16 Hari Menggapai Puncak Gunung Tertinggi Aceh, Gunung Leuser

Gunung Leuser adalah gunung tertinggi di Aceh, sekaligus menjadi salah satu gunung tertinggi di Indonesia. Leuser juga mendapatkan sorotan dunia, setelah UNESCO menetapkannya menjadi Cagar Biosfer pada tahun 1981 dan menjadi situs warisan dunia (World Herritage) pada tahun 2004. Pemerintah Indonesia sendiri menjadikannya sebagai Taman Nasional yang selalu dijaga kelestariannya.

Gunung Leuser memiliki 2 puncak yakni Puncak Leuser 3119mdpl dan Puncak Loser 3404mdpl. Dan banyak sekali spesies di Taman Nasional Gunung Leuser yang diantara nya seperti: Harimau Sumatera, Gajah, Badak, Siamang, Kera, Macan Tutul, Reptil, Ikan, dan juga 325 spesies burung. Hutan di Gunung Leuser memiliki bentangan alam yang cukup luas dengan mencakup beberapa hutan diantaranya adalah hutan bakau, hutan rawa, dan hutan lumut. Bukan hanya itu, Gunung Leuser juga memiliki kekayaan buah-buahan tropis seperti durian, rambutan, jambu biji, dan lain sebagainya.

Oh iya, menurut informasi yang gue dapet, Gunung Leuser merupakan sebuah kelompok yang memiliki berbagai cagar alam dan hutan, yaitu: Cagar alam gunung leuser, alam kappi, kluet, sikundur-langkat wildlife reserve, ketambe research station, singkil barat, dan dolok sembilin.

Kecintaan gue sama alam itu seperti gue cinta sama diri sendiri dan keluarga, itu yang menjadi salah satu alasan gue pengen banget menggapai puncak Gunung Leuser.

Untuk dapat izin nanjak ke gunung ini bukanlah hal yang gampang gaes, terlebih saat minta izin dan support sama sepupu gue, butuh perjuangan banget buat ngerayu dan ngeyakinin dia. But finally, usaha yang gak menghianati hasil, tepat tanggal 12 Maret 2008, gue dapat izin! yaa walaupun ada syarat yang harus gue penuhin yaitu disuruh sekolah dibukittinggi.

Foto by Triptrus

Tanpa ngabisin banyak waktu, 14 maret 2008 gue langsung berangkat ke Kutacane naik bus. Perjalanan yang ditempuh kurang lebih 12 jam yang lumayan bikin pantat tepos. Tapi masa bodo lah yaa, yang penting keinginan gue buat ke Luser tercapai. Akhirnya pas sampai di Kutacane, ternyata gue udah ditungguin sama sepupu di terminal, dan dia udah siapin segala kebutuhan pendakian yang bakal gue bawa. Hmmm, harap maklum juga saat itu peralatan pendakian gue masih belum lengkap. Dari Kutacane, gue harus melanjutkan perjalanan ke Kedah Penosan. Nah, dari tempat inilah titik awal pendakian gue dimulai.

Pos Kedah atau Green Sinebuk adalah pos terakhir pada ketinggian kurang lebih 1500mdpl, tempat ini merupakan daerah perkebunan masyarakat, dengan keadaan berupa perbukitan dataran tinggi. Pas sampai di pos ini, gue liat banyak guide, tapi gue gak tahu berapa biaya nya jika pakai jasa mereka karena saat itu gue bareng sama abang gue yang sekaligus guide disana. Menurut informasi yang didapet, sekitar pos ini ada 7 etnis penduduk yang tinggal, seperti Gayo, Aceh, Melayu, Alas, Singkil, Karo dan pakpak. Nah dari Pos Kedah ke Puncak diperlukan waktu 9 hari, itu juga kalau cuaca bagus dan fisik baik. Bisa di hitung jika pulang pergi dibutuhkan waktu sekitar 15 – 16 hari. Tantangan berikutnya adalah usaha untuk mencapai puncak yaitu dengan melewati 7 gunung.

Hutan pertama yang gue lewati masih dalam kondisi cukup rimbun jadi gak terlalu panas, dan untuk tekstur tanah nya sendiri berlumut sehingga jadi lebih licin. Dari Pos Kedah ke Simpang Angkasan memakan waktu kurang lebih 10 jam, kok lama ya ? naik gunung marapi di kampung aja gak lama. Hmmm,, ternyata pepatah minang itu benar ya, “lain lubuk lain ikannya”, sama seperti saat itu “lain gunung, lain pula lama pendakiannya”.

Foto by Annmarielu

Lanjut lagi yah, dari Simpang Angkasan ke Jambur menghabiskan waktu 2,5 jam. Jalur pendakian nya banyak persimpangan, udah kayak jalanan kota, dan di jalur ini banyak jenis burung dan tumbuhan kantong semar ( pemangsa binatang ) dan kita perlu hati hati jika melewati jalur ini.

