Mengenal Sejarah Istana Maimun Medan

Siapa sih yang tak kenal Istana Maimun ?? Mungkin bagi orang Medan tempat ini tak asing lagi, tapi bagi sahabat traveller yang baru menginjakan kakinya di tanah Sumatera tempat ini wajib di kunjungi. Bagaimana tidak Istana yang berdiri kokoh di  jalan Brigjen Katamso kelurahan Aur ini tampak begitu megah dan menarik perhatian. Istana dengan Luas sekitar 2772 meter ini memiliki halaman yang luasnya sekitar 4 hektar. Bangunan istana ini bertingkat dua dan di topang oleh kayu dan batu Serta di dominasi oleh warna kuning emas sehingga tampak anggun di tengah – tengah kota Medan.

istana maimun medan

Memasuki Istana Maimun traveller di wajibkan membuka alas kaki dan di tempatkan di tempat yang sudah di sediakan dan membayar retribusi sebesar Rp 5000. Selain menikmati kemegahan Istana di tempat inipun kita bisa belajar sejarah mengenai kerajaan Deli. Istana maimun di kenal juga dengan sebutan Istana putri hijau dan merupakan Istana kebesaran Kerajaan Deli. Pembangunan istana selesai pada tanggal 25 Agustus 1888M di masa Sultan Makmun Al-Rasyid Perkasa Alamsyah. Sultan makmun merupakan putra sulung dari Sultan Mahmud Perkasa Alam pendiri kota Medan.

Beberapa koleksi foto maupun lukisan yang terpampang di dalam istana, Senjata dan perabotan Belanda kuno menjadi koleksi yang dapat di nikmati di susdut-sudut istana. Didalam istana terdapat penyewaan pakaian adat yang dapat di gunakan pengunjung untuk mengabadikan momen di istana maimun ini. Disebelah kanan istan terdapat sebuah bangunan kecil yang di dalamnya terdapat sebuah meriam,Meriam tersebut  dikenal dengan Meriam Puntung.dengan membayar Rp. 3000/orang traveler dapat memasuki bangunan tersebut. Bangunan yang tak begitu luas di dalamnya terdapat sebuah meriam dengan di hiasi beberapa aksesoris.

Kisah Mariam Puntung ini mempunyai kaitan dengan cerita Putri Hijau,Kisah dikerajaan timur raya hiduplah seorang putri yang cantik jelita yang bernama Putri Hijau. Ia disebut demikian karena tubuhnya memancarkan warna hijau. suatu ketika ia di pinang oleh raja Aceh. Namun pinangan tersebut di tolak oleh kedua saudaranya Mambang yasid dan Mambang Khayali. Raja Aceh pun marah dan menyerang kerajaan Timur Raya dan berhasil mengalahkanya.

Saat tentara Aceh hendak memasuki istana yang bertujuan untuk menculik Putri Hijau mendadak terjadi keajaiban, Mambang Khayali tiba-tiba berubah menjadi meriam yang terus menembakan peluru ke arah pasukan Aceh secara membabi buta tanpa henti. Karena terus menerus menembakan peluru meriam ini pun terpecah menjadi dua. Bagian depan di temukan di daerah surbakti serta bagian belakang terlempar ke labuhan Deli kemudian di pindahkan di halaman Istana Maimun.

Ada keunikan tersendiri di mariam Puntung ini, lubang yang terdapat di pangkal mariam dapat terdengar suara gemuruh yang tak pernah berhenti. Nah bagi traveler yang penasaran ingin mendengarkan suara tersebut yukk kita ke TKP.

Hits: 1405

Baca Artikel Lainnya