Hai para pecinta ketinggian, tentunya sudah tidak asing lagi dengan kalimat “Seven Summits of Indonesia”. Konsepnya mirip dengan The Seven Summits Of The World, namun di Indonesia merupakan puncak – puncak paling tinggi di pulau dan kepulauan utama Indonesia.
Mengenal gunung Latimojong
Pegununungan Latimojong merupakan pegunungan terpanjang di Sulawesi, terletak di kawasan 4 kabupaten, yaitu : Sindrap, Enrekang, Luwu, dan Tana Toraja serta termasuk salah satu dari jajaran Seven Summit of Indonesia. Pegunungan tersebut memiliki ketinggian 3478 mdpl serta terdapat tujuh (7) puncak yang membentang dari utara sampai selatan dan dari Barat ke Timur dengan Puncak Rante Mario adalah puncak tertinggi gunung tersebut, termasuk gunung non vulcanologi dengan kategori ekosistem hutan montana.

Hutan lumut yang eksotis merupakan ciri khas sekaligus daya tarik yang dimiliki Pegunungan Latimojong. Selain itu, barisan pegunungan ketika berada di Puncak Rante Mario menjadi panorama yang tidak kalah menarik yang ditawarkan Pegunungan Latimojong. Track dengan kemiringan mencapai 800 menjadi magnet tersendiri bagi para pecinta aktifitas pemicu adrenalin.

Backpacker Jakarta (BPJ) telah melakukan pendakian Gunung Latimojong untuk yang kedua kalinya pada 28 April – 01 Mei 2018. Rute yang akan ditempuh melalui Dusun Karangan. Pendakian kali ini digawangi oleh Ka Zul dan Ka Lusia. Sharecost yang dikenakan untuk member BPJ sebesar Rp 640.274 dan non member sebesar Rp. 650.274. Meeting Point (Meepo) dilaksanakan di Bandara Hasanudin, Makasar pada tanggal 28 April 2018 pukul 02.00 WITA. Pendakian kali ini diikuti sebanyak 22 peserta yang berasal dari member BPJ dan non member BPJ.
Satu – persatu peserta mulai tiba di mepo yang sudah ditentukan sebelumnya, yaitu Bandara Sultan Hasanudin, Makasar. Peserta yang sudah tiba di bandara melakukan istirahat sejenak sehingga siap untuk melakukan perjalanan selanjutnya. Pukul 03.00 WITA kami bergegas meninggalkan bandara menuju Pasar Baraka dengan menggunakan bus berukuran sedang yang sudah kami sewa sebelumnya.

Setelah melakukan perjalanan kurang lebih 8 jam, sekitar pukul 11.00 WITA kami tiba di Pasar Baraka. Kamipun langsung berpencar mencari logistik sesuai kesepakatan sebelumnya yang akan kami gunakan selama pendakian. Kondisi Pasar Baraka hari itu terbilang sepi, sedikit sekali terlihat aktiftas jual-beli. Setelah diselidiki, hari Sabtu merupakan hari libur Pasar Baraka. Walaupun demikian, kami berhasil mendapatkan logistik yang sekiranya akan kami gunakan selama pendakian.
Perjalanan menuju Desa Karangan kami lanjutkan dengan menggunakan kendaraan jenis truk berukuran besar. Awal perjalanan tidak ada hal yang istimewa, namun suasana berubah ketika perjalanan sudah berlangsung selama sekitar 1 jam.

Jalan yang kami lewati menuju Desa Karangan merupakan jalur yang membelah gunung. Sepanjang perjalanan kami dimanjakan oleh indahnya Pegunungan Latimojong, hijaunya ladang milik warga, dan langit biru yang cerah dihiasi awan putih yang bersih.

Jalur yang sempit kadang menanjak dan berbatu serta langsung berbatasan dengan jurang tanpa ada pembatas jalan seketika memompa adrenalin kami. Beberapa kali kami melewati tikungan yang cukup tajam sehingga membuat suasana semakin tegang.

Setelah menempuh perjalanan selama kurang lebih 3 jam pukul 16.00 WITA, kami tiba di Dusun Karangan. Kami bergegas menuju salah satu rumah warga yang menjadi base camp selama kami di Dusun Karangan. Seperti Rumah penduduk lainnya base camp kami masih berupa rumah tradisional, yaitu Rumah Duri. Bentuknya seperti rumah panggung dengan banyak tiang.
Selama di Base Camp, kami melakukan bersih – bersih badan, re-packing untuk pendakian yang akan dilakukan esok pagi, berbincang satu sama lain, dan beristirahat sehingga kami siap untuk melakukan pendakian.

