Tak lengkap rasanya, bila tidak menginjakan kaki di bumi serambi mekkah yang satu ini, sebab dari sabanglah pintu nusantara dan merauke kiat bermuara.
Pada kali ini, backpakerjakarta berkesempatan mengunjungi kota Aceh dengan biaya sharecost sebesar Rp 850.000,-/ orang dan terlaksana pada tanggal 17 -19 maret 2017 yang diikuti oleh 12 peserta yaitu Nugraha Pratama, Fawzy, Dami, Taufik, Rawijaya, Wahyudi, Daffa Mufid, Ibu Endang, Ibu Sri Ningsih, Ibu Diana Sari, Ibu Dewi, Mba Vera dan Mba Elka dan tentu saja CP yang paling keceh, siapa lagi kalo bukan Emilie Magdalena.
Mungkin karena sudah sehati dan setujuan, sehingga tanpa ada yang komando, kami memesan tiket penerbangan 1 hari sebelum hari H keberangkatan, yakni pada tanggal 16 Maret 2017 dengan berbeda maskapai penerbangan. Alasannya supaya pada tanggal 17 semua yang ikut sudah siap untuk explore di pagi hari. Mungkin ini dikarenakan semangat yang terlalu bergelora!! Hehe..
Kamis, 16 Maret 2017
( 21.30-13.00 ) Rombongan yg lainnya pun tiba di homestay dengan mobil jemputan yang sudah disediakan dari awal. Dihomestay tersedia 4 kamar dengan pembagian 2 kamar untuk pria dan 2 kamar untuk wanita. Selesai menata barang, kami semua mencari makan disekitaran homestay. Hmmm… Untuk biaya makan sendiri, berkisar Rp 15.000 – Rp 20.000 dan air tawarnya pun dikenakan biaya.
Jumat, 17 Maret 2017
( 07.00 ) Kami semua sudah ready menunggu jemputan mobil yang akan mengantarkan kami mengexplore beberapa tempat wisata yang sudah dijadwalkan dari awal. Oh iya, nama drivernya adalah Bapak Hijrah.
( 07.30 ) Setiba di Pelabuhan Uluhulee, kami menyempatkan diri untuk makan terlebih dahulu agar perut terisi sebelum menyebrang. Karena kami semua mengejar waktu serta destinasi, dan dengan mempertimbangankan bahwa kapal loro itu jalannya lambat ditambah waktu sudah siang, maka kita sepakat untuk menambah biaya untuk menaiki kapal cepat. Dan ternyata hanya butuh 30 menit kapal pun bersandar dipelabuhan Sabang dan mobil jemputan kamipun juga sudah menunggu. Jalan menuju Sabang berkelok-kelok, dan relatif sepi. Sampai pada akhirnya, mobil kami berhenti sejenak di Bukit I love Sabang, kami hanya sebentar disana, hanya 10 menit untuk berfoto-foto dan untungnya ada Mas Fawzy dan Mas Dami yang jago berfoto, kalo ngak mah pasti “backlight”.
Tujuan berikutnya benteng jepang, kondisi benteng sudah banyak yang direnovasi hanya karkaterikstiknya yang utuh. Tidak banyak peninggalan , hanya 1 selongsong meriam dengan panjang sekitar 2 meter terbuat dari besi/ baja yang masih bertahan, selebihnya hanya semacam pos ruangan yang berbentuk kotak berukuran setengah meter kali setengah meter tentu dengan coretan disana sini , dan yang lebih tragis adalah para mantan pelancong yang meninggalkan botol-botol bekas air mineral disekitar area ditambah kotoran sapi disekitaran area masuk sebelum naik ke Goa Jepang, sesama peserta saling mengingatkan “awas ada ranjau”.
( 10.40 ) Meluncur dari Benteng Jepang yang hanya menyisahkan gugusan pantai nya, rombongan kamipun melanjutkan perjalanan menuju ke “Pantai 3 Warna”, pantai yang memiliki pasir yang putih dan laut biru ini, tentu memikat perhatian kami untuk berfoto ria terutama untuk para penikmat fotography, pastinya gak bakalan melewatkan moment ini …:)
( 11.20 ) Kami meninggalkan area pantai 3 warna dan dilanjutkan dengan makan siang di warung untuk mengisi kembali tenaga yang sudah habis karena kebahagiaan melihat indah nya destinasi disini walau dengan telanjang mata. Oh iya, ada tips nih, sebelum makan ada baiknya kita bertanya dahulu harganya berapa? karena para penjual suka nembak harga, atau jika lauknya menggoda kamu tetap bisa menikmati dengan mencari teman yang mau patungan :) dan lagi air tawarnya pun kena harga.
( 12.18 ) Seusai makan, driver menge-drop peserta pria yang ingin sholat jumat, sedangkan untuk para wanita yang tidak sholat termasuk saya dan 2 supir didrop di Sabang Fair (area umum dengan taman yang pemandangnya langsung ke laut) area ini memang dikhususkan bagi mereka yang tidak sholat, ada beberapa pemuda yang duduk santai dan ada juga anak anak seusai pulang sekolah. Sholat jumat saat itu dimulai dari jam 12.30 hingga 13.30 -14.00, tergantung pendek dan panjangnya pembicara. Selama sholat jumat, aktifitas disini dihentikan, hingga pertokoan dan kantorpun ditutup.
( 14.00 ) Menjemput kembali teman teman seusai sholat jumat, lalu membeli kopi hitam dan greentea untuk menemani ke destinasi berikut nya yaitu Goa Sarang.
( 15.17 ) Setibanya di Goa Sarang, tidak lupa untuk berfoto ria untuk mendokumentasikan perjalanan ini dari awal masuk. Hmm…. Goa sarang memiliki pemandangan yang menakjubkan dari diatas goa sarang.
