Bekerja dengan teman kadang terdengar menyenangkan. Ada rasa percaya, kedekatan, dan harapan bahwa semua akan berjalan lebih mudah. Tapi pengalaman mengajarkanku hal penting: kedekatan tidak boleh menggantikan profesionalisme.
Sebagai pemilik usaha di bidang jasa, aku percaya bahwa nilai kerja keras, integritas, dan komitmen adalah fondasi utama. Namun dalam perjalanan membangun bisnis, aku justru pernah disakiti oleh mereka yang dekat. Toleransi yang kuberikan justru dijadikan celah untuk tidak menghargai kinerja dan dedikasi timku.
Bayangkan—
-
Invoice yang sudah disepakati, dipalsukan dan di-mark up sepihak bahkan dananya tidak masuk ke rekening perusahaanku.
-
Fee tidak dibayar, atau dibayar setengah-setengah tanpa klarifikasi.
-
Project yang sudah dikerjakan hingga 80% tiba-tiba dibatalkan, tanpa tanggung jawab terhadap waktu, dana, dan tenaga yang sudah kami curahkan.
Ini bukan soal uang semata. Tapi soal menghargai proses dan kerja orang lain, yang mestinya tidak dibedakan hanya karena status kita sebagai teman.
Sungguh disayangkan, masih banyak yang berpikir bahwa bisnis milik teman itu bisa dinego semena-mena, bahkan tanpa menghitung dampak moral dan finansial yang ditinggalkan. Padahal, justru karena kita teman seharusnya saling menghormati dan tidak menyulitkan.
Jika kamu benar-benar peduli pada temanmu yang sedang merintis usaha, hargailah profesionalismenya. Bayar fee tepat waktu. Hargai perjanjian. Jangan uji loyalitas mereka dengan ketidakjujuran.
Karena sekali kepercayaan rusak, bukan cuma bisnis yang hancur tapi juga hubungan baik yang pernah dibangun.
Views: 32