Liputan Ziarek Cirebon & Kuningan Klub Be The Light

Komunitas bukan hanya menjadi tempat untuk berkumpul semata, tetapi juga menjadi tempat dimana kita bertumbuh bersama dan berkembang ke arah yang lebih positif. Atas dasar itulah Klub Be The Light (BTL) yang menaungi member-member Backpacker Jakarta yang beragama Nasrani mengadakan kegiatan untuk mempererat kekerabatan sebagai saudara seiman sekaligus memperdalam iman, pengharapan dan kasih kepada Tuhan. Salah satunya lewat Ziarek atau ziarah dan rekreasi.

Pada 19-20 Mei 2018, Klub BTL kembali mengadakan Ziarek ke Cirebon dan Kuningan dalam rangka bulan Maria. Trip dengan CP Kak Nova dan Bang Morgan alias Osid ini awalnya terbatas untuk 16 orang saja dan diutamakan yang beragama Katolik. Namun banyaknya peminat dari luar member klub membuat jumlah peserta membludak menjadi 52 orang! Luar biasa sekali semangat dari anak-anak Tuhan ini.

Dengan biaya sharecost Rp 170.195 (di luar makan dan tiket kereta api PP), para peserta akan dibawa berziarah sambil rekreasi di Taman Doa Regina Rosari, Gua Maria Fatima Sawer Rahmat dan Curug Landung. Meeting point jam 06.40 WIB dimana kami berkumpul di Stasiun Senen dan berangkat menuju Stasiun Cirebon Prujakan.

Taman Doa Regina Rosari

Setelah perjalanan selama kurang lebih 4 jam, kami tiba di Kota Udang di siang hari dan langsung dijemput oleh Elf yang sudah disewa untuk mengantar kami ke destinasi yang dituju. Dalam perjalanan, kami merasakan teriknya cuaca di Cirebon sebelum akhirnya sampai di Taman Doa Regina Rosari yang lokasinya menyatu atau persis di belakang Gereja Katolik Paroki Bunda Maria. Kami pun beristirahat sejenak sambil makan siang, lalu mengeksplor salah satu landmark religius di kota pesisir Pantura ini.

Di Taman Doa, kami melihat patung Santo Mikhael dengan sayap dan pedang yang terhunus. Di sepanjang jalan juga terdapat 24 stasi atau perhentian Jalan Salib ketika Yesus disiksa dan harus menderita sebelum akhirnya disalibkan. Dan di ujung jalan setapak, ada patung Yesus dengan tangan terangkat. Ornamen-ornamen pura khas Cirebon dengan batu bata merah oranye juga turut menghiasi taman ini.

Beberapa orang sibuk berfoto atau selfie. Tak lupa teman-teman Katolik juga khusyuk berdoa sembari membawa rosario. Kami juga sempat mengabadikan momen di depan patung Bunda Maria yang tepat berada di belakang gereja. Setelah itu, kami pun bersiap-siap menuju Kuningan dimana kami akan mengikuti misa di ketinggian 935 mdpl. Wuihhh…

Gereja Maria Putri Sejati

Perjalanan dari Cirebon ke Kuningan memakan waktu sekitar satu jam. Kebetulan kami hendak menuju dataran tinggi sehingga dalam perjalanan udara terasa sejuk. Akhirnya kami sampai di Gereja Maria Putri Sejati dimana disediakan mess yang akan menjadi tempat kami menginap. Setelah bersih-bersih kami pun berangkat naik Elf ke Gua Maria Fatima Sawer Rahmat untuk mengikuti misa.

FYI, Gua Maria yang satu ini terletak di ketinggian 935 mdpl. Namun tak perlu khawatir karena sudah ada tangga yang dibangun permanen dan menjadi jalur trekking yang aman. Meski tidak terlalu tinggi, namun perlu usaha keras untuk naik ke atas. Beberapa teman terlihat keletihan karena jarang berolahraga sehingga selalu berhenti untuk sekedar mengambil nafas.

Suasana di sekitar goa sangat rindang dan asri dengan pepohonan dan bunyi-bunyi binatang hutan yang menemani tiap langkah kami. Setelah trekking selama kurang lebih 25 menit, akhirnya kami tiba di puncak dengan ketinggian 935 mdpl dimana terdapat altar penuh lilin, bunga dan patung Bunda Maria. Disana disediakan bangku bagi umat yang ingin berdoa kepada Perawan Maria. Suasana begitu sunyi dan syahdu, cocok untuk mereka yang ingin keluar dari hiruk pikuk kota dan menenangkan diri untuk lebih dekat pada Sang Pencipta.