Pagi hari, 29 April 2018 kami memulai pendakian Pegunungan Latimojong. Sebelum melakukan pendakian, kami melakukan briefing untuk memastikan semua peserta dalam kondisi siap melakukan pendakian dan doa bersama agar pendakian kali ini berjalan lancar dan sukses.

Mengawali perjalanan pendakian, yaitu dari base camp menuju pos 1, kami melewati perkebunan kopi milik warga. Track ini merupakan jalur setapak, mulai menanjak dengan medan berupa tanah, ada juga yang sudah dicor dan masih terlihat motor lalu – lalang ketika melewat jalur ini.

Setelah melakukan perjalanan sekitar 1 jam, kami tiba di pos 1. Berhubung banyak diantara kami yang belum sarapan ketika sebelum pendakian, maka kami melakukan sarapan pagi sambil menikmati indahnya alam sulawesi di pos 1 yang merupakan areal terbuka.

Menuju pos 2, mulai memasuki hutan dengan pepohonan yang lebat. Track yang dilalui beragam, ada yang menanjak ada pula yang berupa turunan, dan mulai di pos 2 sudah ada jalur melipir dengan jurang di salah satu sisi.
Setelah melewati perjalanan sekitar 1 jam, kami tiba di pos 2. Terdapat mata air di pos 2, airnya masih jernih dan segar. Arusnya cukup deras, jadi harus berhati – hati jika ingin merasakan sensasi berjalan di mata air tersebut.

Track menuju pos 3, merupakan track paling extreme selama pendakian Pegunungan Latimojong dengan tingkat kemiringan 800. Alat bantu yang dgunakan untuk melewati track ini adalah rotan yang berfungsi sebagai webbing sehingga meminimalisir risiko kecelakaan.

Tidak hanya itu, beragam medan juga harus kami lalui, seperi: runtuhan pohon besar, melipir dengan medan berupa akar dan bebatuan yang disertai jurang di salah satu sisi merupakan tantangan tersendiri yang juga harus kami lewati tanpa alat pelindung diri sama sekali. Kamipun harus memastikan bahwa kaki kami sudah berpijak di tempat yang kokoh sebelum melangkah ke langkah selanjutnya. Selain itu, kami juga berpegang erat pada akar atau dahan pepohonan yang cukup kuat untuk meminimalisir risiko kecelakaan pada kami. Melewati jalur ini tidak ada medan yang landai, terus menanjak hingga sampai pos 3.

Perjalananpun dilanjutkan menuju pos 4. Suasana hutan lumut mulai terasa ketika berada di track ini. Tracknya masih menanjak dengan kemiringan beragam 50 – 70. Walaupun demikian tidak terlalu extreme seperti di pos 3, masih ada jalur landai sehingga bisa sedikit rileks.

Sesampainya di pos 4, kami melakukan istirahat disertai memasak makanan untuk menjaga kondisi tubuh agar tetap dalam kondisi baik. Cukup banyak makanan yang kami masak saat itu, nasi, mie, gorang tempe yang kesemuanya menggunggah selera makan kami. Setelah itu, kami melanjutkan perjalanan menuju pos 5.

Kami tiba di pos 5 sekitar pukul 14.30. Karena waktu yang tidak memungkinkan untuk kami bermalam di pos 7, maka kami memutuskan untuk bermalam di pos 5. Pos 5 memiliki areal yang cukup luas sehingga cocok untuk dijadikan lokasi camping dan didekat pos 5 juga terdapat sumber mata air yang dapat kami gunakan untuk memenuhi kebutuhan air selama di Pegunungan Latimojong.

Agar sampai di sumber mata track yang dilaluipun tidak mudah. Kami harus melipir dengan jurang di salah satu sisi, jadi kamipun harus berhati – hati melewati jalur ini.

Begitu sampai di sumber mata air, kamipun berdecak kagum dengan pesona sumber mata air tersebut. Airnya masih sangat jernih sekali sehingga batu yang beraneka warna terlihat jelas yang menambah daftar pesona sumber mata air tersebut. Begitu menyentuh air tersebut rasa segarpun langsung terasa. Selain itu sensasi dingin bak menggenggam es batu juga terasa ketika menyentuh air tersebut.

Malam hari kamipun kembali memasak makanan guna mengobati rasa lapar yang kami rasakan. Beruntung salah satu dari kami memiliki keahlian memasak sehingga makanan yang dimasak beraneka ragam dan terasa lezat. Obrolan ringan, candaan, dan tawa turut menghiasi suasana malam tersebut.
Mau tahu bagaimana serunya pendakian Pegunungan Latimojong selanjutnya?? Nantikan di part 2, See U…..!!
Views: 1078