Berbagai Macam Keunikan Rumah Adat Nias

Butuh waktu kurang lebih tiga puluh menit berkendara dari Bandar Udara Binaka menuju Gunung sitoli bagian barat, kita akan menemukan sebuah perkampungan tradisional bernama desa Tumöri  yang terletak di kecamatan Gunungsitoli Barat. Nama Tumöri berasal dari nama sebuah pohon raksasa yang ditemukan oleh pendirinya di masa lampau. Diperkampungan tradisional ini kita dapat menjumpai 10 rumah adat khas Nias bagian Utara yang berusia antara 50-120 tahun. Awalnya terdapat 21 rumah adat di desa ini, namun 9 buah dirubuhkan oleh para ahli warisnya akibat adanya perselisihan antar sesama ahli waris serta ketidaksanggupan akan biaya pemeliharaan (mengingat biaya pemeliharaan rumah adat ini sangat besar), sementara 2 lainnya yang memang sudah berusia sangat tua roboh akibat gempa pada tahun 2005 yang lalu.

Rumah adat Nias atau yang biasa disebut dengan Omo Hada adalah suatu bentuk rumah panggung tradisional orang Nias, yaitu untuk masyarakat pada umumnya. Selain itu terdapat pula rumah adat Nias jenis lain, yaitu Omo Sebua, yang merupakan rumah tempat kediaman para kepala negeri (Tuhenori), kepala desa (Salawa), atau kaum bangsawan.

Foto by ARSITAG

Omo Sebua adalah gaya rumah tradisional masyarakat Nias dari kepulauan Nias, Indonesia. Rumah ini hanya dibangun untuk kepala desa dan biasanya terletak di pusat desa. Omo Sebua dibangun di atas tumpukan kayu ulin besar dan memiliki atap yang menjulang. Budaya Nias, yang dulunya sering terjadi perang antar desa, membuat desain Omo Sebua dibuat untuk tahan terhadap serangan. Satu-satunya akses masuk ke dalam rumah adalah melalui tangga sempit dengan pintu kecil di atasnya. Bentuk atapnya yang curam dapat mencapai ketinggian hingga 16 meter. Selain memiliki pertahanan yang kuat, Omo Sebua telah terbukti tahan terhadap gempa pada tahun 2005 lalu. Bangunan ini memiliki pondasi yang berdiri di atas lempengan batu besar dan balok diagonal yang juga berukuran besar serta bahan-bahan lainnya yang dapat meningkatkan fleksibilitas dan stabilitas terhadap gempa bumi. Atap pelana di bagian depan dan belakang juga memberikan perlindungan yang sangat baik terhadap hujan.

Omo Hada, sama seperti Omo Sebua, merupakan rumah rakyat jelata yang berbentuk persegi. Untuk tindakan perlindungan, pintu dibuat untuk menghubungkan setiap rumah, yang memungkinkan warga desa untuk berjalan di sepanjang teras tanpa harus menginjakkan kaki di tanah.

Foto by ARSITAG

Setiap Omo Hada memiliki enam tiang utama yang menyangga seluruh bangunan. Empat tiang tampak di ruang tengah rumah, sedang dua tiang lagi tertutup oleh papan dinding kamar utama. Dua tiang di tengah rumah itu disebut simalambuo berupa kayu bulat yang menjulang dari dasar hingga ke puncak rumah. Dua tiang lagi adalah manaba berasal dari pohon berkayu keras dipahat empatsegi, demikian pula dua tiang yang berada di dalam kamar utama. Setiap tiang mempunyai lebar dan panjang tertentu satu dengan lainnya. “Semakin lebar jarak antara tiang simalambuo dengan tiang manaba maka semakin berpengaruhlah si pemilik rumah,” Rumah-rumah adat di Nias juga tidak memiliki jendela. Sekelilingnya hanya diberi teralis kayu tanpa dinding, sehingga setiap orang di luar rumah dapat mengetahui siapa yang berada di dalamnya. Desain ini menandakan orang Nias bersikap terbuka, jadi siapa pun di desa dapat mengetahui acara-acara di dalam rumah, terutama yang berkaitan dengan adat dan masalah masyarakat setempat.

Hits: 5706

BerlianSelig

Jangan biarkan dunia merubahmu tapi berusahalah dunia yg mengubah kita

Baca Artikel Lainnya