Kabut tipis menyelimuti hutan dan tiba-tiba hujan turun. Awalnya gerimis kecil kemudian hujan turun dengan deras, namun misa tetap dilaksanakan di kapel dengan bangunan semi terbuka namun aman dari cuaca buruk, tak jauh dari Gua Maria. Beberapa teman yang mayoritas beragama Kristen memilih untuk berteduh di bedeng tepat di depan Gua Maria. Sementara yang lainnya mengikuti misa selama kurang lebih 1,5 jam.

Saat misa Romo pun menjelaskan tentang makna kehidupan, ziarah dan kehidupan umat Katolik disana. Tak lupa ia bercerita bahwa ada misa dan kebaktian yang diadakan dengan menggunakan bahasa Sunda, tentunya akan menjadi pengalaman religius dengan sentuhan kearifan lokal bagi yang ingin mencoba. Setelah misa selesai, kami langsung turun karena hari sudah gelap, ditambah penerangan juga cukup minim. Jalur trekking pun diperpanjang dari Gua Maria menuju mess gereja tempat kami menginap karena Elf tidak menjemput kami.

Acara dilanjutkan dengan makan malam, dugem (duduk gembira), games kecil dan ajang perkenalan dengan teman-teman lainnya. Meski beberapa member Klub BTL sudah saling kenal, namun Ziarek kali ini berisi wajah-wajah baru, apalagi ada yang membawa teman-temannya. Namun di trip ini tak boleh ada yang namanya geng-gengan. Kami pun berkumpul, berbaur, bercandatawa untuk saling mengenal agar lebih akrab. Setelah itu, CP memberikan briefing singkat akan kegiatan yang akan kita lakukan esok hari.

Curug Landung

Keesokkan paginya, setelah bangun dan sarapan kopi dan roti, acara Ziarek dilanjutkan dengan mengeksplor Curug Landung atau juga dikenal dengan nama Jurang Landung. Tempat ini terbagi menjadi dua bagian (dengan loket berbeda), lokasi yang pertama adalah Curug Landung yang dipenuhi dengan spot foto kekinian yang instagramable. Contohnya ayunan, balon udara, karpet terbang sampai spot dan background foto yang akan membuat socmed kita makin hits.

Jurang Landung

Lokasi berikutnya adalah Jurang Landung dimana untuk menuju tempat ini kami harus menuruni puluhan anak tangga. Namun perjuangan tersebut terbayar ketika kami sampai di bawah dan melihat pemandangan air terjun dengan debit air yang cukup deras. Tak ketinggalan, kami pun mengabadikan momen dengan berbagai macam gaya. Ada yang nyebur sekalian mandi, ada juga yang foto-foto topless ala My Trip My Adventure.

Setelah bersih-bersih dan bilasan, kami bersiap kembali pulang. Namun… panitia dan CP ternyata memberikan kejutan, ada dua teman kami yang berulang tahun di bulan Mei tepat sebelum acara Ziarek. Dua orang itu adalah Anastasya Tya dan Deny Oey, dimana mereka diberi kado dan kue kecil serta lilin untuk ditiup bersama. Sederhana, namun sangat berkesan bagi keduanya.

Kami pun kembali ke mess gereja untuk makan siang, dilanjutkan dengan perjalanan menuju Stasiun Cirebon Prujakan. Beberapa teman ada yang turun di Stasiun Cikampek dan Jatinegara. Tiba di Stasiun Senen kami pun berpisah satu sama lain. Ziarek akan menjadi perjalanan dan pengalaman tak terlupakan bagi kami. Kami berziarah bukan hanya untuk lebih dekat dengan Tuhan, tetapi juga dengan saudara-saudara seiman.

Semoga kami semua terus diberi kesehatan, umur panjang dan berkat melimpah agar bertemu di Ziarek berikutnya. Karena Ziarek bukan sekedar rekreasi atau jalan-jalan saja, tetapi juga beribadah untuk mensyukuri berkat, anugerah dan kasih karunia dalam hidup kita.

Tuhan memberkati.

Author : Deny Oey member of BPJ 33, Be The Light dan Kubbu

Views: 3018

admin

Komunitas Backpacker Jakarta adalah sebuah komunitas Travelling yang didirikan pada 5 April 2013 dan berpusat di Jakarta dan sekitaranya (Bogor, Tanggerang, Bekasi dan Depok.

Instagram : @backpackerjakarta
Tiktok : @backpackerjakarta
Twitter : @official_bpj
Facebook : backpackerjakarta
Group Wa : 081237395539

Baca Artikel Lainnya