Kisah Relawan Sulteng Bagian 2

20 November 2018, sekitar pukul 14.00 WIB, penyambutan relawan kemanusiaan dilaksanakan di Pelabuhan Pantoloan, Kota Palu, Sulteng.

Relawan
Foto oleh: @marero_adiachmad

Kemudian kami semua langsung dibawa menuju posko Induk. Sepanjang perjalanan, tampak puing-puing reruntuhan bangunan.

Bagaimana kesan pertama saat tiba di Sulteng? Gerah! Bahkan ada istilah bahwa musim disana cuma ada 2: panas dan panas sekali. Jadi jangan heran kalau warna kulit akan berubah drastis, apalagi sering beraktifitas di lapangan.

Sore hari bersama beberapa rekan relawan lainnya, kami berkeliling sembari sembari melihat keadaan kota yang katanya cukup parah.

Bapak sopir taksi online yang kami tumpangi, juga bercerita bagaimana kondisi saat terjadinya bencana tersebut. Kenapa beredar tulisan “korban Palu Namoni”, kenapa lokasi yang terkena bencana seperti dipilih-pilih, dan lainnya. Cukup banyak informasi yang kami dapatkan saat itu.

Kami melihat kota sangat sepi, seperti kota mati. Tercium aroma amis, terutama dari sungai dan laut. Bangkai hewanpun bertebaran dan membusuk. Mesjid apung yang dibanggakanpun, tak lagi berpijak di tiang pondasinya.

Sulteng
Foto oleh: @rendi_cas27

Hari mulai kelam, perut mulai lapar. Sulit menemukan tempat makan yang buka. Akhirnya timbul ide, titip makanan ke rekan kenalan dari lembaga lain yang juga menjadi relawan di Palu saat itu.

Saat makanan datang, jeng jengg….ikan bakar yang cukup besar tampak menggugah selera. Tanpa pikir panjang langsung disantap. Padahal saat itu, masyarakat Palu-Donggala sendiri tak mau mengkonsumsi makanan laut. Hal itu karena dikhawatirkan hewan laut tersebut, memakan bangkai manusia.

Malam itu juga, relawan kapal diarahkan untuk pembagian posko dan pembuatan tim baru kembali. Ada yang langsung berangkat, dikarenakan dari posko induk menuju posko wilayah memakan waktu yang cukup lama. Kami dari tim Sumatera Barat berpencar ke berbagai posko cabang.

Saya dan tim posko baru, berangkat keesokan harinya. Kami diposisikan di posko wilayah Loli Tasiburi, Kecamatan Banawa, Kabupaten Donggala, Sulteng.

Hari pertama dan kedua setelah tiba di posko cabang, relawan beraktifitas mendistribusikan logistik ke penyintas. Tak lupa dengan pengambilan dokumetasinya.

Relawan
Foto oleh: @winazulfani

Begitulah setiap harinya. Semua berjalan lancar? Tidak, banyak juga tantangannya😅 Sebenarnya banyak lagi aktifitas relawan lainnya, hanya saja tidak semua terdokumentasikan. Mungkin beberapa foto ini bisa mewakili. Maafkan jika hanya wajah saya yang keseringan muncul 🙏

  • Dapur Umum
Sulteng
  • Psiko Sosial
Relawan
Foto oleh: @jays_hsfa
  • Belajar Ngaji
Sulteng
Foto oleh: @rendi_cas27
  • Pelatihan PPGD

Dan…Yeay, ini foto full team Posko Desa Loli Tasiburi, Kec. Banawa, Kab. Donggala, Sulawesi Tengah. Pasukan berani mati, takut lapar. Semangatnya… pemburu surga 💪

Sulteng

21 Desember 2018 pagi, tim Sumatera Barat kembali pulang ke wilayah asal. Suasana mengharu biru saat berpamitan dengan ibu-ibu Dapur Umum. Rekan relawan lainnya, juga turun melepas keberangkatan kami di Bandara Sis Al Jufri.

Sulteng

Saat perjalanan pulang, kami juga singgah sejenak ke Kota Tua Jakarta. Sembari menunggu waktu cek in yang cukup lama dan bertemu rekan sekapal yang sudah pulang duluan.

Mohon maaf jika terdapat kesalahan pada waktu, tempat, dan nama🙏

Terimakasih telah bersama selama lebih kurang 1 bulan di Posko Loli

❤️❤️❤️❤️

Hits: 214

Wina Zulfani

Masalah terbesar kita cuma satu: meninggal tapi tidak masuk Surga.

Baca Artikel Lainnya