Hai warga fr33dom, ketemu lagi dengan saya Nenny. Kali ini saya akan menceritakan bagaimana keseruan ajang kopi darat (kopdar) Backpacker Jakarta RT 33 yang juga camcer (camping ceria) kedua yang dilaksanakan pada 20-22 April 2018. Acara ini di CP-in oleh Pak RT Sultan yang ketjeh dan famous abis dan alhamdulillah berjalan lancar.
Sebelumnya sudah ada beberapa drama sebelum keberangkatan, mulai dari peserta yang mengundurkan diri, kekurangan peserta, tidak punya peralatan camping, dsb. Meski ada sedikit drama yang juga membuat Sultan bad mood dengan temannya, so far camcer kali ini banyak happynya koq.
Perjalanan yang seharusnya berangkat jam 8 malam agak molor menjadi jam 10 malam. Dengan jumlah peserta 37 orang yang didominasi oleh para ksatria, hahaha.. Lumayan kan buat backup saat nanjak nanti. Awalnya perjalanan berjalan lancar, bus yang kami sewa juga dilengkapi fasilitas karaoke, kebayang kan kita nyanyi sepanjang perjalananan dari UKI sampai Cipali. Setelah itu para peserta beristirahat untuk persiapan nanjak di pagi hari.
Ada beberapa peserta yang terjaga saat perjalanan, termasuk saya. Tapi malah jadi parno saat melihat supir bus membawa kendaraan. Hahahha.. berasa naik histeria tanpa pengaman.
Perjalanan cukup lama menjadi pengalaman pertama bagi sebagian orang, hampir 12 jam di jalan! Dengan istirahat 2 kali, cukup bagi supir untuk rehat dan mengisi perut. Setelah memasuki kawasan Dieng, kami dihentikan oleh warga yang melarang bus besar memasuki area Dieng dengan alasan keamanan. Meski beberapa peserta yang pernah menanjak ke Prau mempunyai kontak warga sana, tapi tetap saja opsi kami ditolak oleh warga yang telah menyiapkan mini bus. Lagi-lagi drama terjadi, setelah negosiasi dengan warga dan menyewa 2 minibus, terjadi kecurangan oleh supir. Bus kedua ternyata mengangkut warga Wonosobo hingga di Basecamp Patak Banteng. Agak kesal dan kecewa, tapi mungkin mereka mau ambil untung dan enggak mau rugi.
Sampailah kami di Basecamp Patak Banteng. Sebelum menanjak beberapa dari kami mengisi tenaga, bersih-bersih hingga repacking untuk memasukkan logistik dan beberapa perlengkapan lainnya. Setelah cukup istirahat kami akhirnya siap menanjak, sebelumnya kami pun berdoa untuk diberi keselamatan hingga turun kembali.
Perjalanan awal sudah berasa berat, apalagi saya yang membawa carier 80+5L. Anak tangga itu berasa menyiksa, tapi saya mencoba kuat dan ternyata itu berat, saya tidak sanggup. Jalur yang terus menanjak membuat sebagian besar pendaki wanita tidak sanggup, dan untungnya para ksatria sigap dan membackup carier dan tas para wanita yang kelelahan. Seperti kata Dilan, berat kamu enggak akan kuat. Yes, bagi kami para wanita memang tidak sanggup.
Perjalanan naik diperkirakan sekitar 4 jam. Alhamdulillah cuaca mendukung dan tidak hujan, namun track yang dilalui begitu berat dan menyiksa, tanah yang licin dan batu-batu besar, tapi terbayar dengan keindahan alam desa Dieng dan sekitarnya. Semangat untuk terus berjalan pun kembali setelah beberapa kali kami istirahat dan bertemu dengan pendaki yang baru saja turun.
