Part 2!! Pendakian Gunung Sumbing Via Garung – Jawa Tengah

Dengan menawarkan keindahan alam bebas yang tiada duanya, dan ditemani oleh trek pendakian yang cukup menantang, menjadikan Gunung Sumbing sebagai salah satu tujuan favorit bagi para penikmat ketinggian di antara sekian banyak gunung yang menjulang tinggi dan berdiri gagah di Indonesia. Hal itu jugalah yang membuat pendakian ini sangat bermakna bagi kami, yaitu pendakian yang dimulai dari basecamp untuk menggapai atap Gunung Sumbing.

Berawal kumpul di Sekretariat Backpackerjakarta pada hari Jumat,03 Febuari 2017 dengan total peserta 27 orang dan di leaderkan oleh Inu, Andri dan Adit serta team backup Arief dan Epen, pendakian gunung sumbing part 2 pun berlangsung. Dengan biaya sharecost sebesar Rp295.000,-/orang ini membuat setiap peserta wajib mengkoordinasi peralatan pendakian seperti tenda, logistik, air selama pendakian dan lain sebagainya.

Cepe “Inu” @inu_ajja; Cepe “Andri” @a_arliandi; Cepe “Adit” @aditya_dede_supriyadi

Team Backup “Arif” @arifkutiah

Team Backup “Epen” @steven_mr36

Untuk sampai ke Basecamp Gunung Sumbing via Garung ini, kami berangkat mengunakan bus jam 21.30 dan tiba dilokasi jam 10.30 pagi. Setelah tiba di basecamp, sejenak kami meluruskan badan, mengembalikan tenaga dan repacking. Setelah mengurus simaksi, sekitar pukul 12.30 siang, diawali dengan breafing singkat dan doa agar sepanjang perjalanan berjalan dengan lancar, maka pendakian inipun dimulai.

Pendakian dari basecamp menuju Pos 1 Malim, bisa di lakukan dengan berjalan kaki yang membutuhkan waktu kurang lebih 2 jam perjalanan, dan bisa juga dengan mengunakan jasa ojek trail yang membutuhkan waktu kurang lebih 15 – 20 menit dengan tarif Rp25.000,-/orang. Maka dari itu, untuk menghemat tenaga, kami memutuskan menuju pos 1  dengan mengunakan jasa ojek trail.

In Frame “Cahyadi Arif” @cahyadiarf

Setelah semua peserta berkumpul di Pos 1, barulah pendakian yang sesungguhnya dimulai. Diawali dengan area hutan pinus, trek masih mendominasi dan jalur masih terbilang landai. Jangan salah dulu, setelah melewati hutan pinus, jalur terus menanjak menuju Pos 2 Genus yang membutuhkan waktu kurang lebih 2 jam perjalanan, tetapi seluruh peserta berhasil melewati Pos 2 hanya dengan 1 jam perjalanan. Amazing! Oh iya, di Pos 2 inilah kami lumayan lama beristirahat untuk melepas lelah, dan sebagian dari kami membuat kopi, ngemil, dan makan seadanya untuk menemani istirahat setelah melewati jalur pendakian menuju pos 2. Ada kalimat yang tentu tidak asing di telinga para pendaki yaitu: “Sebuah pendakian pernah merubah sepotong roti menjadi penyambung nyawa dan setetes air di botol menjadi sangat berharga.”

Setelah istirahat di Pos 2, kami melanjutkan pendakian menuju Pos 3 yaitu Sedulupak Roto yg merupakan titik area camp kami. Setelah berjalan kurang lebih 10 menit dari Pos 2, kembali kami menemukan jalur yang harus benar benar membutuhkan tenaga ekstra dan kesabaran serta kehati-hatian tinggi. Kenapa ? karena kami harus melewati jalur yang memang sudah terkenal dikalangan pendaki yaitu jalur engkol engkolan. Mengapa disebut demikian ? iya karna jalur nya yang menanjak terus dengan kemiringan hampir mendekati 60 derajat tanpa adanya pegangan.

