Labuan Cermin, Danau Yang Menduakan Rasa

Ketika matahari siang tepat menyingsing dan menyiramkan cahayanya  di atas danau, menerobos masuk membias di riuh-riuh debu air. Menyemai kehangatannya pada setiap satwa yang ada di dalamnya. Kamu pun bisa membayangkan sendiri keindahan itu.

Mengapa dinamakan Labuan Cermin? Ini dikarenakan Labuan Cermin memiliki lapisan yang membuat cahaya matahari memantul. Hal tersebut terjadi karena Danau Labuan Cermin memiliki rasa asin yang akan terasa bila kita mengecap air dari permukaan danau, sementara air di dasar danau akan terasa tawar. Dua jenis air inilah yang membuat danau memiliki sebuah lapisan pemisah sehingga air dapat memantul. Tak jarang juga orang menyebut danau Labuan Cermin ini dengan panggilan ‘Danau Dua Rasa’. Meski terlihat dangkal, harus tetap waspada karena kedalaman danau ini sebenarnya mencapai 4 hingga 5 meter.

Tidak sedikit wisatawan baik domestik maupun mancanegara datang berkunjung untuk menikmati keindahan danau tersebut. Apabila ingin datang berkunjung ke labuan cermin, anda dapat menyewa kapal yang ada di dermaga dengan harga sekitar Rp.200.000,- untuk perjalanan pergi dan pulang.

Banyak hal yang dapat dinikmati di labuan cermin, mulai dari berenang, snorkling bahkan menyelam. Ketika kamu menyelam menggunakan kacamata snorkling, kamu akan melihat hal yang jarang dijumpai. Ya, air dengan dua rasa seolah memberi perbedaan dan membentangkan jarak ekosistem laut. Ada ikan yang berenang tidak jauh dari permukaan dan ada pula ikan berenang jauh di dasar, berkat rasa air yang berbeda menyebabkan ikan tersebut terpisah, kamu pun akan dengan mudah membedakan mana ikan jenis air tawar dan ikan jenis air laut.

Danau Labuan Cermin yang terletak di Desa Labuan Kelambu di Kecamatan Biduk-biduk Kalimantan Timur yang bisa ditempuh dengan perjalanan darat sekitar 6 s/d 7 jam dari ibukota Kabupaten Berau, Tanjung Redeb, Kalimantan Timur. Meski perjalanan cukup jauh, rasa lelah akan segera terobati begitu melihat keindahan alam yang ada di Labuan Cermin

Hits: 683

Guntur agung

Aku hanya seorang anak kampung kelahiran Purworejo, 12 Januari 1995. Tumbuh besar dengan adat budaya Kota Solo yang sedang mencoba memperpanjang nama sekaligus mengais rejeki di tanah rantau, Jakarta.
Aku adalah orang yang tidak akan mengingat hari, tetapi yang kuingat adalah momen penting dan berkesan sehingga bisa ku curahkan dalam tulisan.

Baca Artikel Lainnya