Jalan Jalan Sambil Menyusuri Sejarah Panjang Batik Di Museum Batik Danar Hadi, Solo

Foto by The Spirit of Java

Jalan-jalan ke Kota Solo tak lengkap rasanya tanpa berbelanja batik, karena kota Solo adalah salah satu kota di Indonesia yang terkenal dengan Motif Batiknya. Tidak hanya berbelanja batik saja, namun di Kota Solo pun wisatawan bisa belajar mengenai sejarah perkembangan batik yang ada di Nusantara yaitu di Museum Batik Danar Hadi.

Untuk pertama kalinya Backpacker Jakarta mengadakan City Tour Solo dengan peserta berjumlah 16 Orang dan dikoordinator oleh Budi dan Merul, salah satu kegiatannya adalah mengunjungi  tempat dimana para pengunjungnya bisa melihat berbagai jenis batik yang tak hanya jenis Batik Solo, tapi juga batik dari seluruh penjuru negeri serta lengkap dengan sejarah bagaimana motif batik itu bisa tercipta. Tempat yang dimaksud adalah Museum Batik Danar Hadi atau biasa disebut House of Danar Hadi. Dengan membayar tiket masuk sebesar Rp35,000/orang untuk umum dan Rp15,000/orang untuk pelajar, pengunjung bisa berkeliling dan melihat koleksi batik milik Bapak H. Santosa Doellah Hadikusumo (Direktur Utama PT Batik Danar Hadi).

Foto by Kamera Budaya

Museum Batik Danar Hadi terletak di Jalan Brigjen Slamet Riyadi No. 261 Kota Surakarta tepatnya didalam kompleks nDalem Wuryaningrat, sebuah kompleks yang dulu merupakan tempat kediaman dari keluarga K.R.M.H. Wuryaningrat, menantu sekaligus Pepatih dalem dari Raja Kasunanan Surakarta saat itu yakni Pakoe Boewono ke X.

Bangunan nDalem Wuryaningratan bergaya arsitektur Jawa Kuno dibangun kurang lebih abad ke XIX (kira-kira tahun 1890) oleh seorang arsitek Negeri Belanda. Hal ini Nampak dari bangunan depan yang bernuansa Eropa, namun tata ruangnya tetap mengikuti konsep rumah adat Jawa yang terdiri dari Pendapa, Pringgitan, nDalem Ageng, Gadhok Kiwa (kiri), dan Gadhok Tengen (kanan), serta sebuah ruang keluarga yang ditata dengan gaya Eropa.

Museum Batik Danar Hadi terletak disebelah timur nDalem Wuryaningratan ini oleh Bapak H. Santosa Doellah Hadikusumo (Direktur Utama PT. Batik Danar Hadi) kemudian diberi nama “Museum Batik Danar Hadi” dan dibuka secara resmi oleh Ibu Megawati Soekarnoputri (semasa beliau menjabat sebagai Wakil Presiden Republik Indonesia) pada tanggal 20 Oktober 2000. Museum ini dirancang dengan bentuk bangunan yang disesuaikan dengan arsitektur nDalem Wuryaningratan. Ruangan didalam museum terbagi atas sebelas ruangan, yang dipergunakan untuk memajang koleksi batik kuno milik Bapak H. Santoso Doellah yang terbagi menjadi Sembilan jenis batik, sesuai dengan tema dari museum yaitu “Batik Pengaruh Zaman dan Lingkungan”

Foto by JalanSolo

Ke Sembilan jenis batik tersebut adalah: Batik Belanda, Batik Cina, Batik Djawa Hokokai, Batik Pengaruh India, Batik Keraton, Batik Pengaruh Keraton, Batik Sudagaran, dan Batik Petani, Batik Indonesia, dan Batik Danar Hadi.

Foto by nunik sembilansembilan

Pemilihan tema tersebut tak lepas dari pengalaman dan pengamatan pemilik Museum Batik Danar Hadi yang telah menekuni seni kerajinan batik sejak usia 15 tahun. Menurut beliau sehelai wastra (kain) batik pada warna dan polanya akan dipengaruhi oleh zamannya dana tau lingkungannya. Sebagai contoh :

  1. Pada “Batik Belanda”, batik ini disebut demikian bukan karena berasal dari Belanda, akan tetapi pola pada batik tersebut dipengaruhi oleh budaya Belanda/ Eropa, karena batik-batik ini dibuat sekitar tahun 1840 – 1910 saat Indonesia berada dibawah penjajahan Belanda, sehingga akan dijumpai pola dengan tema “Snow White” dan  “Little Red Riding Hood”,
  2. Demikian pula dengan jenis batik yang diberi nama batik Cina, bukanlah karena dibuat di Cina, melainkan mendapat pengaruh dari budaya Cina (Tionghoa), misalnya pola-pola dengan ragam hias burung Hong (Phoenix Bird), kelelawar, dan ragam hias Banji (seperti Swastika).

Pada dasarnya tujuan didirikannya “Museum Batik Danar Hadi” ada tiga, yaitu:

  • Untuk melestarikan dan mengembangkan seni kerajinan batik,
  • Untuk menambah sarana pendidikan dan pengetahuan khusunya di bidang seni kerajinan batik,
  • Untuk menambah objek wisata di Kota Surakarta khususnya, yang merupakan kota budaya.
Foto by Wisata Solo

Dengan berbagai macam koleksi batik yang dimiliki pemilik Museum yang telah dikumpulkan sejak tahun 1967, baik yang berasal dari leluhur beliau maupun pembelian dari para kolektor yang jumlahnya hampir sepuluh ribu potong yang ditampilkan secara bertahap dan bergantian ditata dengan cara yang berbeda dari museum-museum yang sudah ada di Indonesia dengan maksud untuk lebih menarik minat pengunjung terutama generasi muda. Dengan penataan ruangan yang mempunyai konsep dan tema berbeda, nyaman,dan tidak terkesan kuno terlihat dari konsep yang memadukan perangkat-perangkat etnik Jawa maupun perangkat lain yang disesuaikan dengan kain batik yang dipajang menjadikan museum ini berbeda dari Museum lainnya.

Author : @Merulalia / 26 Mei 2017: 5.34 PM

Views: 696

Baca Artikel Lainnya