Kampung Adat Wologai Berusia 800 Tahun, Nusa Tenggara Timur

Kampung adat ini berada di Kecamatan Detusoko, Ende, Flores, NTT. Memang tak banyak wisatawan yang tahu keberadaannya. Padahal, sama dengan Kampung Bena dan Waerebo, Kampung Wologai menyimpan tradisi yang tak kalah menarik. Kampung ini usianya sudah lebih dari 800 tahun. Lokasinya berada di tengah lembah, dikelilingi bukit-bukit hijau.

Kalau ingin ke sana, butuh melakukan perjalanan melewati jalan-jalan berliku. Jaraknya kurang lebih 37km dari Kota Ende.

 

Foto by Mongabay

Hampir serupa dengan rumah adat di Flores lainnya, Wologai juga memiliki keunikan bangunan. Bentuk rumahnya membentuk kerucut. Tata letak bangunannya melingkar dan bertingkat-tingkat. Makin ke atas, pelatarannya makin sempit, membentuk kerucut.

Satu hal unik dari Wologai adalah rumah-rumah dibangun melingkar dan ada tiga tingkatan dimana setiap tingkatannya disusun bebatuan ceper di atas tanah yang sekelilingnya dibangun rumah-rumah. Rumah panggung ini dibuat dari kayu yang diletakan di atas 16 batu ceper yang disusun tegak untuk dijadikan tiang dasar penopang bangunan ini.

foto : @elyndj
foto : @nttadventure

Bangunan dengan panjang sekitar 7 meter dengan lebar sekitar 5 meter ini memiliki atap berbentuk kerucut yang dibuat dari alang-alang atau ijuk. Tinggi banguan rumah sekitar 4 meter sementara atapnya sekitar 3 meter. Deretan rumah panggung di kampung ini dibangun melingkar mengitari Tubu Kanga, sebuah pelataran yang paling tinggi yang biasa dipakai sebagai tempat digelarnya ritual adat.

foto : @jamsie_13
Foto by Travelidntimes

Jumlah keseluruhan rumah adat di kampung Wologai adalah 18 rumah adat, 5 rumah suku dan sebuah rumah besar. Rumah suku dipakai sebagai tempat penyimpanan benda pusaka atau peninggalan milik suku. Sedangkan rumah besar hanya ditempati saat berlangsung ritual adat.

Bentuk atap rumah adat yang menjulang memiliki filosofi yang berhubungan dengan kewibawaan para ketua adat yang didalam struktur adat dianggap dan dipandang lebih tinggi dari masyarakat adat biasa.

Referensi by nationalgeographic; travel.idntimes

Hits: 964

Baca Artikel Lainnya