Lombok Punya Cerita (Bagian 1)

 

Kebaikan itu unik. Saat keringat bercucuran bak hujan dan tubuhmu terkikis kerontang, namun kau tetap memberikan senyuman terbaik kepada semua makhluk. Jikalau ia bagai angka-angka, sampai lembaran keberapa cerita tentang kebaikan itu tamat?

Cerita di Balik Bencana Gempa Lombok 2018

Wujud Do’a Orang Tua

Skenario Allah itu benar-benar unik dan tidak bisa diprediksi. Gempa di Lombok yang meluluhlantakkan hampir seluruh wilayahnya, membuat hati masyarakat di wilayah lainnya turut hancur. Tidak terkecuali kami yang berada di Sumatera Barat.

Bermodal nekat dan skill seadanya, saya mengusahakan keberangkatan dengan berbagai cara. Transportasi dari Padang menuju Lombok, memakan biaya yang cukup besar. Banyak kendala terjadi, padahal izin orang tua telah didapatkan dari awal.

Di Sumatera Barat, sayapun turut ikut andil dalam penggalangan dana untuk Lombok. Turut juga memberikan informasi valid tentang titik lokasi yang minim bantuan kepada tim relawan di lapangan.

Cerita lombok
Foto oleh: @winazulfani

Hampir tiba dititik menyerah, keadaan berbalik. Paginya, mendapat telfon untuk berangkat ke Jakarta hari itu juga. Kenyataan bahwa saya juga akan diberangkatkan, rasanya ketidakmungkinan yang terkabulkan. Langsung mengabari orang tua, untuk keberangkatan dan minta do’a agar selamat hingga kembali lagi ke kampung halaman. Saya yakin bahwa do’a orang tualah yang menghantarkan saya sampai di Lombok.

Foto oleh: @winazulfani

Kesan Bagai Orang Baik

Ini cerita pertama saya, saat bertugas di Lombok. Mendapat amanah sebagai fotografer. Masih sangat amatir, tapi tetap ingin mencoba. Sebab dari awal sudah bertekad.

Dimulai dengan mengantarkan logistik dapur umum ke Desa Kandang Kaoq, Kecamatan Tanjung, Kabupaten Lombok Utara. Saat berjalan menuju posko pengungsian, saya dipertemukan dengan 2 orang adik perempuan yang super aktif. Mereka bernama Kayla dan Kinaya.

Setelah ambil dokumentasi penyaluran, salah satu dari mereka menarik tangan saya. Dia mulai mengajak saya berbincang. “Kakak pasti orang baik”. Mendengar itu, saya langsung tersentak. Hanya bisa diam cukup lama. Kemudian si adik kecil berkata lagi, “Heran yaaaa. Kakak baik karena datang bantu kami”, begitu ucapnya.

Hanya bisa mengalihkan pembahasan dengan mengajak mereka berfoto bersama, kemudian melambaikan tangan untuk pamit ke tempat penyaluran berikutnya.

Rasa malu campur haru muncul. Sebab saya juga belum baik, tapi sedang berusaha menjadi baik. Hanya membantu penyaluran, bukan yang memberikan bantuan. Ucap syukur sebanyak-banyaknya. Berkat donatur, kami relawan dapat berbagai do’a baik.

Tak Lelah Ucap Syukur Hingga Kami Berlalu

Lombok masih menyisakan luka yang mendalam pasca gempa. Mereka yang berada di daerah terisolir, cukup kesulitan mendapatkan akses untuk memenuhi kebutuhan logistik. Ditambah lagi, lokasi yang cukup jauh dari posko utama, sehingga distribusi bantuan sangat minim.

Panggilan kemanusiaan kali ini menuntun kami ke Koloh Treng Tempos, Desa Sigar Payung, Kec. Tanjung, Kab. Lombok Utara. Keberangkatannya pada hari Rabu, 13 September 2018.

Perjalanan menuju ke sana, cukup menegangkan. Jalanan terjal dan akses dari jalan utama menuju ke desa tidak bisa dilalui mobil. Hanya bisa dilanjutkan dengan sepeda motor ataupun berjalan kaki. Melewati jalanan setapak di lereng bukit. Ini tak menyurutkan​ semangat relawan, walau dalam kondisi terik.

Foto oleh: @winazulfani

Desa ini memiliki 55 KK. Saya sempat juga bertemu dengan seorang nenek yang berumur lebih kurang 100 tahun. Beliau berusaha berjalan menggunakan sebuah tongkat dengan tertatih-tatih, hanya untuk menjumpai kami. Tuturnya lembut, sembari sesekali tersenyum kecil dan mendekapku dengan ramah.

Foto oleh: @winazulfani

Lontaran ucapan terimakasih, tak habis-habisnya kami dengar. Ucapan itu bahkan sayup-sayup terdengar hingga kami kembali ke mobil. Saya rasa mereka berteriak dari kejauhan. Begitu sederhananya bahagia mereka. Kedatangan kamipun terasa berharga dan istimewa.

Silahkan baca cerita selanjutnya ya 😁

Hits: 222

Wina Zulfani

Masalah terbesar kita cuma satu: meninggal tapi tidak masuk Surga.

Baca Artikel Lainnya