Tari Jonggan Kalimantan Barat

Salah satu tarian tradisional yang dipentaskan dari Provinsi Kalimantan Barat adalah Tari Jonggan. Jika ditelaah dari namanya, Jonggan berasal dari bahasa Dayak yang berarti menari/ berjoget. Sehingga menurut masyarakat setempat Tari Jonggan adalah jenis seni tarian tradisional dimana menggambarkan keadaaan bahagia dan suka cita kehidupan bermasyarakat didalam suku Dayak Kanayan, di daerah Kubbu Raya, Mempawah, Landak.

sumber foto: antarakalbar.com

Busana yang digunakan dalam tarian ini sangatlah sederhana, karena pada dasarnya lebih mengedepankan kenyamanan bagi si penari sendiri. Tanpa banyak aksesoris dan berbagai atribut pendamping, namun tetap mampu menunjukkan keindahan pakaian bagi para penarinya. Kostum yang dikenakan berupa busana kebaya, selendang dan paca atau sejenis pakaian kain batik yang panjang. Jumlah penari Jonggan sendiri umumnya dipentaskan oleh 5 hingga 7 orang penari. Alat musik yang digunakan untuk mengiringi tarian terdiri dari gendang (gadobong), gamelan (dau) dan suling bambu. Jenis lagu yang dipakai terdiri atas lagu irama lembut seperti  we jonggan, we ola dan dayakng male’en. Serta jenis lagu irama lincah seperti  kasih sayang dan pak unjank. Lagu-lagu tersebut berbentuk pantun yang pada intinya mendeskripsikan suasana bahagia dan suka cita masyarakat dayak.

sumber foto: kamerabudaya.com

Konon, sebelum pementasan dilakukan perlu dilakukan ritual khusus yang disebut nyangahant ataua berdoa. Ritual doa ini berkaitan untuk memohon perlindungan demi kelancaran pertunjukan kepada Sang Pencipta. Prosesi awal Tari Jonggan diawali dengan penyampaian doa hajat oleh pimpinan upacara di depan sesajen yang disebut dengan Bapamang. Filosofi Tari Jonggan sendir tak sekedar sebagai sarana hiburan semata, melainkan juga sebagai penyampaian rasa syukur kepada Sang Pencipta. Kini, pertunjukan Tari Jonggan bisa kita nikmati secara langsung dalam  berbagai acara adat seperti penyambutan tamu hingga festival budaya setempat.

 

Keunikan dari Tarian Jonggan sendiri yaitu para penari yang tak segan untuk  megajak para penonton untuk turut andil ikut menari bersama. Adegan berbalas pantun antara penari  dengan tema tertentu menunjukkan bahwa taraian ini memiliki nilai komunikatif dan interaktif yang tinggi. Budaya tradisional Tari Janggon ini tentu harus kita jaga dan lestarikan agar tersalurkan hingga ke anak cucu bangsa kita.

 

 

Sumber: negerikuindonesia.com

 

Views: 6024

Defi Susisusanti

Gadis biasa yang tak punya kelebihan namun punya beragam kegemaran.

Baca Artikel Lainnya