You don’t have to be rich to travel well – Eugene Fodor –
Eugene Fodor mewakili perasaan warga Backpacker Jakarta (BPJ), pasalnya memang tak perlu kaya untuk melakukan perjalanan ke Indonesia bagian timur, seperti trip ke Wayag, Raja Ampat. Yang terpenting adalah ada kemauan untuk mengunjungi tempat tersebut, ga manja, ga banyak ngeluh dan ga ribet baru boleh ikut trip bareng BPJ. Hehe.
Dan nampaknya kutipan di atas juga diamini oleh sekretariat BPJ. Banyak yang bilang kalau mau ngetrip ke bagian paling timur Indonesia harus mengeluarkan uang yang sangat bikin kanker (kantong kering), tapi BPJ hadir membawa angin segar dengan mengadakan trip ke Wayag, Raja Ampat 4 hari 3 malam dengan share cost 2.375.274 (member) dan 2.395.274 (non member) bahkan bisa dicicil 2 kali. Murah kan?
Memang tak perlu kaya untuk bisa melakukan trip ke Wayag, Raja Ampat tetapi diperlukan mental kaya, terbukti dengan pelunasan share cost yang cukup cepat, begitu bisikan dari koordinator kece trip kali ini, Hans. Beruntungnya trip perdana ke Wayag ini selain memiliki koordinator yang kece, Hans, ada juga koordinator yang selalu punya tekad untuk terus mempromosikan keindahan Indonesia, Emye. Dan dibantu juga oleh manusia yang selalu pakai topi pura-pura botak, Ale. Tanpa mereka, 31 orang hebat ga akan berkumpul dalam satu perjalanan melihat keindahan surganya Indonesia dan ikonnya Raja Ampat.
Day 1
Hari yang dinanti pun tiba, 27 April 2018 meeting point di Dominique Edward Osok Sorong pukul 08.00 WIT. Selain bermental kaya, warga trip kali ini juga disiplin waktu, pukul delapan semuanya sudah berkumpul. Hanya saja, harus sedikit ngaret dikarenakan menunggu angkot menuju Pelabuhan. 10 menit waktu yang ditempuh dari bandara menuju pelabuhan dan kurang lebih dua jam dari pelabuhan menuju homestay di Waisai. Pukul 14.00 WIT kami bersiap menuju dermaga untuk mengunjungi destinasi pertama, Batu Pensil, Teluk Kabui.
Butuh waktu 1 jam sampai di Teluk Kabui. Konon katanya, Teluk Kabui terdiri dari pulau-pulau kecil yang tersusun menyerupai labirin. Dan seketika mesin speedboat yang kami tumpangi mati, sempat heran namun, dengan cepat kami melihat batu besar nan tinggi menyerupai pensil. Tibalah kami di Batu Pensil. Adanya dermaga, membuat kami mudah mengambil foto dengan latar Batu Pensil dan melihatnya dengan jelas. Selain itu, ABK pun berkata bahwa ada batu yang berbentuk hidung manusia. Bagaimana itu bisa terjadi? Ah, Tuhan memang Maha Hebat.
Setelah itu, kami mengunjungi Pulau Friwen. Sesampainya disana kami pun disambut oleh anak-anak yang lucu dan menggemaskan, bukan hanya itu Friwen juga mempunyai pasir putih yang sangat mengagumkan ditambah dengan hamparan pantai dan laut biru yang berombak, seraya memanggil untuk dijamah.
Day 2
Pukul 7 pagi kami sudah duduk manis di kapal untuk menuju destinasi yang paling ditunggu-tunggu yaitu, Wayag versi mini (Piaynemo). Begitu banyak orang menyebutkan begitu, karena memang Piaynemo ini mirip sekali dengan Wayag, jika di lihat dari atas maka terlihatlah gugusan pulau karang. Dan untuk melihat keindahan tersebut sudah sangat enak sekali, karena kami cukup menaiki anak tangga sekitar kurang lebih 30 menit.
Setelah puas berfoto di Paiynemo, kami menuju Telaga Bintang. Mudah saja untuk mengetahui kenapa disebut Telaga Bintang karena memang jika dilihat dari atas jelas terlihat seperti bintang. Untuk melihat Telaga Bintang, kami pun menaiki bukit yang cukup terjal dan harus bergantian karena di atas hanya ada sedikit tempat untuk perpijak.
Tak sabar untuk menuju destinasi selanjutnya, akhirnya kami bermain air di Pulau Arborek, beberapa dari kami snorkeling melihat bawah laut yang indahnya ga ketulungan dan beberapa dari kami keliling Pulau Arborek melihat kondisi setempat. Lanjut menikmati pemandangan dan tenanagnya Pasir Timbul, Raja Ampat.
Sudah terlanjur basah, kurang asik jika tidak nyemplung di Pulau Yenbuba. Keindahan bawah laut Pulau Yenbuba sungguh tak tertandingi. Dan terakhir kami berkunjung ke Friwen Wall untuk sekedar menikmati deburan ombak sambil minum kopi dan makan mie.
Day 3
Hari terakhir mengunjungi ikon tempat wisata di Raja Ampat, Wayag. Pemandangan yang indah di Wayag harus dibayar dengan pengorbanan 4 jam perjalanan pergi serta satu jam untuk naik ke puncak yang lebih terjal dari Telaga Bintang. Kumpulan bukit dan gunung karst yang memperindah dan menjadikan Wayag destinasi wajib dikunjungi jika ke Raja Ampat. Setelah melihat keindahan Wayag, kami pun mengunjungi shark point di Pulau Wayag sambil mengganjal perut. Dan setelah 30 menit kami pun kembali menuju home stay.
Day 4
Keindahan Raja Ampat serta keramahan orang-orangnya membuat kami bersedih untuk mengakhiri perjalanan ini. Pukul sembilan pagi waktu setempat, kami menuju pelabuhan dan bersiap untuk kembali ke Sorong dan menuju Jakarta. Beberapa dari kami ada yang kembali menuju Manado dan Jakarta, sisanya menginap sehari lagi di Sorong. Kami pun berpisah. Tanggal 30 April 2018 trip perdana BPJ ke Wayag berakhir, namun persahabatan dan kedekatan warga trip ke Wayag akan terus berlangsung sampai tua & selamanya.
Karena BPJ, trip yang tadinya dirasa mahal bahkan tak mungkin terjamah, bisa terlaksanakan dengan puas. Dan karena BPJ juga, orang-orang yang mungkin tak akan bisa dijumpai karena jarak dan latar belakang yang berbeda, bisa bersua dan bersahabat. Big Thanks to BPJ, koordinator yang luar biasa Emye & Hans, serta Ale yang banyak membantu saat trip ke Wayag.
Jadi, kamu kapan mau nge-trip bareng BPJ?
Views: 899