, seperti gula jawa, enting kacang, coklat dll. Dalam perjalanan banyak “ngemil” untuk mengganti energi yang hilang.
– Bila angin bertiup kencang, maka segeralah memakai perlengkapan pakaian hangat, seperti jaket, kerpus/balaclava dan sarung tangan. Kehilangan panas tubuh akibat faktor “wind cill” tidak terasa oleh kita, dan tahu tahu saja kita jatuh sakit.
– Bila hujan mulai turun bersegeralah memakai jas hujan, jangan menunggu hujan menjadi deras. Karena cuaca di gunung tidak dapat diduga. Hindari pakaian basah akibat terkena hujan.
– Bila merasa dirinya lemah atau kurang kuat dalam tim, sebaiknya terus terang pada team leader atau anggota seperjalanan yang lebih pengalaman untuk mengawasi dan membantu bila dirasa perlu.
Oh iya, menurut Cahya sendiri, jikalau ingin naik gunung haruslah sehat jasmani dan rohani, memiliki pembekalan yang cukup dan kalau mau naik disarankan ramean paling tidak salah satu pendaka pernah menaiki gunung tersebut, lalu tidak dianjurkan untuk wanita yang sedang haid karena untuk menghindari hal hal yang tidak diinginkan dan sebenernya itu semua adalah sugesti, karena dalam kondisi lelah manusia gampang banget berhalusinasi, Makan dari itu kuatkan pikiran dan gunakan logika.
Sesi Tanya Jawab:
1. Apakah saat naik gunung, jika sudah merasa lelah, dilarang jongkok / nekuk kaki ?
Jawab : Iyah, sangat tidak dianjurkan, dan lebih baik duduk lalu meluruskan kaki.
2. Misalnya kalau lagi mendaki di tengah perjalanan tiba tiba mensturasi , itu baiknya bagaimana ?
Jawab : Maka dari itu jika sudah tahu bahwa itu rutin, jadi bisa diprediksi kapan datang dan perginya, lalu jikalau kepepet baiknya membatasi becandaan segala macem, buang sampah pada tempatnya, sisa haid sebisa mungkin bawa turun dan tidak ditinggal
3. Jadi, jika wanita haid tidak boleh naik gunung ?
Jawab : Menghindari hal hal yang tidak diinginkan seperti:
1. Sakit perut saat haid, terlebih beban yg dibawa keatas lumayan berat
2. Menghindari nyusahin temen sependakian
3. Menghindari hal hal magis. Percaya tidak percaya ya gaes
4. Biasa nya jika lagi haid pasti mood tidak enak dan mudah lelah dan cape
Closing statement : “Dont worry, be happy selalu dalam perjalanan. Semangat dan jangan gampang menyerah bila kondisi mulai memburuk”
Narasumber : Cahyadi Arif ( Backpacker Jakarta 10 )
Views: 233