gunung kencana

Gunung Kencana, Alternatif Mendaki Gunung di Bogor

Bagi kamu warga Jabodetabek yang sedang rindu mendaki gunung namun hanya punya libur 1 hari, Gunung Kencana di Bogor bisa menjadi alternatif.

Gunung yang berada di kawasan puncak ini juga bisa menjadi pilihan yang tepat bagi kamu yang baru memulai kegiatan mendaki.

Hal ini sebagai ajang pengenalan sebelum menyambangi gunung-gunung lainnya yang lebih tinggi.

gunung kencana

Sebab gunung ini dapat ditempuh dalam waktu 30 menit – 1 jam perjalanan.

Meski terbilang singkat, tapi jangan mengganggap remeh, karena Gunung Kencana punya trek yang cukup menantang!

* * *

“Ham, hari minggu ke Gunung Kencana, yuk?” ajak Fitria, ketika kami dan 2 orang kawan lainnya sedang lari di Gor Soemantri.

“Kencana? Apaan tuh?” tanya saya yang baru pertama kali mendengar nama itu.

“Gunuuung, di Bogor. Nggak tinggi kok, 1800 mdpl.” jelas Fitria.

“Oalaaah, iya sudah, lihat nanti aja ya. Nanti gue kabari.” jawab saya ragu, sebab tidak begitu tertarik dengan ide tersebut.

Namun, beberapa hari kemudian saya mengabari Fitria bahwa saya akan ikut.

Hal itu tidak lain akibat rasa penasaran yang membuat saya mencari tahu mengenai Gunung Kencana.

Setelah mendapatkan informasi dari berbagai sumber, akhirnya saya berubah pikiran. Melihat foto-foto Gunung Kencana di sosial media, cukup menarik perhatian saya.

Selain itu, waktu tempuh mendakinya yang hanya sekitar 30 menit hingga 1 jam, menjadi alasan utama.

Meski jarak Jakarta – Puncak Bogor (letak Gunung Kencana) cukup jauh, tapi, ya tak apalah, jarang-jarang juga saya pergi ke Bogor.

* * *

Minggu pagi saya sudah menggeber sepeda motor menuju Bogor, sementara Fitria dan Murti menumpak Commuter Line.

Sebelumnya kami sudah sepakat untuk berkumpul di Stasiun Bogor pukul 8 pagi.

Namun karena suatu hal, kami malah bertemu di Indom*ret tak jauh dari stasiun. Tak lama kemudian kami bertiga pun berangkat.

Perjalanan menuju Gunung Kencana

berhenti sejenak di kebun teh

Setelah menempuh perjalanan -+ 1 jam 20 menit melewati jalur ke puncak, kami pun tiba di kawasan Obyek Wisata Telaga Warna, gerbang masuk menuju Gunung Kencana.

Kebetulan saat itu sedang diberlakukan aturan one way naik ke arah puncak. Meski lalu lintas cukup padat, tapi tak menjadi kendala.

Sebab dengan mengendarai sepeda motor, kami dapat meliuk-liuk di antara rapatnya deretan mobil.

Karena memasuki kawasan Telaga Warna, kami dikenai tiket masuk sebesar IDR 10K/orang.

Kampung LC

Dari pintu masuk ternyata kami masih harus melewati jalan makadam hingga ke Kampung LC (Lahan Cadangan) yang merupakan lokasi parkir kendaraan.

Sungguh, mengendarai sepeda motor melalui jalan makadam sejauh 9 km bukanlah hal yang menyenangkan.

Untungnya, sejauh mata memandang terlihat hamparan kebun teh yang membuat mata segar, sehingga kami sangat menikmati perjalanan tersebut.

Bahkan sesekali kami berhenti untuk mengambil gambar.

Jalur Pendakian Gunung Kencana

kawasannya asyik untuk hunting foto

Dari Kampung LC inilah kami mulai trekking. Pendakian diawali (masih) dengan melewati perkebunan teh hingga ke Pos 1 yang merupakan batas antara kebun teh dan hutan belantara.

Di Pos 1 juga lah kami ditarik tiket masuk ke Gunung Kencana seharga 20K/orang. Terhampar tanah datar yang cukup luas di beberapa titik.

Beberapa tenda sudah berdiri ketika kami tiba. Sebelum melanjutkan perjalanan, kami menyempatkan membeli beberapa cemilan di warung milik warga setempat yang berada di Pos 1.

Vegetasi hutannya cukup rapat

Selepas Pos 1, kami disambut oleh Tanjakan Sambalado. Bukan sembarang tanjakan. Sesuai namanya, tanjakan ini pedas, terjal.

Meski sudah berbentuk seperti tangga, tetapi jarak antar anak tangganya cukup tinggi, sehingga kami perlu melangkahkan kaki setinggi mungkin.

Melewati medan seperti ini cukup melelahkan. Saya, Fitria dan Murti sampai bergantian meminta break baik itu untuk mengistirahatkan kaki ataupun membetulkan irama nafas.

Selamat datang di Tanjakan Sambalado!
Menjejaki tanjakan sambalado

Puncak Gunung Kencana

Satu jam mendaki, akhirnya kami tiba di Puncak Gunung Kencana. Ternyata masih banyak pendaki yang belum pulang setelah bermalam mingguan.

Beberapa diantaranya ada yang sedang memasak, ada yang sedang berfoto mengabadikan momen, hingga ada yang sedang asyik tidur bergelantungan di hammock.

Padahal waktu sudah menunjukkan pukul 12 siang lebih, tetapi mereka masih kerasan di puncak. Nyaman, mungkin.

Puncak Kencana 1803 mdpl!

Sayangnya kami kurang beruntung, suguhan utama dari Gunung Kencana tak bisa kami dapatkan. Ketika di puncak, langit sedang berawan.

Sehingga pemandangan Gunung Gede – Pangrango yang seharusnya tampak dari Puncak Kencana, tertutupi oleh tebalnya awan.

Memang, sedari awal kami masuk kawasan Telaga Warna, cuaca sedang kurang bersahabat. Dan itu terus berlanjut sampai kami berada di puncak.

Kami mencoba peruntungan dengan menunggu beberapa saat, berharap cuaca akan segera membaik.

Dari sini seharusnya terlihat Gede-Pangrango

Hampir dua jam kami di puncak. Menyeduh kopi, menyantap cemilan hingga berfoto sana-sini telah kami lakukan.

Namun semesta teguh pada keputusannya, gumpalan awan tak kunjung pergi. Tak ada tanda-tanda cuaca akan cerah.

Mengingat hari yang semakin sore, kami pun memutuskan untuk turun. Menyimpan rasa penasaran untuk melihat panorama Gunung Gede – Pangrango di lain waktu.

Mungkin dengan berkemah, yang tentu ada bonusnya.

Menikmati malam yang dihiasi oleh jutaan bintang dan merasakan hangatnya mentari pagi.

hanya layar putih yang tampak

Terlepas dari cuacanya yang kurang bersahabat. Saya sangat menikmati perjalanan ini.

Tanpa perlu mendaki berjam-jam lamanya, saya dapat menyaksikan indahnya alam dan menyesap segarnya udara di kawasan Gunung Kencana.

Sebuah pelarian singkat yang paripurna dari penatnya ibukota.

*Dokumentasi oleh saya dan Murti

Views: 22185

Ilham Firdaus

Seorang yang gemar melakukan perjalanan dan mengabadikannya dalam sebuah tulisan. Selain menulis di website BPJ, saya juga mendongeng di megasirus.wordpress.com

Baca Artikel Lainnya