( 16.40 ) Tanpa terasa waktu sudah menunjukan sore hari dan kamipun bergegas meninggalkan area tersebut. Bagi saya pribadi, tempatnya kurang terlalu bagus hanya batu batu yangg terkikis dan ukuran goanyapun kecil. Kalau yang besar harus sewa perahu yang jarak nya rada jauh.
( 17.06 ) Inilah yang kami tunggu tunggu, tidak lengkap rasanya jika tidak foto ditugu yang bertuliskan “Kilometer 0 Indonesia”. Menikmati tempat ini sambil minum es kelapa hingga matahari terbenam menjadi moment yang tidak terlupakan bagi kami semua. Rasa lelahpun terbayar dengan dingin nya es kelapa.
( 18.07 ) Malampun menjelang, sampai pada ahkirnya kamipun meninggalkan area tersebut dan menuju homestay untuk beristirahat.
( 18.45 ) Akhirnya, kami semuapun tiba dihomestay untuk beristrahat, sholat serta mandi dan kumpul kembali jam 20.00 untuk makan malam. Dihari kedua ini kami makan nasi goreng yang terdiri nasi goreng biasa hingga spesial dengan tambahan irisan ayam dan sosis.
Sabtu, 18 Maret 2017
( 07.00 ) Kamipun kembali berkumpul dan sarapan santai dengan memakan nasi lemak (nasi uduk versi aceh) di homestay seharga untuk menu hampir sama seperti waktu di Pelabuhan Ululehee, untuk harga pasti ada perbedaan lah ya, karena kalau diliat dari lokasi sudah jelas berbeda.
( 08.00 ) Tanpa membuat banyak waktu, kamipun berangkat menuju. Setelah snorkling, finally kami patungan untuk membeli pisang goreng dan teh manis hangat lalu meninggalkan pantai jam 11.20 dan balik ke homestay mengejar kapal.
( 12.30 ) Setelah sampai, kamipun langsung keluar dari homestay dan sampai di Pelabuhan Sabang pukul 13.10. Karena ada kendala di kapal loro yang menunggu penumpang lainnya yang dari sabang jam 16.00, bahkan masih belum pasti kapan berangkatnya, akhirnya sambil minum es teh manis, sesuai kesepakatan, kami nambah biaya untuk menaiki kapal cepat dan mengisi perut disekitar pelabuhan. Akhirnya, 2 kapal cepat dan 1 kapal loro sudah bersandar, sesuai dengan jadwal kapal meninggakan pelabuhan. Sesampai di Pelabuhan Banda pukul 15.15 dan kami sudah dijemput oleh Abang Hajra dan Abang Amludin untuk menuju Pantai Lumpuuk, dan juga kita mampir dulu ke Masjid Sumbangan Turki.
( 17.43 ) Waktu sudah menjelang sore, kamipun meninggalkan Pantai Lempuuk, dan mampir sejenak di warung Uncle Bob untuk membeli kopi – depan masjid.
( 18. 17 ) Sebelum pulang ke homestay, kami putuskan untuk makan malam terlebih dahulu. Sesampai ditempat makan Mie & Nasi Bardi di Jl Residen Danu Broto Lamlagang kami makan mie “spesial”. Dan tepat pada pukul 18.45, lampu dimatikan dan pintu roling door ditutup, sudah tidak heran ini dikarenakan sudah adzan mahgrib. Sehingga makan malampun baru selesai hingga pukul 19.57 dan dilanjutkan menuju homestay.
( 20.22 ) Kami tiba kembali di homestay dan beristirahat untuk prepare besok pulang menuju Jakarta.
Minggu, 19 Maret 2017
( 08.00 ) Mobil bernomor polisi BL 371 AS dan BL 865LF siap menjemput kami yang sudah siap meninggalkan homestay menuju Masjid Baiturahman.
( 08.42 ) Masjid Baiturahman merupakan sebuah mesjid yang sudah ada sejak era kejayaan Kesultanan Aceh dan bertahan hingga saat ini. Tampilannya sendiri seperti Masjid Nabawi di Madinah, pekarangan yang kini diganti menjadi marmer dan ditambah 12 payung raksasa yang menjadi daya tarik bagi wisatawan. Tanpa harus berlama lama, setelah mengabadikan moment disana, kami siap menuju Rumah Aceh.
( 08.56 ) Menuju rumah aceh membutuhkan waktu kurang lebih 20- 25 menitan untuk keliling lalu menuju museum tsunami aceh.
( 10.24 ) Hanya membutuhkan waktu 5 menit untuk sampai di situs Tsunami PLTD Apung dari Museum Aceh, lalu dilanjutkan keliling hingga pukul 11.16 dan mentraktir kopi dan rokok untuk driver dan dilanjutkan keliling menuju kapal apung di atas rumah pada pukul 11.35.
( 11.53 ) Setelah meninggalkan area tersebut, kami bergegas menuju pusat souvennir yang ternyata lokasi nya berada disebrang tempat tinggal homestay awal kita…wkwkwkwkkw. Disana ada yang jual kopi + tas aceh + cindramata pusaka aceh hingga sampai pada akhirnya pukul 12.40 kami menuju tempat makan untuk mengisi perut.
( 13.14 ) Sampai di tempat makan tepatnya warung Bu Bineh kami makan ayam tangkap seekor yang bisa dimakan 2 -3 orang jadi kita pesan 7 ekor. Selesai makan, pukul 14.o5 kami siap menuju bandara.
( 14.15 ) Tiba di Bandara Internasional Iskandarmuda
Teurimong Geunaseh
Created by : Rawijaya
Editor by : @Febe_shinta
Views: 5007