Sampailah kami pada tempat camp yang telah ditentukan oleh beberapa teman yang sampai duluan. Agak sedikit lama untuk menyiapkan tenda karena beberapa perlengkapan dibawa oleh teman yang masih di bawah. Tak lama kemudian mereka datang, kami saling bantu untuk mendirikan tenda dan para wanita menyiapkan logistik. Memang keberuntungan di pihak kami. Setelah tenda jadi, hujan akhirnya turun menambah dingin suhu di puncak Prau. Kenikmatan yang hakiki adalah ketika masakan yang kami masak bukan sekedar mie instan dan telor. Kami masak ikan asin, tempe orek, sambal dadakan, sayur sop dan ayam goreng. Seperti makan malam bukan di atas gunung.
Setelah makan, kami ada sedikit QT (quality time), yaitu perkenalan dengan beberapa peserta yang ikut. Walau sebenarnya sebagian besar sudah saling kenal karena mereka adalah warga fr33dom. Oh ya, ada cerita unik tentang peserta dimana salah satunya sudah menikah dan mengajak sang istri. Duuhh baper ya pasti. Eits enggak koq, cuma sedikit galau aja, hahahhaaha..
Setelah cukup untuk perkenalan, tiba waktunya untuk kami semua istirahat, dinginnya suhu diatas ketinggian 2565 mdpl begitu menusuk di tulang, sehingga sarung tangan, sleeping bag, dan jaket pun tak lepas dari genggaman kami., bahkan selimut tambahan pun tak mampu menghangatkan. Beruntung tenda saya berada di dekat pohon, cukup menghangatkan suhu dan kamipun tidur diiringi musik yang berasal dari tenda sebelah, walau kami tidak tau siapa yang berada disitu.
Kira-kira jam 4 lewat sebagian dari kami telah bangun dan menyiapkan diri untuk menyaksikan sunrise di puncak Prau. Alhamdulillah cuaca dari awal mendukung, matahari menyinari bukit dan pegunungan yang tepat berada di depan kami dengan pemandangan Gunung Sindoro dan Gunung Sumbing yang terlihat gagah dengan jelas.
Ada beberapa foto yang kami dapatkan dengan bagus dan beberapa video untuk mengabadikan momen berharga yang mungkin jarang didapatkan oleh pendaki lain. Oh ya, karena mengejar sunrise kami berpencar dengan sebagian peserta, ada yang mengabadikan foto di bukit teletubies dan saya di ujung tebing, lebih ke arah menatap gunung sindoro dan gunung sumbing. Dan kami juga bertemu dengan teman-teman yang melakukan pendakian yang sama di gunung prau di waktu bersamaan. Setelah puas mengabadikan momen berharga kami bersiap-siap untuk kembali turun.
Perjuangan belum selesai. Saat turun, ternyata terjadi kemacetan dikarenakan beberapa jalur yang berasal dari tanah merah itu licin akibat hujan semalam. Diperlukan kehati-hatian agar tidak terjatuh atau terpeleset. Tapi bukannya kesakitan dan membantu teman yang terjatuh, saya dan beberapa peserta malah tertawa. Kapan lagi menertawakan teman di saat seperti itu. Hahahha.
Setelah saya dan beberapa teman hampir sampai di basecamp, hujan turun rintik, sedang, hingga deras, dan membasahi tubuh kami. Cuaca dingin pedesaan Dieng ditambah air hujan berasa seperti disiram oleh air es. Dinginnya, bbrrrrrrrrr…
Dan akhirnya perjalanan pulang menuju Jakartapun dimulai setelah wisata kuliner makanan khas wonosobo dan membeli berbagai oleh-oleh. Kami kembali menuju Jakarta, tempat dimana kami mencari rezeki, mencari cinta, dan tempat dimana kami selalu berdoa kepada Tuhan Yang Maha Esa agar selalu dalam keadaan aman dan baik-baik saja.
Begitulah Prau, tempat yang selalu di rindukan. Rindu itu akhirnya telah ditemukan jawabannya, rindu akan puncak Prau yang dihiasi hamparan bintang. Rindu akan cinta yang tertinggal, cinta yang kini ada jawabannya. Janganlah engkau menunggu cinta, namun ada baiknya engkau bahagia dengan cinta-cinta, yang lain.
Salam fr33dom
Author : Nenny member of @backpackerjakarta33 Editor : @febe_shinta
Views: 304