Sambil berjalan dan membahas soal navigasi, gue masih buta banget soal beginian, tapi abang sepupu gue dengan baiknya mau jelasin ke gue apa sih navigasi ?. Navigasi adalah penentuan posisi dan arah perjalanan baik dimedan sebenarnya maupun pada peta. Nah, dari sinilah pertama kali gue belajar gunain kompas, peta, dan altimeter. Dalam hati gue mikir, ternyata pelajaran geografi penting juga ya… nyesel dulu males-malesan belajarnya. Yaaa, namanya juga penyesalan, selalu datang belakangan brohhh.

Foto by Universitas Esa Unggul

Ok lanjut, sedikit demi sedikit lama-lama mendekati puncak, akhirnya sampai juga di Pos Jambur. Gue kira pos ini kayak pos ronda yang ada atapnya, tapi ternyata pos ini terbuka beratapankan langit. Dekat pos jambur banyak terdapat air buat masak, dan lumayan buat minum kopi, tapi gue malah dikasih susu. Pengen kopi gayo padahal. Dari Jambur ke Puncak Angkasan butuh waktu 3 jam, dengan track nanjak terus.

Puncak Angkasan berada di ketinggian 2.800an mdpl, udah hampir sama kayak tinggi Gunung Marapi yang dikampung. Dari Puncak Angkasan ke Simpang Jit membutuhkan waktu perjalanan selama 2,5 jam dengan melewati punggungan yang berhutan lebat. Nah dari Simpang Jit ke lintasan Badak itu hutannya sangat lebat dan jalur nya banyak yang tertutup oleh semak-semak, dengan waktu tempuh pendakian selama 4 jam.

Foto by Superadventure

Setelah itu dari Lintasan badak ke Blangbeke membutuhkan waktu 10 jam perjalanan. Buat menuju Blangbeke jalurnya lebih terbuka. Pantang menyerah sebelum pulang. Menaklukan ego tak segampang menaklukan hati wanita. Dari Blangkabe ke Kolam Badak kita melewati hutan lumut, dan 3 sungai yang jernih. Salah satu sungai yang besar bernama Sungai Alas. Dari sini ke kolam badak kira-kira 3 jam. Kenapa kolam badak, bukan kolam sapi, karna disini tempat berkubangnya badak-badak Sumatera.

Perjalanan masih panjang. Dari Kolam Badak ke Bipak perlu waktu 6 jam. Dengan track yang naik turun. Tapi gak berasa capek, karena pemandangannya indah, lebih indah dari pada mandangin pacar sendiri. Nah, dari Bipak ke Bipak Kaleng juga memakan waktu 6 jam, dengan melewati perbukitan dan lembah. Pada hari ke 7 kami sampai di Bipak Kaleng yang merupakan pos kecil dan berada di puncak bukit. Untung gue gak patah semangat, karena perjanjian awal, kalau gue patah semangat atau ngeluh, gue bakalan di tinggalin. Cuss lanjut lagi ke Bipak Batu. Dari Bipak Kaleng ke Bipak Batu ngabisin 40 menit, lah kok bentar ya, karna posisinya dekat donk.

Dari puncak batu gue masih belum melihat puncak leuser, yaudah lah ya, gak boleh ngeluh. Berdekatan dengan puncak batu, ada sungai dan akhirnya bisa mandi sebentar, airnya jernih banget. Gue mandi gak lama, karena harus bergegas lanjut ke Padang Sabana. Bipak Batu ke Padang Sabana memakan waktu tempuh 5 jam perjalanan.

Foto by Dolandolen

Gak salah ya namanya padang sabana, karena disini memiliki padang rumput yang luas dan indah, dan ini sekaligus menjadi titik point buat kita summit attack menuju puncak. Track ke Puncak Loser gak terlalu nanjak kok, cuma butuh waktu 2 jam sesuai kemampuan dan kekuatan masing masing ya gaes. Setelah sampai, gue lanjut menuju Puncak Leuser dan membutuhkan waktu kurang lebih 6 jam perjalanan dengan melewati beberapa punggungan. Duh masih jauh, wkwkwk….

Finally, gue nyampe juga di Puncak Leuser, pemandangannya sungguh aduhai. Bener-bener indah dan gue cuman bisa bersyukur. Disisi selatan keliatan hamparan lautan yang luas. Gue sama sekali gak menyesal dan gak merasa sia sia udah ngabisin waktu 10 hari buat menggapai puncak, dan gue sadar betapa kecilnya gue, betapa kurang bersyukurnya gue selama ini.

Foto by Superadventure

Meskipun banyak rintangan selama pendakian, tapi itulah pelajaran, jangan pernah sombong, serta egois. Dengan semangat dan tekad yang kuat, perjuangan kalian gak akan sia-sia.

Makasih ya abang sepupu, dan abang Riko dan Nopi. Kalian sudah mengajarkan banyak hal sama gue selama pendakian.

Jika di totalkan, gue menghabiskan waktu 10 hari untuk sampai puncak, dan 6 hari untuk sampai kembali ke Pos Kedah.

Salam lestari!

Author : @arifkutiah
Editor : @febe_shinta

Hits: 11317

Baca Artikel Lainnya