Dengan menunjukkan mimik wajah yang terlihat lelah walau dibalik senyuman lalu berjalan di bawah teriknya matahari sambil menggendong sebongkah kulkas alias keril yang berisi kompor, sleeping bag, jaket, baju, dan lain sebagainya peralatan perang pendakian, maka hanya semangat dan kerjasamalah yang dibutuhkan, maka tibalah kami semua di Pos 3 kira kira jam 15.30.

Saat tiba, ternyata area camp di Pos 3 sudah penuh, sehingga dari team backup, Epen dan Arief, lanjut menuju area camp di atas Pos 3 di susul dengan Inu untuk mencari area camp untuk kami. Tetapi di area atas Pos 3, cuaca sangat tidak bersahabat, badai angin yang bercampur dengan butiran air terus menghantam kami dan team backup di atas. Maka dengan segala pertimbangan yang sangat matang, akhirnya kami turun dan buat camp di bawah Pos 3 dengan area seadanya dan lumayan untuk memasang tenda. Tidak lepas dari itu, setelah tenda semua terpasang, badai angin yang membawa material air terus menghantam tenda kami dan disusuli oleh hujan.

Tanpa terasa pukul 03.00 pagi peserta trip sudah terbangun dan menyiapkan diri untuk melakukan summit puncak gunung sumbing. Mengingat pagi itu masih ada badai, sebagian dari para peserta summit termasuk team backup, dan sebagian lagi memilih untuk tetap berdiam di Pos 3. Dan alhamdulillah, segala usaha tidak ada yang sia sia, kurang lebih pukul 09.30 mereka semua sampai di puncak gunung sumbing dengan cuaca yang cerah.

Setelah semua peserta summit dan turun kembali ke Pos 3, kami semua isi perut untuk mengembalikan tenaga yang telah hilang :D. Seperti quote yang dicetuskan oleh Christopher McCandless “Happiness only real when shared”, kami makan bersama sama dalam kebersamaan dan senyuman hangat. Setelah perut terisi, kami semua prepare bongkar tenda dan kembali menuju basecamp.

Rasa khawatir serta ragu yang sebelumnya menghantui perjalanan kami dari bawah sampai puncak akhirnya berubah menjadi rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang masih memberi kesempatan untuk menikmati ciptaanNya dari Puncak Gunung Sumbing. Lalu persis di depan Gunung Sumbing, terdapat Gunung Sindoro yang turut memanjakan mata dengan keindahannya. Dan juga tak jauh di depan mata terlihat Gunung Slamet yang berdiri gagah seolah menunjukkan bahwa dialah puncak tertinggi di Jawa Tengah.

-Kekuatan gunung bukan hanya terletak dalam keindahan puncak dan abadinya bunga Edelweis. Namun, dia mampu memberikan kita hikmah tentang kecilnya kita di hadapan sang pencipta-

Created by : @Febe_shinta ( Terima kasih, nama saya sudah sampai dipuncak duluan sebelum kaki ini berpijak disana )

INFORMASI GUNUNG SUMBING
Nama: Gunung Sumbing
Ketinggian: 3.371 mdpl
Lokasi: Wonosobo, Temanggung, Magelang
Tipe: Gunung berapi stratovolcano
Letusan terakhir: 1730
Puncak: Puncak Buntu (3362 mdpl) dan Puncak Sejati (3371mdpl)
View gunung lain dari puncak: Gn. Sindoro, Merapi, Merbabu, Slamet, Ungaran, Lawu
Kondisi: memiliki kawah, hutan, bukit, medan terjal bebatuan, masih kental dengan tradisi dan budaya
Spot alam: perkebunan teh
Flora: edelweis, anggrek, teh dll
Fauna: Berbagai macam burung
Hutan: hutan Dipterokarp Bukit, hutan Dipterokarp Atas, hutan Montane, dan Hutan Ericaceous atau hutan gunung
Sumber air: –
Jalur pendakian:

  • Jalur Garung
  • Jalur Cepit Parakan
  • Jalur Bowongso
  • Jalur Mangli

Hits: 2073

Baca Artikel Lainnya